Pernahkah Anda terdiam dan menangis ketika mendengar sebuah lagu jaman baheula karena mengingatkan cinta lama Anda?
Pernahkah Anda merindukan seseorang ketika melewati sebuah bangunan, kota, atau propinsi?
Pernahkah Anda tersentak dan terdiam untuk beberapa saat ketika bertemu dengan wajah yang dulunya pernah akrab di masa silam?
Pernahkah Anda tanpa sadar mengetik nama seseorang di akun search Facebook Anda demi mencari tahu kabar seseorang dari akun tersebut?
Bila pernah dan saya yakin banyak orang pernah mengalaminya, maka Anda baru saja menemukan salah satu penanda cinta dalam hidup Anda.
Penanda cinta adalah suatu kondisi dimana Anda merasa kembali kemasa lalu Anda disaat Anda pernah merasakan cinta di dada begitu kentaranya ketika mendengar, melihat, atau kontak langsung dengan suatu hal.
Penanda cinta itu adalah hal yang wajar dan sangat manusiawi sekali. Setiap manusia mungkin memilikinya. Terkisah dalam sirah, di madinah pada masa Umar Radhi Allahu Anhu meminta Bilal untuk melantunkan azan pemanggil shalat. Maka Semua penduduk madinah menghentikan kegiatannya dan keluar dari rumahnya dengan menangis. Umar pun menangis. Mengapa mereka menangis?
“Sungguh setiap kali engkau melantunkan azan wahai Bilal, seolah-olah kami berada dimasa Rasulullah masih Anda disekitar kami. Sungguh kami merasa beliau masih ada.”
Itulah penanda cinta para shahabat Rasulullah dan penduduk madinah yang terberkati.
Di kisah lain, banyak shahabat menyimpan beberapa benda peninggalan rasulullah, sebahagian menyimpan pedang Rasulullah, ada yang menyimpan baju miliknya, ada pula yang menyimpan helai rambutnya, demi penanda cinta mereka kepada Rasulullah.
Berbeda lagi dengan para pemuka ilmu selayak ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud serta shahabat unggulan lainnya, Mereka meletakkan penanda cintanya pada perkataan/ hadist Rasulullah. Ada shahabat yang ketika meriwayatkan hadist mereka tersenyum simpul hingga menampakkan gigi serinya. Ketika ditanya kenapa mereka tersenyum ketika meriwayatkan hadist tersebut. Mereka menjawab:
“Aku mendapati Rasulullah menyampaikan hadist ini sembari tersenyum dan kami tersenyum pula mendengarnya. Maka aku menyampaikannya selayak rasulullah menyampaikan.”
Itulah penanda cinta kaum shalih-shalihin, mereka yang Allah janjikan syurga.
Penanda cinta adalah salah satu hal yang sangat menentukan sikap kita dalam melihat cinta tersebut. Bila penanda cinta berada dijalan keharaman dan maksiat. Boleh jadi seumur hidup kita akan tergugah untuk hal-hal haram. Sebaliknya bila penanda cinta berada dijalan ibadah dan kebaikan, sangat mungkin kita akan selalu tergugah dalam melakukan hal-hal yang baik pula.
Maka tidak heran bila kemudian kita menemukan banyak yang menangis ketika mendengar lagu romantis dan malah tidak pernah menangis ketika mendengar bacaan Al Quran ataupun kisah Sirah Nabawiyah. Hal ini adalah normal, karena dulu sekali, penanda cinta diletakkan pada lagu-lagu tersebut.
Tidak aneh juga bila kemudian kita menemukan banyak jiwa yang kemudian tergugah melihat mini drama 10 menit buatan produk tertentu yang sejatinya hanya cara perusahaan demi melariskan dagangannya karena awal pertama sekali dia mengenal cinta dimulai dari drama yang diputar 12 tahun lalu.
Tentunya sebaik-baik penanda cinta adalah manusia yang meletakkannya di hal-hal yang dekat dengan Allah. Bukan sebaliknya. dan bilapun kita pernah khilaf meletakkan penanda cinta di tempat yang salah, berjuanglah sekuat tenaga untuk melupakannya.
Percayalah, di setiap keinginan kita menjauhi keburukan, disana terdapat keberkahan dan pencatatan amal yang mulia.