Warisan Terbaik

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“. (QS. Al-Baqarah: 132)

Tiap manusia punya jatah rezekinya masing-masing. Yakinlah ini.

Bekal mendasar yang perlu dipersiapkan bagi anak-anak kita kelak setelah kita (sebagai orangtua) wafat bukanlah bersifat materi, bukan tentang seberapa banyak uang yang telah dicadangkan bagi mereka, sudah seluas apa rumah yang bisa mereka tempati nanti, dan lain sebagainya.

Tidak salah sih mempersiapkan hal tersebut. Tapi setidaknya ada beberapa hal mendasar yang jauh lebih penting dari pada itu semua.

Bekal Keimanan

Membangun pondasi keimanan yang kokoh (aqidah yang lurus) di dalam dada anak-anak kita merupakan hal yang krusial. Penting. Esensial!

Bukan hanya bagi keselamatan dunia-akhirat sang anak saja, tapi juga bagi keselamatan dunia-akhirat kita sebagai orangtua. Bukankah salah satu diantara 3 amalan yang terus berjalan jika seseorang meninggal adalah doa. Bukan sembarang doa, tapi lebih spesifik lagi, yaitu: doa dari anak yang shalih/ah.

Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka.” (HR. Ad-Dailami)

Bekal Karakter

Bekali anak dengan karakter pemberani, tidak takut mengambil resiko –yang telah diperhitungkan. Keberanian ini tidak muncul begitu saja. Ia tumbuh dengan latihan dan pelajaran.

Libatkan anak dalam diskusi tentang pengambilan keputusan yang akan ia jalani; ajari ia supaya berani mencoba, jangan jadikan kemenangan/piala/medali sebagai tujuan, tapi yang terpenting adalah si anak mau dan mampu berkompetisi/mengikuti persaingan dengan gembira dan tidak takut mencoba hal-hal baru yang bermanfaat.

Tanamkan sikap bertanggungjawab dan jujur. Beri contoh mengenai hal ini dalam keseharian. Contoh-contohnya: ketika mengambil makan sendiri harus dihabiskan; membereskan apa yang telah dimulai; ketika mendengar orangtuanya berbincang –semuanya dalam konteks kejujuran –tidak berbohong meskipun untuk bercanda; dan lain sebagainya.

Optimis. Tatap masa depan dengan wajah yang mendongak –maksudnya bukan sombong, tapi yakin bahwa akan selalu ada harapan bagi setiap langkah gerak usaha. Rasa optimis juga terkait keimanan kepada Allah, Tuhan penggenggam alam semesta. Yakinkankan bahwa dia memiliki Tuhan yang maha mendengar, maha mengetahui, maha penyayang, dst.

Bekal Ilmu

Ilmu agama, agar ia dapat mewujudkan tujuan penciptaannya,agar ia mengetahui cara-cara yang benar dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Ilmu ini bersifat fardu ‘ain. Wajib hukumnya bagi kita sebagai orangtua memberikan pengetahuan yang cukup agar ibadahnya bisa diterima. Karena syarat suatu ibadah diterima itu ada 2: niatnya ikhlas dan caranya benar (mengikuti Rasulullah SAW).

Dan juga ilmu dunia, agar ia dapat bersaing dengan anak-anak yang lainnya.

Insya Allah dengan bekalan-bekalan ini akan membuat anak-anak kita menjadi pribadi-pribadi yang kuat, tangguh dan mampu mencetak kesuksesan di dunia serta akhirat *amin.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’: 9)

Oleh: Syamsul Arifin, Balikpapan.
MultiplyFacebook