Anemia, Bukan Hanya tentang Zat Besi

Salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat terutama perempuan adalah anemia. Anemia merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah merah. Pada penderita anemia, jumlah sel darah merah berada dibawah normal.

Sel darah merah berbentuk bulat dengan lubang pada bagian tengahnya. Fungsi utamanya mengangkut oksigen ke seluruh sel tubuh, serta membawa karbondioksida yang akan dibuang keluar dari tubuh.  Proses terjadinya anemia bisa dikarenakan oleh beberapa sebab, antara lain kehilangan darah terlalu banyak, produksi sel darah merah yang rendah, serta sel darah merah banyak yang rusak. Kondisi-kondisi tersebut dapat diakibatkan banyak faktor salah satunya kekurangan zat gizi mikro seperti mineral.

Selama ini masyarakat mengenal zat besi sebagai salah satu penyebab terjadinya anemia. Hal ini tidak dapat disalahkan sebab zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan hemoglobin.

Salah satu cara paling mudah untuk menurunkan resiko anemia adalah mengkonsumsi pangan yang banyak mengandung zat besi. Zat besi sendir dapat dapat ditemukan, baik pada pangan nabati maupun hewani. Hanya saja yang perlu diketahui adalah daya serap tubuh atau bioavailabilitas zat besi dari produk hewani lebih baik dibandingkan dengan produk nabati.

Meskipun zat besi banyak disuplai kedalam tubuh, apabila tubuh tidak cukup siap menerima intake zat besi hal ini juga kurang baik. Oleh sebab itu perlu juga diperhatikan adanya senyawa mikro yang merupakan inhibitor. Senyawa inhibitor disini misalnya fitat pada kacang-kacangan. Senyawa fitat ini mampu menurunkan absorbsi dari zat besi. Sebaliknya, vitamin C dapat meningkatkan penyerapannya.

Selain itu, untuk mengendalikan risiko anemia, disarankan pula untuk mengkonsumsi berbagai macam asupan zat gizi mikro lainnya misalnya, vitamin B12, asam folat, dan vitamin A. Sedangkan untuk meminimalkan terjadinya infeksi, dapat dilakukan imunisasi lengkap, serta memperhatikan tingkat kebersihan lingkungan.