Sepanjang sejarah kehidupan kita, tentu ada masa-masa yang kita kenal dengan masa jahiliyah. Masa di mana diri kita jauh dari Allah, masa di mana diri kita terpuruk ke lembah nista. Masa di mana keburukan sudah menjadi hal yang biasa, sedangkan kebaikan menjadi sesuatu yang sulit kita lakukan.
Ada kalanya kita berpikir untuk mentas dari jurang kenistaan tersebut. Namun, rasanya sulit sekali! Kebiasaan-kebiasaan yang merusak masih saja melekat pada diri. Bayang kelam dosa masa lalu sewaktu-waktu datang menghantui. Seolah-olah tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk kembali ke jalan-Nya.
Mulut ini masih sering menggunjingkan sesama. Mata ini susah untuk dipalingkan dari hal-hal yang haram. Telinga ini terbiasa mendengarkan sesuatu yang dilarang. Kaki ini masih terdorong untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat. Hati ini terlalu kotor dengan prasangka dan niat-niat buruk. Belum lagi aurat yang diumbar dan kemaluan yang tidak dijaga. Bagaimana kita bisa lepas dari itu semua?
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Islam adalah agama fitrah. Islam tidak menafikkan kelalaian atau khilaf yang dilakukan oleh manusia. Islam tidak menuntut umatnya untuk ma’shum (tanpa dosa –dosanya telah diampuni-), karena yang diberikan anugerah ma’shum hanyalah para Anbiyaa’. Meskipun ada yang belum sanggup untuk lepas dari dosa-dosa tersebut, Allah memerintahkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Kalian adalah makhluk yang berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad-Darimy)
Ya, masih ada pintu pertaubatan untuk kita. Bahkan ada kalanya kita perlu bersyukur karena masih bisa merasakan nistanya dosa. Ada salah seorang salaf berkata, “Berapa banyak maksiat yang memasukkanmu ke dalam syurga, dan berapa banyak amal ketaatan yang memasukkanmu ke dalam neraka.”
Jika perbuatan dosa membuat seorang hamba merasa hina, hancur hatinya, menangis, mengiba, beristighfar, dan menyesal, maka itu lebih baik daripada amal ketaatan yang membuat pelakunya menjadi sombong, ujub, congkak, tinggi hati, meremehkan sesama, dan memandang rendah orang lain.
Ada sebuah kisah tentang seorang ahli maksiat yang menjelang wafatnya berpesan agar mayatnya dibakar, agar abunya bisa dibuang ke laut untuk menghindari siksa kubur. Ahli maksiat ini menjelang hidupnya sangat takut dengan hisab Allah ‘azza wa jalla. Karena rasa takutnya itulah Allah pada akhirnya mengampuninya dan memasukkannya ke syurga.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata;
Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu persatu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal jahiliyah.”
DR. Fathi Yakan dalam bukunya Apa Bentuk Komitmen Saya Kepada Islam (Terj.) menuliskan bahwa salah satu cara mengabdikan diri untuk Islam adalah dengan mengetahui hakikat jahiliyah dengan memahami segenap pemikiran, aliran, dan strateginya. Juga dengan membongkar kelemahan dan kekurangannya, mengenali bahaya dan dampaknya, agar tidak terperosok ke dalamnya, sekaligus membuat persiapan yang baik untuk menghadapi dan mengatasinya.
Ada rahasia mengapa Allah memilih Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai pengemban risalah kenabian, yang notabene berasal dari kaum yang terkenal kejahiliyahannya. Andai Rasulullah diturunkan di tempat yang sudah madani, barangkali seperti yang dikatakan Umar bin Khattab, ikatan simpul Islam akan telepas satu-persatu karena tidak mengenal jahiliyah, tidak mengenal apa yang harus diubah, tidak mengenal apa yang harus diperangi, tidak mengenal apa yang harus dihindari, dan tidak mengenal apa yang harus dibuang jauh-jauh dari umat ini.
Wahai jiwa-jiwa pendosa! Barangkali diri kita sekarang masih bergelimang maksiat. Namun, siapa tahu, setelah ini kitalah yang menjadi pelita atas kegelapan yang menyebar di seluruh penjuru dunia. Tetaplah menyesal karena dosamu. Karena mungkin, secara perlahan jiwa suci itu bangkit dan merubah arah hidupmu!
“Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah Menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” (Al-Qashshash: 16)