Dzikir Penyampai Pesan

Sering kali kita diingatkan oleh para ustadz/ustadzah dalam sebuah majelis taklim untuk membiasakan diri berdzikir kepada Allah. Dengan berdzikir maka hati akan tenang, dengan berdzikir segala kegundahan akan tertepis, dengan berdzikir beban berat akan terasa ringan, dengan berdzikir segala hal yang rumit akan terasa mudah. Maha Suci Allah !

Dzikir seperti yang kita ketahui memiliki makna mengingat Allah dengan cara menyebut dan memuji asma-Nya. Seperti mengucapkan kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, Lailaahaillallah, Allahu Akbar, Juga Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’mannasir. Dan banyak sederetan dzikir lainnya.

Tahukah ketika kita mau berdzikir setiap saat akan mendapatkan empat buah keistimewaan? Apa saja buah yang akan kita dapatkan itu? Dalam Majalisis Saniyah disebutkan empat manfaat dzikir:

Pertama, rezeki yang kita miliki itu akan seutuhnya milik kita dan tidak dikuasai oleh orang lain. Dengan begitu kita akan merasa tenang.

Kedua, menjadi rajin beramal. Apa yang kita amalkan itu suatu perbuatan yang kita kerjakan, bukan orang lain yang mengerjakan, seperti puasa kita yang mengerjakan, bukan orang lain, pun ibadah tahajud kita yang mengrjakan ibadah tersebut bukan orang lain, maka pahalanya akan mengalir ke kita bukan ke orang lain.

Ketiga, ada perasaan bahwa Allah selalu melihat kita.

Keempat, mendapatkan sebaik-baiknya ilmu, yaitu selalu mengingat pada kematian.

Berbicara tentang dzikir, ada kisah yang menunjukan bahwa dzikir dapat menyampaikan pesan seseorang. Dikisahkan di sebuah daerah ada seorang pengusaha yang bangkrut karena kehabisan modal. Sang Pengusaha itu berniat untuk meminjam kepada kawannya yang berada diseberang pulau, maka disempatkanlah datang mengunjungi kawannya dengan menggunakan perahu kayu yang biasa beroperasi di laut yang luas itu. Sesampainya di tempat kawannya itu, maka Sang Pengusaha menyampaikan hajatnya untuk meminjam uang kepadanya. Dengan berpanjang kalam maka Sang Kawan mau meminjamkan uangnya, tetapi Sang Kawan ini meminta jaminan kepada Sang Pengusaha itu.

“Jika aku mau meminjamkan uangku kepadamu, apa    kiranya jaminan darimu?”

“Jujur aku datang kesini ingin meminjam uang untuk modal kepadamu, aku tidak memiliki harta apapun yang bisa dijadikan jaminan.”

“Kalau tidak ada jaminan bagaimana aku bisa percaya kepadamu kalau kamu akan mengembalikan uangku?”

“Karena sudah tak ada lagi harta yang ku punya selain Allah, maka aku menjadikan Allah sebagai jaminanku. Bagaimana?”

“Baiklah aku terima jaminanmu itu, dan aku serahkan uang ini padamu.”

“Terimakasih kawan, insya Allah tahun depan pada hari Senin akan aku kembalikan uangmu ini.”

“Baiklah akan aku tunggu”

Dengan kesepakat ini dan Sang Pengusaha telah mendapatkan pinjamannya, maka Sang Pengusaha kembali pulang ke daerahnya melalui perahu melewati lautan yang cukup luas memecah antara daerah tempat tinggalnya dengan kawannya itu.

Tepat satu tahun di hari Senin, Sang Pengusaha ingat janji pada kawannya akan mengembalikan pinjamannya. Pagi-pagi sekali, pergilah Sang Pengusaha ke tepi pantai dengan niat ingin mengembalikan pinjamannya. Namun, sampai sore tiba perahu yang biasa beroperasi di pantai itu tidak kunjung tiba. Sampai akhirnya gelap pun tiba, ia ingin tetap mengembalikan uangnya itu, ia khawatir kawannya akan menanti janjinya. Karena pantai itu masih saja sepi, ia ingin tetap menepati janjinya, maka ia menyerahkan semua pada Allah, ia meyakini akan kekuasaan Allah. Dimasukkan uang itu ke dalam bambu beserta surat, dan dihanyutkanlah bambu itu ke laut dengan keyakinan penuh pada Allah dan membaca dzikir, “Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’mannasir . Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik pelindung dan penolong. “

Ternyata di seberang sana Sang Kawan pun sedang menanti kehadiran Sang Pengusaha di tepi pantai. Karena memang Sang Kawan ini sedang membutuhkan uang itu. Sampai larut Sang Pengusaha itu belum jua datang, maka pupuslah harapan Sang Kawan untuk menantinya. Mengingat pesan sang istri sebelum berangkat, minta dicarikan kayu untuk memasak, maka ia langsung mengambil kayu-kayu yang berserakan di tepi pantai itu.

Sesampainya di rumah ia langsung memotong kayu-kayu tersebut, dan salah satu dari kayu-kayu itu ada bambu yang dihanyutkan Sang Pengusaha itu. Ia sangat takjub ketika melihat di dalam bambu itu ada uang beserta surat dari Sang Pengusaha itu. Dan ia percaya akan kekuasaan Allah, dan jaminan Allah untuk perjanjian ini sangatlah luar biasa.

Allahu Akbar, Allah Maha Besar! Sangat mudah bagi Allah untuk memudahkan masalah hambanya, jika ia mau melibatkan Allah dalam segala urusan. Dan benar ketika ia berdzikir mengingat Allah dalam segala urusan maka Allah memudahkannya dan benar dzikir mampu menyampaikan pesan yang sulit dijangkau manusia.

Allahu a’lam bish shawab!

 

Malaka, 24 Oktober 2014.

Husnul Khotimah Aqiel