Apakah Kita Sudah Beriman?

Tahun-tahun belakangan ini muncul beragam acara kurang berkualitas di televisi kita. Mulai dari sinetron, infotaiment, reality show, yang semuanya ditayangkan setiap hari. Pagi infotaimen, siang sinetron, malanya reality show. Masyarakat dipaksa untuk menelan beragam acara televisi yang tidak ada unsur mendidiknya. Mirisnya, banyak dari acara-acara tersebut yang dibumbui dengan adegan atau perkataan yang bernilai celaan dan hinaan kepada pihak lain.

Sebut saja acara A di saluran B, hampir setiap malam reality show yang dicampur dengan musik ini ditayangkan. Penontonnya penuh hingga tumpah ruah di depan panggung acara. Mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja dan tidak ketinggalan anak-anak mereka juga diajak turut serta.

Biasanya ada bintang tamu yang khusus dihadirkan dan berbeda pada setiap acara. Mulai dari awal mulainya acara hingga selesai, acara ini hanya diisi dengan gurauan, musik, dan tidak ketinggalan hinaan atau celaan kepada bintang tamu atau sesama pembaca acara. Mereka tidak peduli bahwa ada anak-anak yang juga ikut menonton di studio.

Akibatnya, sekarang ini budaya menghina atau dalam bahasa ‘gaulnya’ membully, sudah sangat kuat masuk ke dalam masyarakat. Ada yang kurang rasanya bila saat berkumpul dengan teman-teman tidak saling menghina. Ada yang bilang ini adalah wujud kasih sayang antara sahabat. Begitukah antar sahabat saling berkasih sayang? Mungkin kita perlu mengkaji kembali hadis Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:

“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dll).

Bagaimana mungkin saling mencela dan menghina meskipun itu ditujukan untuk bercanda bisa disebut sebagai bentuk kasih sayang? Allah melalui RasulNya jelas memberikan definisi seorang mukmin, yaitu mereka yang menjaga perkatannya. Bukan yang mudah mencela meskipun itu hanya bercanda.

Hal ini berbeda kasusnya apabila kita menunjukkan keburukan orang lain namun dengan tujuan yang haq. Menunjukkan keburukan tidak harus dilakukan dengan cara menghina atau mencela. Kita bisa melakukannya dengan cara-cara yang santun dan tidak menyakiti.

Islam mengijinkan beberapa keadaan yang membolehkan kita untuk menunjukkan keburukan orang lain, misalnya ketika ada seseorang bertanya perihal orang yang ingin menikahinya. Meskipun begitu, kita juga hanya berhak menyampaikan seperlunya saja, tidak boleh sampai menghina atau mencela.

Jadi, sudahkah kita beriman?

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu’alam.