Kedahsyatan “Kata”

Bangsa ini merdeka dengan kata-kata “provokasi” yang membakar semangat para mujahid pejuang Indonesia: “MERDEKA ATAU MATI !”

Soekarno “menyihir” seluruh pelosok negeri dengan satu kata, “REVOLUSI” hingga nama beliau masih membahana di pelosok negeri hingga hari ini, bahkan menembus tapal batas negara, namanya diabadikan rakyat Afghanistan menjadi nama jalan mereka.

Penduduk negeri ini semuanya tiba-tiba membenci negara tetangganya begitu mendengar “GANYANG MALAYSIA!”.

Dengan jargon “PEMBANGUNAN” Soeharto 32 tahun memimpin negeri ini.

Yel-yel “REFORMASI” membuat semua orang terbawa euphoria kebebasan.

“Iqra’… Bacalah” maka negeri di tengah padang pasir Arab yg kering sehingga para penjajah untuk melirikpun enggan, menjadi Negara Super Power pemimpin peradaban dunia.

Kata-kata, bagai pedang bermata dua, pilih sabet ke kanan atau ke kiri, hingga baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dengan serius berkata “Jagalah ini” sambil memegang lidahnya.

Tapi satu kata mampu membuat seorang budak hitam bertahan dari siksaan tuannya yang menindihnya dengan batu besar di tengah terik padang pasir. Sambil menahan panas dan berat tindasan batu di dada telanjangnya ia berkata “AHAD… AHAD… AHAD” yang artinya satu,  Allah Maha Esa. Hingga suatu masa, baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan bahwasanya suara sandal sang budak hitam tadi terdengar oleh beliau di surga. Dialah Bilal bin Rabbah ra, Shahabat Rasulullah, seorang budak hitam dari Ethiopia.

Dan ketika orang-orang yang beriman dan beramal sholih menemui Rabb mereka maka,

(kepada mereka dikatakan): “SALAM”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yaasin: 58)

Semoga kata-kata kita menghantarkan diri kita ke surga. Amiin.

 

Oleh : Surono Abuhaidary, Yogyakarta

Facebook, Twitter