Ramadhan, Momentum Membersihkan Diri dan Peduli Tetangga

Banyak hikmah dan keutamaan yang Allah hadirkan pada bulan Ramadhan. Bahkan ibadah-ibadah yang biasa dilakukan di bulan lain, menjadi luar biasa ketika Ramadhan. Inilah yang menjadi alasan Rasulullah dan para sahabat begitu besarnya merindukan untuk berjumpa dengan Ramadhan. Tidak hanya itu, bahkan mereka menginginkan setiap bulan adalah bulan Ramadhan.

Rasulullah sebagai teladan terbaik sepanjang zaman, mengajarkan kepada ummatnya, bahwa hadirnya Ramadhan tidak cukup hanya dimaknai sebagai momentum untuk menjadikan manusia yang hanya shalih pribadi, tetapi juga manusia yang shalih secara sosial. Karena untuk membentuk masyarakat yang islami, dibutuhkan kehadiran pribadi-pribadi shalih yang akan mewarnai masyarakat dengan keislamannya.  Tidak hanya sebatas aktifitas keagamaan, pribadi-pribadi tersebut juga harus memberikan manfaat yang banyak untuk masyarakat di sekitarnya.

Menurut Hilman Rosyad MA, ada 10 aktfitas ibadah unggulan yang bisa dilakukan oleh setiap muslim sebagai sarana mencapai derajat takwa. Yang menarik, dua diantaranya merupakan aktifitas sosial yang memang Rasulullah  biasa lakukan pada bulan Ramadhan.

Yang pertama adalah mengeluarkan harta dengan zakat dan infak. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, tapi beliau lebih dermawan pada bulan Ramdhan saat beliau kedatangan Jibril. Saat itu, kedermawanan Rasulullah seperti angin yang berhembus” Artinya, beliau memberikan apa saja untuk disedekahkan seakan seperti angin yang tidak peduli hambatan, terus berhembus.

Ramadhan idealnya menjadi masa di mana orang-orang shalih berlomba-lomba untuk berinfak dan mengeluarkan zakat. Sebesar apapun infak yang dikeluarkan, akan menjadi kebaikan di masyarakat karena akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi orang-orang fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Sehingga masyarakat akan tetap berpegang teguh dalam keislaman.

Pada hakikatnya, setiap zakat yang dikeluarkan bertujuan untuk membersihkan diri dan jiwa pada setiap orang yang melakukan.

 Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan diri mereka. (QS. At-Taubah :103).

Seperti disampaikan oleh Ust. Ahmad Sarwat Lc, menjadi kekeliruan di tengah masyarakat, bahwa harta zakat berfungsi untuk mensucikan harta yang kita miliki, sebab harta yang kita miliki itu seharusnya memang sudah suci, karena kita dapat dengan jalan yang halal. Yang dimaksud di dalam ayat ini adalah disucikannya diri dan jiwa kita dengan cara berzakat.

Yang kedua adalah memberi makan untuk berbuka, sebagaimana Rasulullah katakan “Barang siapa memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka kepadanya diberikan pahala sama dengan orang yang berpuasa dengan tanpa berkurang sedikitpun”.  Dengan melakukan ibadah ini, setiap muslim akan mendapatkan dua manfaat sekaligus, pahala dari Allah dan juga kedekatan antara yang memberi dan yang menerima. Pertanyaannya adalah siapa yang berhak menerima pemberian berbuka?

Dari Abu dzar ra, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim).

Pada Riwayat lain, dari Aisyah r.a berkata,  “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki dua tetangga. Kepada tetangga yang manakan aku berikan hadiah?” Jawab Nabi, “Kepada tetangga yang pintu rumahnya lebih dekat denganmu.” (H.R. Bukhari).  Ini menjadi sunnah bagi kita, untuk memberikan makanan berbuka kepada tetangga terdekat, karena hal ini dapat menumbuhkan rasa cinta kasih dan menguatkan silaturrahim di antara tetangga. Dengan menunjukkan kepedulian yang tinggi kepada tetangga, maka dapat menciptakan kerukunan pada masyarakat.

Kemudian, perlu diperhatikan bahwa yang dimaksud tetangga pada hadits ini tidak hanya sebatas tetangga sesama muslim, tetapi tetangga yang berbeda keyakinan juga mendapatkan hak sebagai tetangga. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dalam akhlak kesehariannya berinteraksi dengan tetangganya. Mereka tidak hanya mendapatkan manfaat kebaikan, tetapi juga dapat tersentuh hidayahnya karena akhlak.

Begitulah Rasulullah mengajarkan kepada setiap muslim dalam berinteraksi di tengah masyarakat. Semoga ramadhan tahun ini, dapat kita jadikan momentum untuk menguatkan rasa kebersamaan sosial dengan membersihkan diri dan peduli terhadap tetangga. Wallahu’alam.

Oleh: Agus Ismail, IMUSKA, Korea Selatan