Punk Muslim, Gerak Dakwah Bagi Kaum Tak Terjamah

Punk. Mendengar kata satu ini pasti yang terbayang dalam benak kita adalah kasar, lusuh, gelandangan, pengamen, rambut mohawk, narkoba, anarkisme, anti kemapanan dan berbagai dinamika jalanan lainnya. Tak bisa dipungkiri, itu memang paradigma yang sudah melekat dalam pikiran kita hampir di seluruh negeri ini. Dan yang perlu disayangkan lagi, terkadang tak ada yang ingin menjamah mereka untuk memberikan sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan mereka, tidak terkecuali dakwah yang saat ini mulai menjadi komoditas jual beli oleh beberapa orang.

Punk Muslim, sebuah komunitas (atau aku lebih suka menyebutnya “gerak dakwah” baru) yang digagas oleh Alm. Budi Khoironi dan Ahmad Zaki pada tahun 2007 lalu mencoba untuk mengajak kaum yang tak pernah terjamah  (Punkers) ini untuk menikmati indahnya dakwah dan kembali kepada fitrah mereka sebagai seorang muslim.  Hal ini diawali dari kegelisahan Alm. Budi karena ketakutannya akan banyaknya dosa yang ada pada dirinya, selain itu keprihatinannya melihat keadaan punkers di jalanan seperti dirinya yang membuatnya takut kelak neraka akan dipenuhi oleh punkers jalanan sepertinya. Akhirnya Alm. Budi Khoiri dan Ahmad Zaki memulai dengan mengadakan pengajian setiap Kamis malam ba’da shalat isya’ untuk para punkers jalanan.  Tentu saja perjuangan mereka tidak semudah membalik tangan, berbagai cobaan harus mereka hadapi termasuk berhadapan dengan preman. Namun, semangat untuk menyampaikan Islam kepada para Punkers tak membuat mereka patah arang, sehingga terbentuklah Punk Muslim seperti yang ada saat ini dengan Punkajian (baca:pengajian), pendidikan dan berbagai aktivitas lainnya.

Yang menjadi permasalahan saat ini, komunitas Punk Muslim sering menjadi objek judgement oleh segelintir penggiat dakwah maupun umat islam yang mereka sendiri (mungkin) tak mau menyentuh para kaum tak terjamah ini. Banyak justifikasi yang mereka keluarkan dimana Punk dan Islam itu bertentangan dan tak mungkin bersatu, lebih parah lagi ada pula yang men-judge sesat, pengikut Lady Gaga dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu hanya berdasarkan pandangan bahwa punk yang identik dengan tattoo, dekil dan anarkisme yang bertentangan dengan Islam. Namun, mereka melupakan bahwa ada kata dakwah di antara kata Punk dan Islam.

Entahlah, mungkin ini penyakit para penggiat dakwah dewasa ini seperti yang diutarakan Ustadz Jazir ASP, “Para ustadz jaman dahulu mengajak umat ke arah islam tanpa sibuk menyalahkan, sedangkan para ustadz jaman sekarang lebih banyak menyalahkan, bahkan mengkafirkan bukan malah memperbaiki umat.” Sebuah kritik pedas bagi penggiat dakwah saat ini memang, tapi itulah kenyataannya. Bukan saatnya menyudutkan gerak dakwah bagi kaum tak terjamah ini, tapi mendukungnya untuk mengembalikan fitrah kaum tak terjamah sebagai seorang muslim.

Kembali pada Punk Muslim, kembali pada bagaimana cara kita memandangnya dan tujuan awal pembentukannya. Bagiku, inilah sebuah gerak dakwah baru, sebuah gerak dakwah bagi kaum tak terjamah. Sebuah gerak dakwah yang memang bisa menyentuhkan islam agar lebih dekat dengan kaum tak terjamah. Poin pentingnya bukan tentang penyatuan antara Punk dengan Islam, sehingga memunculkan golongan baru yang disebut Punk Muslim. Tapi mencoba mengubah kaum tak terjamah kembali pada fitrahnya sebagai seorang muslim.

Sebut saja salah satu penggiat dakwah dalan komunitas Punk Muslim ini, Intan Dwi Aprisa. Dia adalah salah satu yang menikmati hidayah Allah melalui Punk Muslim. Gadis kelahiran 24 April 1995 ini memilih musik punk dan kehidupan jalanan pada 2007 hingga 2009 yang lalu. Di tengah kegalauan hatinya, ia menemukan Punk Muslim yang membawanya kembali kepada kehidupan yang jauh lebih baik. Bukan hanya meninggalkan kehidupan punk, kini ia istiqomah untuk menutup auratnya. Jilbab lebar, pakaian tak ketat, rok panjang dan kaos kaki menemaninya kemanapun ia pergi. [1]

Punk Muslim, hanya ingin membawa secerca cahaya awal yang lebih baik kepada kaum tak terjamah ini. Bukan masalah apakah mereka diterima pembawa cayaha lainnya atau tidak, tapi setidaknya ada keinginan untuk menyampaikan cahaya ini kepada mereka yang terlalu lama dalam gelap. “Ballighu ‘anni walau ayah, Sampaikanlah walau satu ayat” Bukankah itu yang Rasulullah sampaikan kepada kita? Inilah dakwah, jalan bagi para pecinta-Nya dan utusan-Nya, dengan cara sedikit berbeda mereka menyampaikan cahaya-Nya. Inilah dakwah, bagi kaum tak terjamah.

Footnote:
[1] http://arrahmah.com/read/2012/07/27/21931-intan-mantan-punkers-yang-menjadi-muslimah-kaffah.html

Oleh: Agung Nugraha S.
Mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi UGM 2011