Saat Rumah Tangga dalam Prahara

Senang sekali melihat orang menikah, terbuka satu pintu ibadah, tertutup satu peluang maksiat : zina. Saking senang, semua orang pun merasa gembira.

Begitu mulianya nikah, sampai Iblis tak merasa bangga pada kerja setan kecuali yang berhasil memisahkan rumah tangga.

Rumah tangga beriak dan berombak, kadang berprahara itu biasa, saya juga sama.

Dalam mematangkan kedewasaan, konflik itu madrasahnya.

Ada orang yang pandai sekali mengelola emosi, memanage konflik, mengatur irama. Tutur katanya luar biasa di saat badai tetap tenang, hebat sekali.

Ada orang yang sedang-sedang saja, ada yang mudah rapuh, terpental, kagetan, gak nyangka kenapa semua jadi begini. Orang yang miskin pengalaman emosional di masa kecil, cenderung mudah retak. Sejujurnya, saya tipe yang terakhir itu, lebih malah, amat mudah rapuh.

Kalau rumah tangga lagi prahara, saya bingung mau ngapain. Ngomong salah, diam salah, senyum salah, cemberut salah, nawarin makan juga salah. Pokoknya dalam urusan cinta dan mengelola hati pasangan sangat tidak terlatih sama sekali, jahil murokkab.

Kalau rumah lagi prahara benar-benar buntu sebuntu-buntunya, parahnya cari cara penyelesaiannya malah browsing ke Kyai Google, amatir sekali. Terang, makin ruwet, lebih ruwet lagi kalau tips dari google malah dibuka ke pasangan buat mulai buka komunikasi… bener-bener deh.

Kalau semua sudah buntu, yang teringat nasehat almarhumah Ibu, inget nasehat guru : SHALAT. Ya saya shalat minta tolong sama Allah, cerita sebebas-bebasnya, mau merajuk, tersedu-sedan, atau apa terserah saja wong lagi curhat, lagi katarsis, lagi minta jalan. Dan ditambahi istighfar banyak-banyak.

Ndilalah kadang gak sampe sehari, malah setengah hari, rumah tangga langsung adem lagi, air laut jadi kembali tenang, ada saja jalannya. Kadang yang gak saya paham, tapi sederhana saja.

Ibu memang tak mengajarkan teori parenting, pendidikan rumah tangga, dsb, Ibu cuma ngajari shalat itu saja, dan dengan jalan shalat lah saya banyak diselamatkan Allah sampai kini kami menempuh rumah tangga ini 8 tahun, alhamdulillah.

Ya, mudah-mudahan cara sederhana ini juga banyak membawa pengaruh dalam kehidupan teman-teman semua: shalat.

Alhamdulillah, terima kasih ayah dan ibu, saudara dan kerabat, guru dan teman-teman semua…atas ilmu yang pernah saya terima. Terima kasih istriku tercinta, selamat hari ayah dan ibu, merekalah guru pertama,

Ustadz Rudi Wahyudi, SIP