Pernahkah kamu berfikir, apa sebenarnya tujuan hidup manusia. Setiap hari kita selalu sibuk dengan rutinitas yang rantai perputarannya bisa dikatakan tak berujung. Dala keadaan yang demikian pun tak jarang seseorang yang terjebak di dalamnya yang mengakibatkan berputus asa dalam kehidupan ini.
Sahabat fimadani, ketahuilah. Adanya kesedihan, kesulitan hidup, kesenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan merupakan anugerah dari Tuhan. Diciptakannya hal itu agar kita selalu senantiasa mendapatkan rahmat dari tuhan. Bayangkanlah jika kita tidak bisa merasakan hal itu, maka kita laksana batu dan kayu, tak ada rasa dan takada asa. Hidup pun terasa hampa.
Tujuan Hidup Manusia Hanyalah untuk Beribadah Kepada Tuhan
Tujuan hidup manusia di dunia ini hanyalah untuk mengabdikan diri kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaku”. (QS. Adzaariyaat:56).
Juga firman Allah:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus seorang rasul pada tiap ummat (untuk menyerukan) “Sembahlah Allah dan jauhilah Taghut (Sesembahan selain Allah)”. (QS. An Nahl: 36)
Itulah tujuan hidup manusia yang pertama dan paling utama. Kita sebagai seorang hamba harus lah mengakui dan menyadari diri. Bahwa kehidupan ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Setiap hela nafas dan gerak tubuh adalah anugerah. Maka dengan sikap mengakui ini akan dapat menimbulkan rasa syukur yang kemudian terwujud dalam bentuk pengabdian atau ibadah.
Segala Sesuatu yang Dilakukan untuk Menunjang Ibadah Juga Dianggap Ibadah
Makna ibadah diatas tidaklah semata-mata diartikan bahwa setiap saat kita harus shalat, tadarus, puasa dan sujud terus menerus. Melainkan setiap sesuatu yang dilakukan dengan baik atau sesuatu yang dilakukan untuk menunjang ibadah maka hal itu juga dihukumi ibadah.
Segala sesuatu yang diniati untuk menunjang ibadah maka hal itu juga dianggap ibadah, meskipun amalannya berbentuk amalan dunia. Misalnya saja bekerja, bekerja akan menjadi nilai ibadah jika kita niati untuk menafkahi anak dan istri, untuk menunjang kebutuhan sehari-hari agar tenang dalam beribadah.
Sebaliknya, segala sesuatu yang diniati untuk kepentingan duniawi maka juga akan dianggap melakukan amalan dunia, meskipun bentuk amalannya adalah amalan akhirat. Amalan itu sia-sia dan tidak terhitung sebagai ibadah, justru bisa menjurus kearah dosa karena menimbulkan riya’ dan ujub.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi “إنمالأعمال بالنيات“, “Sesungguhnya sahnya setiap amal itu tergantung dengan niat”. Dan sesuai dengan kaidah fiqh “إن للوسائل حكم المقاصد“, “Sesungguhnya pada sebuah perantara itu hukumnya menyesuaikan tujuannya”.
Tujuan Hidup Manusia Setelah Pribadinya Sendiri Baik Adalah Berdakwah Membaikkan Orang yang Belum Baik
Di dunia ini senantiasa selalu terjadi peperangan. Baik secara sifat dalam pribadi diri manusia, ideologi atau secara fisik. Dalam individu hati manusia selalu bergejolak anatara kebaikan dan kejahatan. Energi positif dan negatif selalu berperang untuk menjadi penguasa.
Dalam ideologi juga sama. ideologi sesat selalu berperang melawan ideologi kebenaran. Begitu juga dalam perang secara fisik. Yang inti dari semua peperangan adalah perang kebaikan melawan kejahatan.
Diri manusia yang belum baik maka dia berkewajiban memerangi sifat buruk yang masih ada dalam dirinya. Jika dia sudah baik maka yang dia perangi adalah keburukan orang lain, dengan cara memerangi pemikiran dan ide-idenya, memerangi sifat buruk untuk kemudian ditarik menuju sifat baik.
Jadi pada intinya, tujuan hidup manusia adalah berusaha membaikkan diri sendiri dan berdakwah membaikkan orang lain yang belum baik. Inilah yang dianggap Ibadah.