Menjadi Pembohong Tanpa Sengaja

Sungguh tiap kata dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban. Sekecil apapun. Seremeh apapun dimata kita, bukan hal remeh dihadapanNya. Allah menjadi penghitung yang paling teliti, hakim paling adil. Bukan hanya hal-hal yang dikerjakan secara sengaja, hal yang tidak sengaja pun akan dimintai pertanggungjawaban.

Ah, teringat kejadian akhir-akhir ini. Banyak media yang mudah memelintir berita. Sedangkan masyarakat, begitu mudah percaya apapun yang didengar dan dibacanya. Hingga akhirnya tak terbedakan mana yang benar dan mana yang hanya terlihat dibenarkan.

Korbannya tidak hanya masyarakat awam biasa. Para intelektual yang hampir setiap hari memantau perkembangan berita pun juga jadi korban. Banyak yang akhirnya menjadi mudah dibodohi.

Percaya saja apa yang media suguhkan. Mirisnya lagi, tidak jarang yang langsung membagikan berita-berita yang entah seperti apa kebenarannya ke jejaring sosial. Padahal hal tersebut tidak jelas kebenarannya, bahkan tak jarang isinya adalah kebohongan.

Diantara kekhawatiran pada meneruskan perkataan atau tulisan yang belum jelas benar adalah berbohong tanpa sengaja. Atau bisa jadi, kesengajaan kita bukan terletak pada menyebarkan kebohongan, namun sengaja tidak mau belajar untuk menelaah ulang kebenaran yang kita dapatkan.

Banyak dari kita yang begitu mudah percaya akan suatu berita hanya karena kita kenal dengan orang yang menyebarkan berita. Lebih lagi, ada yang menjadi mudah percaya pada berita karena itu mendukung apa yang dipilihnya. Urusan itu benar, valid, terpercaya atau tidak, itu urusan belakang.

Duhai ummat, masih ingatkah akan nasehat Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam ini

“Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia mengatakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim).

Lalu bagaimana dengan kita yang masih dengan mudah menyebarkan berita padahal kita tidak tahu kejadian yang sebenarnya? Maka, bukankah seharusnya kita khawatir bila ternyata diri ini termasuk golongan para pembohong yang diwaktu bersamaan tidak menyadari akan kebohongannya? Ataukah dalam diri kita sudah banyak dusta yang mengumpul hingga tak terbedakan lagi mana yang benar dan mana yang salah?

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu’alam