Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari Al Qur’an, baik dari sisi hukum, akhlaq, aqidah, sosial, politik, budaya dan kesehatan. Pada kesempatan kali ini kita akan merenungi firman Allah yang terdapat di dalam Qs Maryam : 22- 26. Lima ayat tersebut sebenarnya menceritakan tentang kelahiran Isa bin Maryam, tetapi ternyata di dalam peristiwa tersebut mengandung pelajaran-pelajaran yang sangat berharga di dalam kehidupan kita, tidak terkecuali pelajaran tentang hidup sehat, pengobatan yang alami dan islami.
1. Memilih Tempat Yang Tenang dan Jauh Dari Keramaian
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَاناً قَصِيّاً
“ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.“ (QS Maryam : 22)
Pada ayat tersebut Siti Maryam mengandung bayi tanpa suami. Karena perasaan malu yang amat sangat, beliau-pun mencari tempat yang sepi, tenang dan jauh dari pandangan dan keramaian manusia.
Dalam kajian fiqh, para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban membaca surat Al Fatihah bagi makmum dalam sholat jahriyah. Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa sebagian ulama seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi’I di dalam pendapat yang lama (al qaul al qadim),serta riwayat Imam Ahmad tidak mewajibkan makmum untuk membaca Al Fatihah ketika imam sholat sedang membacanya, bahkan diperintahkan diam untuk mendengar bacaan imam. Ini sesuai dengan perintah Allah subhanahu wata’ala :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Jika dibacakan kepada kalian Al Qur’an, maka hendaknya kalian mendengarnya dan diam agar kalian dirahmati oleh Allah.” (QS Al A’raf : 204)
Dilihat dari sisi psikologi, seseorang merasa kesulitan untuk berkonsentrasi membaca Al Fatihah ditengah-tengah suara imam yang sedang membaca Al Qur’an. Oleh karenanya, pendapat ini lebih bisa diterima dan sesuai dengan kemampuan para mukallaf itu sendiri, karena Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya.
Terapi dengan mencari ketenangan batin sangat diperlukan bagi siapa saja yang menderita penyakit fisik. Ketenangan batin ini timbul dari ketenangan pikiran, dan ini bisa didapatkan di tempat-tempat yang tenang, sepi dan jauh dari keramaian manusia. Makanya, kita dapatkan orang-orang yang hidup di pedesaan yang terpencil jauh dari keramaian manusia, biasanya jauh lebih sehat dibanding masyarakat yang hidup di tengah kebisingan dan keramaian.
Suku Hunza yang hidup di lereng pengunungan Himalaya, dikenal jarang menderita sakit dan rata-rata dari mereka merumur panjang, selain faktor makanan, pola hidup, dan udara yang bersih, mereka juga bisa hidup tenang, di tempat yang sepi, jauh dari keramaian manusia. Hari-harian mereka ditemani dengan suara kicauan burung dan tiupan angin, serta suara-suara alam lainnya yang membuat hati tenang dan sejuk.
Maka, bagi anda yang menderita penyakit ringan maupun berat dan ingin sembuh, cobalah hidup di pedesan yang jauh dari keramaian kota, atau jika hal itu susah untuk dilakukan karena terkait dengan ikatan kerja di kota besar seperti Jakarta, maka paling tidak yang bisa anda lakukan adalah mencari tempat tinggal di pinggiran kota, yang masih asri, sepi, tidak polusi dan jauh dari keramaian, tetapi akses menuju kota masih terjangkau.
2. Bergembiralah dan Jangan Bersedih
Pada saat-saat melahirkan, Siti Maryam merasa sedih karena mempunyai anak tapi tidak pernah ada bapaknya. Siti Maryam sangat terpukul dengan kejadian ini, sehingga dia berangan-angan untuk mati saja daripada menanggung rasa malu yang amat sangat, beliau juga berangan-angan menjadi orang kecil yang tidak dihiraukan dan dilupakan begitu saja.
Dalam keadaan kesedihan dan kegalauan yang amat sangat tersebut, maka malaikat Jibril atas perintah Allah memanggilnya dan memberikan nasehat dan petuah serta pengarahan-pengarahan di dalam menghadapi situasi yang sangat memukul perasaannya tersebut. Diantara petunjuk yang disampaikan malaikat Jibril adalah : “Janganlah bersedih.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman menceritakan peristiwa tersebut :
فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَآ أَلاَّ تَحْزَنِى قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيّاً
“ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (Qs. Maryam : 24)
Kesedihan yang berlarut akan menyebabkan fisik seseorang menjadi lemah dan kesehatannya menurun, bahkan seseorang bisa mati karena kesedihan yang amat sangat.
Di dalam kisah Nabi Ya’kub disebutkan bahwa Nabi Ya’kub menjadi buta karena banyaknya menangis sedih memikirkan anaknya yang tercinta Yusuf yang hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ وَابْيَضَّتْ عَيْنَاهُ مِنَ الْحُزْنِ فَهُوَ كَظِيمٌ
“ Dan Yakub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya) “ (QS Yusuf : 84)
Umat islam dianjurkan untuk mengunjungi orang yang sedang sakit, walaupun tidak harus membawa oleh-oleh atau bingkisan tangan ataupun bantuan uang. Yang penting mengunjungi sebagai bentuk adanya perhatian terhadap orang yang sakit tersebut. Orang yang sakit jika kedatangan teman-temannya yang berempati kepadanya dan menaruh perhatian terhadap keadaaanya, apalagi jika bisa menghiburnya dan membantu apa yang dibutuhkannya, tentunya dia akan merasa gembira dan merasa lebih kuat, serta kesedihannya berangsur-angsur akan hilang. Ini semuanya bisa menyebabkan orang yang sakit tersebut akan lebih cepat sembuh.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ
“Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, kesembuhan bisa dicapai dengan sugesti dan perasaan gembira. Kalau seseorang berpikir positif dan selalu optimis dalam hidupnya. Insya Allah hal tersebut bisa dijadikan terapi di dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menimpanya.
Allah subhanahu wata’ala menjelaskan bahwa salah satu sifat wali Allah adalah mereka yang tidak khawatir dan bersedih di dalam menghadapi kehidupan dunia ini. Allah berfirman :
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” ( QS Yunus : 62-63 )
Para ahli tafsir menjelaskan maksud dari “ Tidak Khawatir “, yaitu tidak khawatir terhadap masa depan. Mereka selalu tenang di dalam menghadapi hal-hal yang akan terjadi ataupun yang belum terjadi. Karena mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah ditaqdirkan Allah semenjak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam :
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Rasulullah menambahkan: ‘Dan arsy Allah itu berada di atas air.” (HR. Muslim, no : 4797)
Seseorang yang merasa tenang, maka hidup dan pikirannya akan tenang dan ini menyebabkan lancarnya aliran darah dan menyebabkan tubuh dan fisiknya menjadi sehat.
Allah subhanahu wa ta’ala memberikan arahan kepada umat Islam, khususnya kepada hamba-hamba-Nya yang paling dekat dengan-Nya hendaknya mereka janganlah khawatir dan bersedih hati, karena Allah selalu berada di samping mereka, akan menolong mereka pada setiap kesulitan dan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, hidup mereka selalu diliputi rasa ketenangan dan ketentraman. Perasaan inilah yang membuat orang selalu sehat jiwa dan fisiknya.
Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. “ ( Qs Ar Ra’du : 28 )
3. Bergerak, Beraktivitas, serta Berusaha
Seseorang yang terus memikirkan apa yang menimpanya, tanpa mencari solusinya adalah tindakan yang bodoh dan sifat orang yang berputus asa. Sebagian dari kita lebih senang mengungkap problematika dan masalah serta kesulitan yang dia hadapi, tanpa sedikitpun membicarakan atau paling tidak mencari jalan keluar dari problematika tersebut. Sehingga orang yang mendengarnya hanya sedih, capai dan kecewa. Padahal yang mesti dia lakukan adalah memikirkan jalan keluar dan solusinya, atau orang menyebutnya dengan istilah “ Problem Solving “.
Setelah malaikat Jibril memberikan petunjuk kepada Siti Maryam agar tidak bersedih, kemudian perasaan sedih itu sedikit demi sedikit hilang, dan mentalnya sudah siap menerima keadaan, maka malaikat Jibril segera melanjutkan dengan memberikan jalan keluar (problem solving) yaitu agar Siti Maryam menggoyang-goyang pohon kurma yang dipakainya bersandar ketika menahan sakit karena melahirkan, dengan harapan akan muncul pertolongan Allah. Benar saja, ketika Siti Maryam mengguncang-guncang pohon kurma tersebut, maka berjatuhanlah buah kurma ke arahnya.
Dalam hal ini Allah berfirman :
وَهُزِّى إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَباً جَنِيّاً
“ Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Qs. Maryam : 25)
Bisa saja Allah dengan kekuasaan-Nya menjatuhkan buah kurma dengan mengirimkan angin yang kencang atau dengan cara lain, sehingga buah kurma itu berjatuhan. Tetapi itu tidak dilakukannya, justru Allah memerintahkan Siti Maryam yang masih dalam keadaan lemah karena melahirkan, untuk bergerak, berusaha dan beraktivitas, serta mengambil langkah. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimanapun juga keadaan kita, tetap saja kita harus berusaha dan tidak boleh berpangku tangan.
Para ahli tafsir menyebutkan dalam ayat ini bahwa walaupun rizki itu sudah ditentukan oleh Allah kepada setiap manusia, tetapi manusia harus berusaha mencari dan menjemput rizki tersebut, tidak boleh berpangku tangan dan diam diri menunggu rizki itu datang sendiri. Umar bin Khattab ketika mendengar orang yang berdo’a di dalam masjid meminta rizki dari Allah tanpa ada usaha untuk bekerja, beliau marah dan mengucapkan perkataan yang sangat terkenal :
“ Sesungguhnya langit itu tidak ada menurunkan hujan emas “
Artinya kitalah yang harus berusaha dan beraktivitas. Oleh karena itu Allah befirman :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Qs. Al-Jumu’ah : 10)
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Qs. Al-Mulk : 15)
Beraktivitas dan berusaha merupakan sesuatu yang positif dan menyehatkan. Diam dan pasrah dengan keadaan, serta takut dengan resiko kerja adalah sesuatu yang negatif dan membuat seseorang mudah terkena penyakit. Imam Syafi’I menulis bait- bait syairnya tentang perjalanan, aktivitas dan pergerakan :
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَنْ مَنْ تُفَارِقُهُ وَانْصَبْ فَاِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ الْمَاءِ يُفْسِدُهُ إِنْ سَالَ طَابَ وَاِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبْ
وَالْأَسَدُ لَوْلَا فِرَاقِ الْغَابِي مَا افْتَرَسَتْ وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ الْقُوْسِ لَمْ يُصِبْ
وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الِفَلَكِ دَائِمًا لَمَلَهَا النَّاسُ مِنْ عَجَمِ وَمِنْ عَرَبِ
وَالتِّبْرُ كَالتُّرْبِ مُلْقَى فِي أَمَاكِنِهِ وَالْعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ الْحَطَبِ
فَاِنْ تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطْلَبُهُ وَاِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ
Pergilah,
niscaya engkau mendapatkan ganti apa yang engkau tinggalkan,
Dan selalulah bekerja keras,
karena nikmatnya hidup ketika bekerja keras,
Aku melihat genangan air sangatlah merusak,
jika ia mengalir maka akan bermanfaat,
jika tidak, maka akan merusak.
Singa ketika masih di hutan, tentunya tidak menakutkan,
dan anak busur selama masih dalam tempat, tidak akan mengenai sasarannya.
Matahari, jika tetap diam di tengah langit, maka semua manusia akan bosan,
baik yang berbangsa Arab maupun yang lainnya.
Emas jika masih di tempatnya, seperti tanah biasa,
dan kayu wangi jika belum dipetik, harganya sama dengan kayu bakar.
Jika si fulan pergi, maka dia akan dicari,
dan jika fulan yang lain juga pergi, maka dia menjadi langka,
bagaikan emas.
Dalam kesempatan lainnya Imam Syafi’i juga menulis :
تَغَرَّبْ عَنِ الْأوْطَانِ تُكْتَسَبُ الْعُلَا وَسَافِرْ فَفِي الْأسْفَارِ خَمْسُ فَوَائِد
تَفْرِيْجُ هَـمٍّ وَاكْتِسَـابُ مَعِيْشَـةٍ وَعِلْـمٍ وَآدَابٍ وَصُحْبَـة مَـاجِد
فَاِنْ قِيْلَ فِـي الْأَسْفَارِ ذُلٌّ وَشِدَّةٌ وَقَطْعُ الْفَيَافِي وَارْتِكَابُ الشَّدَائِـد
فَمَوْتُ الْفَتَى خَيْرٌ لَهُ مِنْ حَيَـاتِهِ بِدَار هَوَانٍ بَيْنَ وَاشٍ وَحَـاسِـد
Tinggalkan negaramu, niscaya engkau akan menjadi mulia
pergilah, karena bepergian itu mempunyai lima faedah .
Menghibur dari kesedihan, mendapatkan pekerjaan, ilmu dan adab,
serta bertemu dengan orang-orang baik.
Jika dikatakan bahwa bepergian itu mengandung kehinaan, dan kekerasan,
dan harus melewati jalan panjang, serta penuh dengan tantangan,
Maka bagi pemuda kematian lebih baik dari pada hidup di kampung
dengan para pembohong dan pendengki.“
Para dokter menyatakan bahwa 50 % kebahagian hidup bisa di dapat dengan mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat. Betapa kita lihat para pekerja kasar di jalan-jalan, para kuli bangunan, para petani di sawah-sawah, para pedagang asongan di terminal-terminal, merasa lebih tenang dan bahagia dibanding dengan anda yang melamun dan tergeletak di atas kasur akibat pengangguran.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian orang yang sudah lanjut usia didapatkan masih kelihatan energik dan jarang merasa lesu atau malas, hal itu dikarenakan mereka selalu menyibukkan diri mereka dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mengembangkan syaraf mereka. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan mereka saja, akan tetapi lebih dari itu, menjaga kesehatan otak mereka juga.
Konon orang-orang jepang yang sudah lanjut usia, walaupun mereka sudah kecukupan secara materi dan mempunyai banyak pegawai, tetapi mereka menyempatkan diri untuk terjun bekerja bersama para pegawainya, apakah sebagai pengontrol atau sebagai kasir pemegang keuangannya atau bahkan sebagai pelayan para pelanggan. Itu semua dilakukan demi mencari kegiatan, karena dengan kegiatan itulah mereka tetap sehat.
Sebagian besar ibu-ibu umurnya lebih panjang dari pada bapak-bapak, sehingga kita dapatkan janda-janda tua menjamur di masyarakat kita. Salah satu penyebabnya, karena ibu-ibu sering bekerja dan bergerak, serta beraktifitas seperti : memasak, mencuci piring, mencuci dan menyeterika baju, membersihkan rumah, memandikan anak dan seterusnya, sedang bapak-bapak banyak yang menyantai dan duduk-duduk saja, tanpa banyak aktifitas badan, sehingga lebih rentan terkena penyakit.
Ada sebuah hikmah mengatakan :
إِنَّ الْفَرَاغَ وَالشَّبَابَ وَاْلجِدَّةَ مُفْسِدَةٌ لِلْمَرْأَةِ أَيْ مُفْسِدَةٍ
“Kekosongan jika melanda para pemuda yang mempunyai uang, maka akan mengakibatkan kerusakan yang lur biasa .”
Ini dikuatkan dengan hikmah lainnya :
الفَرَاغُ لِلرِّجَالِ غَفْلَةٌ، وَلِلنِّسَاءِ غَلْمَةٌ
”Pengangguran bagi laki-laki adalah sebuah kelalaian dan bagi perempuan akan menjerumuskan kepada hal-hal yang negatife (syahwat).”
bersambung ke 6 Prinsip Kesehatan yang Terkandung dalam Kisah Kelahiran Isa Al Masih bagian dua.