Ketika Perempuan Kehilangan Tumpuan

Perjalanan kehidupan seorang perempuan sarat dengan permasalahan. Ketika kelembutan hati terlukai oleh rasa kehilangan sesosok tumpuan, lalu kemanakah jiwa akan berpegangan?

“Setiap jiwa akan merasakan kematian..” (QS Ali ‘Imran 183)

Malam itu 14 hari sudah suami Mirna berpulang ke rahmatullah karena kecelakaan. Selama itu pula ia berusaha tegar, menahan air mata yang rasanya sudah ingin tumpah berhari-hari yang lalu. Ia hanya tidak ingin merisaukan sanak keluarga yang menemaninya di masa berkabung hingga 2 minggu berlalu. Dan perlahan keluarga yang menemaninya harus meninggalkan Mirna di tengah kedukaan, karena mereka pun mempunyai aktivitas yang harus mereka jalani. Rasa sedih Mirna malam itu memuncak disaat kedua anak Mirna terlelap tidur. Ia menangis sejadi-jadinya. Rasa rindu pada suami membawanya dalam sujud panjang di qiyamul lail. Berkali-kali ia meminta petunjuk Illahi agar rasa sedih tak bersarang di hati, hingga ia mampu melanjutkan kehidupan tanpa sesosok tumpuan yang selama ini mengisi hari-harinya.

Perasaan hancur yang harus kita hadapi ketika kehilangan sesosok yang selama ini menjadi peringan beban disaat permasalahan semakin berat. Jiwa seperti remuk redam, rasanya sudah tak mampu lagi untuk menyatukan kepingan-kepingannya. Yang diingat hanyalah saat-saat terindah bersamanya. Apa yang dialami Mirna tentulah menyakitkan, kehilangan suami tercinta, dan terbayang di benak Mirna bahwa ia harus mendidik anak-anaknya yang masih kecil seorang diri.

Jalan hidup Mirna tentulah tak lepas dari kuasa Allah SWT, dan Allah tidak akan membebankan persoalan hidup manusia melampaui batas kesanggupan hambaNya.

“Allah tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya”. (QS : Al Baqoroh: 286).

“Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya”. (QS : Al Mukminun: 62).

Di dunia ini bukan hanya Mirna atau Anda saja yang pernah mengalami kehilangan orang yang dikasihi, karena di luar sana banyak yang mengalami penderitaan yang sama. Musibah yang menimpa mereka bahkan mungkin jauh lebih berat. Kini saatnya perempuan meneguhkan jiwa ketika kehilangan sesosok tumpuan yang dicintai, agar harapan dan iman selalu mendampingi.

Menyandarkan segala permasalahan hanya pada Allah.

Menangislah jika itu meringankan beban seorang perempuan. Menangislah sewajarnya. Berbagilah dengan sesama untuk saling menguatkan.  Tapi perlu diingat, jangan sampai curahan hati kita membuat orang lain merasa terbebani. Berbagilah sewajarnya. Simpan sisa tangis untuk keluh kesah di sujud panjang dalam shalat.

Teman kerja, saudara atau sahabat mungkin akan lelah mendengar segala kesedihan kita. Atau bahkan suatu saat mereka tidak menyediakan waktu meskipun hanya sekedar untuk menjadi  pendengar  yang baik di tengah kesibukan mereka. Tetapi lain hal nya dengan Allah Sang Maha Pencipta. Dia ada ditengah kesulitan kita, Maha Pemberi Kemudahan disaat beribu beban melanda kehidupan.

Jangan ragu untuk mengadu pada Nya. Karena Allah sangat senang jika hamba Nya meminta pertolongan, Allah selalu rindu doa-doa pinta hamba Nya. Jangan bersandar kepada manusia yang menamakan dirinya “orang pintar” yang mengaku “pintar” mengobati luka hati. Mereka tidak tahu yang Allah Maha Tahu. Hindari semacam ini, karena kemusyrikan bisa melanda ketika lengah. Curahkan semua persoalan kepada Allah, sandarkan nasib dan orang yang anda kasihi hanya pada Allah. Bukankah sebaik-baik penjaga adalah Allah SWT?

Jika seseorang terbiasa melibatkan Allah dalam keseharian dan meminta pertolongan Allah di setiap persoalan, maka beban yang menghimpit akan terasa ringan. Begitu pun dengan kehilangan sesosok tumpuan. Bila di setiap hal kecil saja atas kehendak Nya, maka tak sulit bagi Allah menyeleseikan ujian yang besar.

Tumbuhkanlah keyakinan yang mendalam atas kebesaran Allah, agar Allah melapangkan hati.

“Allah pasti kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (QS. Ath Tholaaq: 7)

Menyibukkan hati dengan Istighfar.

“Katakanlah ‘Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun. ” (QS Az Zumar:53)

Memohon ampun atas segala kesalahan di masa lalu, agar Allah membukakan pintu hidayah Nya lalu memberi cahaya di tengah kesedihan. Sehingga terbukalah pintu-pintu jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Karena setiap manusia adalah mahluk yang lemah di hadapan Allah, maka hendaklah kita senantiasa bertasbih memuji asma Allah untuk menguatkan jiwa agar iman pun selalu terikat di hati kita.

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AL Hasyr:1)

Istighfar menjadikan seorang muslimah mempunyai harapan atas Rahmat Nya, sehingga Allah menghapus rasa putus asa yang ada padanya. Jikapun itu ujian,  hanya Allah yang Maha berkehendak memberikannya, maka semata-mata ujian itu adalah sebagai penghapus dosa.

Jangan menyerah.

“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf:87)

Percayalah takdir Allah selalu baik. Allah menurunkan rahmat Nya bagi hamba Nya yang bersabar dikala sedih dan bersyukur dikala senang.

“ Sungguh menakjubkan perilaku orang mukmin. Semua keadaan adalah baik baginya. Jika memperoleh kesenangan dia bersyukur dan yang demikian itu adalah baik baginya. Dan jika dia ditimpa kesusahan diabersabar. Dan yang demikian itu adalah baik baginya. Perilaku seperti itu hanya ada pada diri seorang mukmin.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Dibutuhkan kesabaran agar hati semakin ikhlas. Dibutuhkan ketegaran untuk memahami bahwa semua yang hidup pasti mati dan semua kembali kepada Allah yang Maha Punya Kehidupan.

Raih rasa ikhlas dengan tilawah Al Qur’an, agar cahaya Al Qur’an menerangi hati kita. Lalu menjalankan ibadah sunnah, daripada menghabiskan waktu dengan meratapi orang yang kita sayangi sudah tiada maka mengingat Allah dengan menjalankan sunnah Rasul Nya akan menghapus rasa sedih.  Perbanyaklah menjalin tali silaturrahim dan tetaplah berdoa di sepanjang waktu supaya Allah segera membukakan pintu kebahagiaan yang telah dipersiapkan untuk kita. Jangan lupakan pula untuk mengasah hati dengan bersedekah, karena bersedekah dapat mengikis kesedihan dengan melihat senyuman orang lain yang terbantu oleh kita  ketika mereka juga sedang dalam kesulitan.

Yakinilah Allah bersama perempuan yang sabar, ikhlas dan ber ikhtiar untuk menggapai sebuah harapan. Insya Allah rasa kehilangan pun akan terganti dengan banyak hikmah kebahagiaan dibalik kesedihan.

“Mahasuci Allah Yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Mahamulia lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk :1-2)