Ketulusan dan Kepasrahan Seekor Kucing

Seekor kucing belang tiga; hitam, putih, dan kuning; telah melahirkan 6 ekor bayi kucing dari dalam rahimnya dengan susah payah di dalam bak besar di salah satu sudut sebuah gudang. Sebelumnya si kucing belang tiga telah mempersiapkan kelahiran bayi-bayinya dengan menemukan tempat yang strategis dan tersembunyi itu jauh-jauh hari. Si kucing belang tiga melahirkan bayi-bayinya dengan penuh perjuangan. Saat seekor bayi pertama keluar dari rahimnya, si kucing belang tiga langsung membersihkan bayinya hingga bersih dan kering dengan menjilatinya tak kurang selama 20 menitan, padahal di dalam rahimnya masih ada 5 ekor bayinya yang menunggu untuk dikeluarkan. Bayangkan, si kucing belang tiga masih sempat-sempatnya melakukan itu, sambil menahan sakit. Begitulah seterusnya hingga ke enam ekor bayinya keluar lahir ke dunia dengan selamat.

Setelah semua bayinya lahir, si kucing belang tiga langsung mengatur posisi untuk mulai menyusui bayi-bayinya. Mungkin karena lelah, akhirnya si kucing belang tiga tertidur sambil menyusui bayi-bayinya. Hmm, bayi-bayi kucing itu begitu semangat menyusu. Terbayar sudah perjuangan sang induk, sikucing belang tiga, dengan enam ekor bayi kucing yang mungil dan lucu. Saat baru lahir, bayi-bayi kucing yang mungil dan lucu itu belum dapat melihat. Setelah beberapa waktu barulah mereka perlahan-lahan bisa melihat indahnya dunia, mereka bisa melihat induknya yang belang tiga. Sang induk dengan telaten merawat ke enam ekor anaknya. Saat si kucing belang tiga lapar, ditunggunya bayi-bayi kucing itu hingga tertidur sebelum pergi mencari sisa-sisa tulang belulang ikan di tempat sampah di samping rumah pemilik gudang. Syukur kalau si kucing belang tiga dapat sisa kepala ikan yang besar, bisa penuh kantung susunya, bisa gemuk bayi-bayinya.

Saat 6 ekor anak kucing itu sudah bisa berjalan, mereka sudah mulai bisa makan, di samping tetap menyusu pada induknya. Kini si kucing belang tiga harus mencari makan untuk dirinya sendiri dan keenam ekor anaknya. Dengan telaten si kucing belang tiga selalu menyisakan makanannya yang sedikit itu dan membawanya pada anak-anaknya. Si kucing belang tiga, setiap kali datang membawa makanan untuk anaknya selalu bersuara khas, “mmeeeeeooooooooonnngg”. Lengkingan meong yang panjang. Mungkin isyarat untuk memanggil anak-anaknya. Mendengar induknya datang, 6 ekor anak kucing itupun langsung bersahutan mengeluarkan meong yang lebih pendek dengan interval yang sering. “Meong, meong, meong, meong”. Sungguh hubungan yang harmonis antara induk dan anak, tak bisa dijelaskan dengan kata. Sepertinya takkan pernah pudar.

Saat seperti biasa si kucing belang tiga datang membawa makanan, tapi sepertinya tak seperti biasa. “Meooooonnngg”, hening, tak ada sahutan suara sedikitpun. Ah, mungkin anak-anak kucing itu sedang tertidur pulas. Si kucing belang tiga coba mengulangi panggilannya sekali lagi. Tetap hening, mmm, mungkin tidur mereka sangat pulas. Si kucing belang tiga menghampiri sarangnya, saat ia melongok ke dalam bak besar itu, tak ada seekorpun anaknya di situ. Mungkin mereka sedang bermain di suatu tempat di sekitar sarang. Si kucing belang tiga tetap tenang, ia letakkan makanan yang digigitnya dan mulai berkeliling di sekitar sarang sambil mengeong. Kali ini meongnya lebih panjang dan lebih sering dari biasanya. Sepuluh menit berlalu, tak ada satu suarapun yang menyahut. Si kucing belang tiga, mengulangi sekali lagi pencariannya. Tetap tak menemukan apapun. Akhirnya ia berhenti mengeong. Si kucing belang tiga masuk dan merebahkan tubuhnya di dalam sarangnya. Mungkin beberapa saat lagi akan terdengar suara anak-anaknya. Si kucing belang tiga pun tertidur. Saat terbangun ia ulangi lagi pencariannya. Nihil.

Si kucing belang tiga pergi meninggalkan sarangnya, mungkin ia mencari anak-anaknya ketempat yang lebih jauh. Beberapa waktu kemudian, si kucing belang tiga kembali dan mengulangi lagi pencariannya di sekitar sarang. Beberapa hari, tetap nihil. Akhirnya si kucing belang tiga itu tak pernah kembali lagi ke sarangnya. Mungkin ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Mungkin ia merasa bahwa usahanya sudah maksimal. Mungkin, dalam kepasrahannya, si kucing belang tiga merasa takkan pernah bersua dengan anak-anaknya lagi. Ternyata anak-anak kucing itu dibuang oleh sang pemilik gudang. Mmm, andaikan sang pemilik gudang tau apa yang dirasakan oleh si kucing belang tiga. Entah anak-anak kucing itu sekarang masih hidup atau sudah mati.

Ada hikmah yang besar dibalik semuanya. Kasih sayang, perjuangan, dan kepasrahan seekor kucing belang tiga. Bayangkan seekor kucing, hanya seekor kucing. Ya! Seekor hewan yang sedikit akalnya.

 

Oleh: Faaris el-Qolam, Lumajang

facebook