Ketika Baju Imam Ahmad bin Hanbal Dicuri

Syaikh Dr. Thariq As Suwaidan dalam bukunya Imam Ahmad ibn Hanbal mengisahkan bahwa Sang Imam rahimahullah, menunaikan ibadah haji sebanyak 5 kali seperti yang beliau tuturkan.

Perjalanannya ke Hejaz tidak saja ditujukan untuk melaksanakan ibadah haji tapi juga untuk meriwayatkan hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Ketika beliau merasa tidak cukup untuk tujuan tersebut, maka imam ahmad pun memutuskan untuk tinggal di Makkah sepanjang tahun 197 H.

Masa-masa beliau tinggal di Makkah dilakoninya dengan kehidupan sulit dan prihatin, karena beliau dalam kondisi miskin, beliau datang ke makkah sebanyak 3 kali dari baghdad dengan berjalan kaki.

Dalam salah satu perjalanannya beliau kehilangan pakaian karena dicuri. Karena tidak menemukan solusi akhirnya beliau mengurung diri di rumah.

Ali ibn Jahm menuturkan: Kami mempunyai seorang tetangga di Baghdad, ia menunjukkan satu kitab kepada kami seraya bertanya, “Kalian tau kitab ini milik siapa?”

Kami menjawab, “Ini kitab Ahmad ibn Hanbal.”

Kami bertanya, “Bagaimana Ahmad menulis kitab ini?”

Dia menjawab, “Saat kami berada di Makkah di tempat Sufyan ibn Uyainah, kami mencari Ahmad ibn Hanbal namun tidak menemukannya. Penghuni rumah tempat Ahmad menginap mengatakan bahwa Imam Ahmad sedang ada di rumahnya. Kamipun datang dan Ahmad bercerita bahwa pakaiannya hilang dicuri orang.”

Aku katakan padanya, “Aku punya uang beberapa dinar, jika Anda mau ambillah sebagai hutang jika Anda tidak mau maka ambillah sebagai pemberian.”

Ahmad tidak mau mengambilnya.

Aku katakan, “Jika begitu menulislah untukku dan Anda akan aku beri upah.”

“Baiklah… ” kata Imam Ahmad.

Maka akupun memberinya satu dinar tapi ia menolak sambil berkata, “Berikan aku sepotong pakaian dan potonglah menjadi 2 bagian.”

Ahmadp un mengenakan setengah potong kain untuk menutupi bagian bawah tubuhnya sedangkan sepotong lagi untuk bajunya.

Imam ahmad berkata, “Berikan aku sisa uang itu.”

“Maka akupun memberikannya. Selanjutnya aku membawa kertas dan pena, Ahmad mulai menulis untukku dan inilah tulisan beliau yang sudah dibukukan…”