Sering kali kita ‘menuntut’ kepada Allah untuk diberikan amanah. Meskipun secara tidak sadar sebenarnya cara kita meminta dan memohon justru seperti orang yang sedang memalak.
Tidak banyak dari kita yang mau mengukur potensi dan kekuatan diri. Merasa paling mampu menilai diri sendiri, sehingga sering kali lupa bahwa apapun kemampuan yang sekarang ini bisa kita lakukan, semua atas ijin Allah. Bukan yang lain. Kalau Allah tidak mengijinkan, kita bukan apa-apa di dunia ini.
Tentang meminta amanah, sudahkah kita menyadari bahwa sering kali kita menganggap diri mampu, hingga akhirnya memaksa untuk mendapatkan amanah. Lebih seringnya kita merasa malu ketika orang lain sudah diberi amanah yang jauh lebih besar dari kita, tapi Allah tak kunjung memberikan kesempatan kepada kita untuk membuktikan bahwa kita bisa. Lupa bahwa ada amanah lain yang saat ini belum juga selesai.
Mari kita sebutkan satu persatu. Sudah berapa kali kita meminta pekerjaan yang lebih baik namun pekerjaan yang sekarang dimiliki justru tidak beres. Bagi yang sudah berkeluarga, sudah berapa kali ‘memaksa’ Allah untuk segera memberikan momongan. Padahal di saat yang sama masih lupa mensyukuri nikmat-nikmat yang lain, hanya karena malu dengan tetangga dan saudara. Sedang bagi yang belum menikah, sudah berapa kali merajuk dan ‘memalak’ Allah, untuk disegerakan bertemu dengan jodohnya. Sedang disaat yang sama, kita masih lalai dengan amanah dakwah yang diemban.
Sering sebagian besar dari kita sudah merasa pantas untuk mendapatkan amanah besar namun tidak kunjung membereskan amanah yang menurutnya kecil. Inginnya mendapatkan yang terbaik namun tak kunjung memantaskan diri untuk menjadi pribadi yang kompeten. Berambisi untuk mendapatkan lebih, namun lupa untuk mensyukuri apa yang sudah di dapatkan. Padahal bila mau mensyukuri apa-apa yang sudah Allah berikan, Allah sendiri yang akan menambah nikmat itu tanpa kita meminta.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” QS. 14: 7