Sebut saja ia bernama Fatimah, seorang gadis kecil yang berusia 10 tahun dan diculik ketika acara pesta pernikahan berlangsung di sebuah aula di kota Jeddah pada malam hari.
Kisah ini bermula ketika seorang pria datang mengetuk pintu aula, karena penjaga pintu sedang ke dalam membantu mempersiapkan makan malam. Fatimah membukakan pintunya karena menyangka pria itu adalah tamu undangan.
Sambil memberikan senyuman, pria itu berkata pada Fatimah dan mengajaknya untuk membantu mengambilkan hadiah untuk pengantin yang berada di dalam mobil yang sedang terparkir di depan. Awalnya Fatimah menolak, tapi pria itu terus berusaha untuk merayu agar ia mau menuruti kata-katanya.
Akhirnya Fatimah menurut, dan ketika sudah sampai di samping mobil, pria itu kembali merayunya untuk masuk ke dalam mobil dengan sedikit memaksa, mengatakan bahwa kado lainnya masih ada di tempat lain untuk dibawakan pada pengantin.
Pria itu mengendarai mobil menyusuri jalan-jalan kota yang tidak dikenali oleh Fatimah.
Setelah sampai di sebuah tempat, pria itu menyuruh Fatimah untuk naik ke atas dan mengatakan bahwa kado lainnya yang akan dibawakan untuk pengantin sudah disiapkan di apartemennya, juga mengatakan bahwa setelah itu akan langsung kembali ke gedung pernikahan untuk mengantar kado-kado tersebut. Tapi begitu Fatimah masuk apartemennya, pria itu mendorongnya ke dalam dan langsung mengunci pintu.
Di dalam ruangan apartemen itu hanya ada mereka berdua.
Setelah mengunci pintu, pria itu mengambil penghisap shisha, sambil membual bahwa ia sangat mengenal ayah Fatimah. Dia bilang akan menelepon ayahnya supaya tidak khawatir, karena Fatimah akan diajak pulang setelah pesta pernikahan usai.
Setelah cukup dengan membual, pria itu kemudian mendekati Fatimah dengan tampang penuh birahi dan mulai berusaha memperkosanya. Berada dalam kondisi yang ketakutan, Fatimah dengan spontan melantunkan ayat-ayat Al Qur’an yang ia hafal. Dan dengan kehendak Allah, tiba-tiba pria itu mengurungkan niatnya dan menjauh.
Fatimah hanya disekap semalaman, dan ketika pagi telah menjelang siang, pria itu mendekati Fatimah dan berkata akan mengantarkan ia kembali pada keluarganya.
Setelah menaiki mobil dan menyusuri jalanan, Fatimah diturunkan di sebuah lokasi di dekat klinik Al Nahda kawasan Al Muntazahat. Dan pria itu langsung meninggalkannya begitu saja.
Dalam keadaan dan suasan bingung, Fatimah menghentikan sebuah taksi dan meminta pertolongan pada supir taksi itu untuk menghubungi nomor ayahnya. Supir taksi itu mengatakan pada ayah Fatimah bahwa ia sedang bersama anaknya saat itu. Terjadilah kesepakatan untuk bertemu di suatu tempat.
Ayahnya langsung menangis haru ketika bertemu Fatimah, karena sudah hampir sehari semalam tidak menjumpai anaknya dan tak ada kabar apapun dari siapapun. Sewajarnya orang tua yang sangat mengkhawatirkan anaknya.
Kisah di atas merupakan kisah sungguhan yang terjadi di Saudi sana. Dan Fatimah adalah korban ke-13 (sebagian menyebutnya korban ke-16), atau korban terakhir dari penculik maniak itu. Petualangan si pemerkosa bisa diakhiri tidak lepas dari kecerdasan Fatimah.
Polisi menggambar sketsa yang nyaris sempurna untuk mengenali lokasi tempat kejadian perkara (TKP) berdasarkan daya ingat Fatimah.
Sehari sebelum penangkapan, Mayor Sultan Al Malki dari Kepolisian Jeddah mengajak gadis itu menuju daerah sekitar TKP.
Pelaku terlihat sedang berdiri di dekat sebuah toko. Petugas mengarahkan kendaraan mendekati pria itu, agar Fatimah bisa melihat lebih jelas untuk mengidentifikasinya.
Siang hari itu polisi tidak langsung menangkap tersangka.
Pada malam hari, polisi mengajak gadis kecil itu mengunjungi lokasi yang sama, untuk memastikan bahwa ia tidak mengenali rumah yang salah.
Kali itu, Fatimah yakin bahwa rumah yang ditunjukkannya tidak keliru. Ia mengenali rumah pelaku dengan bau shisha yang tercium dari rumah tersebut. Baunya sama seperti yang ia cium selama diculik. Selain itu, dia juga mengenali suara adzan yang dikumandangkan muadzin dari masjid terdekat.
Fatimah juga mengenali mobil milik pelaku yang dipakai untuk menculik dirinya, yang diparkir dekat rumah itu.
Selang beberapa saat kemudian polisi mendatangi rumah yang ditunjukkan Fatimah. Mereka meminta tersangka untuk datang ke kantor polisi beberapa menit saja, dengan alasan untuk membuat pernyataan tentang sebuah kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan dirinya.
Pelaku tidak mengetahui bahwa di kantor polisi sejumlah gadis muda yang menjadi korbannya telah berkumpul. Begitu ia masuk ke ruang pemeriksaan, semua korban memastikan bahwa pria berusia 43 tahun itu adalah pelaku yang telah menculik dan memperkosa mereka.
Diperkuat contoh DNA yang diambil dari pakaian para korban, polisi Jeddah tanpa ragu mengirim maniak seks itu ke dalam sel penjara.
Dengan bantuan kecerdasaan gadis kecil itu, berakhirlah satu kejahatan besar yang meresahkan warga Jeddah selama bertahun-tahun. Dan ia terlindung dari tangan jahanam si pemerkosa lewat lantunan ayat-ayat al Qur’an yang dihafalnya.
Pelakunya kemudian diketahui adalah seorang pria yang sudah menikah dan memiliki lima anak, yang berprofesi sebagai guru. Penculik itu melakukan pemerkosaan berantai sejak tahun 2008.