Dalam beberapa hari ini saya sering melihat banyak munculnya tulisan baik berbentuk status ataupun gambar yang kurang lebih bertuliskan:
“Lelaki yang baik adalah ia yang bukan mendatangimu namun mendatangi ayahmu (yang langsung melamarmu).”
Status seperti itu pun menyebar dan semua orang berlomba-lomba menuliskan kembali karena merasa hal tersebut sangat sesuai dengan yang mereka pikirkan. Tidak ada yang salah tentang hal tersebut dan saya rasa semua setuju akan hal itu (termasuk saya). Dalam kalimat tersebut terlihat adanya penekanan bagi para Ikhwan untuk menjaga dirinya dengan tidak mendekati sang akhwat sampai sang ikhwan siap menikah. Setelah siap juga langsung melamar mendatangi sang Ayah.
Hal ini sangat menarik bagi saya jika kita melihatnya justru dari sisi si Akhwat. Lalu apa yang harus dilakukan sang akhwat? Diam? Hanya menunggu? Tentu tidak.
Membangun, Bukan Menunggu
Membangun diri adalah hal yang wajib dilakukan bagi semua akhwat. Merekalah pencipta masa depan peradaban. Secara langsung dapat dibuktikan oleh kualitas manusia yang baik pasti didukung oleh ibu yang mendidiknya secara baik. Ayah akan mengarahkan tapi Ibu lah yang membentuk.
Kita semua setuju bahwa Akhwat juga harus maju. mereka bebas menuntut Ilmu Setinggi-tingginya dan mencari pengalaman seluas-luasnya. Namun karena kesempatan yang begitu luas tersebut membuat para Akhwat seringkali lalai dalam menjaga dirinya.
Kita harus sepakat bahwa bukan ikhwan saja yang harus mempersiapkan serta menjaga dirinya sebelum ia menikah, seorang Ikhwan yang ingin mendapatkan akhwat yang baik baginya jelas ia harus menahan diri untuk tidak berpacaran dan selalu menjaga pandangan.
Bagaimana dengan Akhwat?
Jaga Dirimu
Tentu Akhwat harus bisa menjaga diri lebih dari ikhwan. Tapi seringkali mereka lupa akan betapa berharganya diri mereka. Dibawah ini adalah beberapa Hal mengenai ketidak Hati-hatian menjaga diri yang sering dianggap sepele bagi para akhwat:
- Pembicaraan, SMS, telepon yang tidak perlu.
Hal ini biasa terjadi pada para Akhwat yang biasanya mengontak lawan jenis karena adanya urusan atau kepentingan organisasi. Namun seringkali dalam beberapa kejadian malah keluar dari topik pembicaraan dan malah membicarakan hal yang personal dan seringkali tidak penting . Hal ini tidak boleh dilakukan karena lama kelamaan akan menjadi Zinah kecil yaitu Zinah Hati.
Bagaimana bisa kau berharap lelaki sholeh yang hanya bisa mendoakanmu kelak melamarmu, jika hatimu asyik berdesir saat berbicara dengan lelaki lain?
Tentu jika kita berbicara mengenai menjaga, hal utama dan yang paling sederhana adalah bagaimana seorang akhwat menjaga hatinya. Seringkali para akhwat terjebak dalam stigma bahwa jika sudah berada dalam pergaulan yang baik atau dalam organisasi yang baik segala hal yang dilakukan pasti baik pula. Ini yang harus lebih diperhatikan bagi para akhwat. Karena dosa yang begitu mengerikan adalah saat kita tidak menyadari kita sedang melakukannya.
Percayalah Allah akan memberikan lelaki terbaik bagimu jika kau bisa menjaga hatimu
“Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. al-Ahzab: 32)
“Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (isteri-isteri nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab: 53)
- Pulang larut malam
Menurut saya jama’ah Tarbiyah adalah jama’ah yang memiliki concern yang sangat besar dalam melindungi perempuan. Salah satunya adalah bisa dilihat dari bagaimana tidak diperbolehkan nya Agenda pengajian dan agenda-agenda keakhwatan lainya dilaksanakan pada malam hari. Namun para Akhwat seakan lupa akan hal yang mendasar seperti ini.
Saya memahami bagi mereka yang merupakan aktifis BEM dan organisasi-organisasi lainnya seringkali dalam beberapa kesempatan memaksa untuk pulang agak larut. Yang menjadi masalah adalah jika si Akhwat sudah menganggap pulang larut sebagai rutinitas, padahal seringkali agenda sudah selesai dari sore hari dan mereka hanya melanjutkan dengan sekedar mengobrol.
Tentu terbiasa pulang larut tersebut bukanlah kebiasaan yang baik, maka mulailah belajar mengorganisir waktu dengan baik dan tidak membiasakan pulang larut malam.
- Fenomena “Antar-antaran” Ikhwan-akhwat
Saya pernah mendengar dalam suatu ceramahnya Ustadz DR. Ahzami Sami’un Jazuli berkata: “Jika ada seorang akhwat yang ingin pulang, lebih baik diantar oleh Ikhwah atau naik ojek?”
Jawaban dari jamaah yang mendengar pun beragam. Secara nalar memang lebih baik diantar oleh ikhwah, karena lebih terpercaya dan si Akhwat pasti kenal dengan orangnya.
“Lebih baik naik ojek,” ucap DR. Ahzami menjawab sendiri pertanyaan yang tadi ia lemparkan.
“Karena sebagai kader dakwah kita harus menghindari fitnah”, lanjutnya.
Ya, bagi masyarakat muka para kader dakwah bisa menjadi muka dakwah itu sendiri. Maka berhati-hatilah. Orang sekelas sahabat Nabi, Shafwan bin Al Muaththal dan Aisyah saja pernah terkena fitnah seperti ini apalagi kita yang bukan siapa-siapa.
- Akhwat yang naik gunung dan camping tanpa mahram
Saya berkeyakinan menjauhkan mudharat sebelum kita mengambil manfaat adalah hal yang sangat penting.
Meski yang terakhir ini terlihat sangat subjektif saya mencoba menerka baik-buruk nya bagi akhwat untuk camping jika tidak didampingi mahram.
Shalat di masjid adalah hal yang baik, namun kemungkinan besarnya mudharat akan lebih banyak jika perempuan pergi ke mesjid. Karena itulah disyariatkan untuk lebih baik Sholat di Rumah bagi perempuan.
Apalagi sekelas naik gunung!
Sebenarnya kegiatan seperti naik gunung ini adalah hal yang tidak sering dan hanya dilakukan tiap beberapa bulan sekali. Tentu tidak sulit untuk mengajak Mahram untuk mendampingi si Akhwat karena perencanaan untuk meluangkan waktu mahram bisa dilakukan sejak jauh hari.
Ibnu Abbas berkata,Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkotbah,”Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan (hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah bersafar (bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya.”
Banyak di antara perkara di atas bukanlah perkara mengenai benar atau salah, namun tentang tepat atau tidak tepat.
Majunya Islam bukan berarti kita harus mendegradasi nilai yang kita pegang. Islam telah sedemikian rupa menjagamu.. menghormatimu.. Maka hormati dan Jagalah dirimu..