Ar-Rijaal

Allah SWT berfirman dalam QS An-Nuur ayat 37, “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

Ayat tersebut dimulai dengan kata “Rijaal”. Rijaal memiliki beberapa karakter khas berdasarkan ayat tersebut.

Bisnis umumnya adalah kegiatan manusia yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian sehingga bersifat duniawi dan menghabiskan waktu. Rijaal adalah kader-kader yang tidak lalai oleh jual beli dari mengingat Allah SWT. Mereka akan selalu meilih perdagangan yang menguntungkan seperti pada QS Ash-Shaff ayat 10-11, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Rijaal adalah kader da’wah yang akan terus mengembangkan dirinya dari segi ilmu, hafalan Al-Qur’an, kemampuan fisik, dll. QS Ash-Shaff ayat 14 berisi, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana ‘Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”. Al-Hawariyyuun adalah rijaal, orang-orang terpilih untuk membela kebenaran.

Rijaal menjadikan ibadah sebagai prioritas, bukan beribadah di sela-sela pekerjaan lain. Mereka akan selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapanpun. Mereka beribadah saat menjalankan bisnis, dengan menjalankan bisnis secara halal. Memulai dengan basmalah dan berniat sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT, tidak berbuat curang, dan tidak pula mencampurkan barang dagangannya dengan barang-barang yang mampu membahayakan kesehatan orang lain.

Rijaal akan sadar saat muncul tanda-tanda dari Allah SWT yang mencegahnya melakukan perbuatan tidak baik. Mereka mengasah sensitivitas agar sadar jika ada tanda atau teguran dari Allah SWT. Seperti Nabi Yusuf a.s. saat dirayu Zulaikha. Nabi Yusuf a.s. mengingat Allah SWT swhingga menolak rayuan Zulaikha. Seperti di dalam QS Yusuf ayat 23, “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” Kita pun diberi tanda oleh Allah SWT. Masalahnya, seringkali kita tidak sadar akan tanda dari Allah SWT. Perlulah kita asah sensitivitas kita agar sadar saat tanda dari Allah SWT datang.

Rijaal  menjadikan shalat sebagai prioritas pertama dalam beraktivitas. Mereka berusaha mendirikan shalat pada awal waktu agar tidak berlaku hukum saat menunda-nunda : shubuh kesiangan, zhuhur kesibukan, ashar macet di jalan, maghrib kelewatan, isya ketiduran.

Rijaal pula tidak lupa menunaikan zakat. Zakat tidak bisa dipisahkan dalam shalat. Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang mengiringkan “melaksanakan shalat” dan “menunaikan zakat”. Ini menunjukkan betapa berharganya zakat. Abu Bakar r.a. bahkan memerangi orang-orang yang enggan menunaikan zakat.

Perencanaan memang sangat diperlukan. Ditegaskan kembali dalam QS Al-Hadiid ayat 18, “Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.

 

Wallaahu a’lamu bishshawaab