Bahasa Arab adalah Bahasa Penghuni Surga?

Sering kita mendengar bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab akan tetapi hadistnya lemah sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam tentang masalah ini.

Terdapat hadits berikut:

Pertama: Disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

أحبوا العرب لثلاث لأني عربي ، والقرآن عربي ، وكلام أهل الجنة عربي

“Cintailah kalian bangsa Arab itu karena tiga perkara, (1) karena aku berbangsa Arab, (2) Al-Quran itu diturunkan di dalam bahasa Arab, (3) dan percakapan penghuni suurga itu bahasa Arab.” (Riwayat Att Thabrani di dalam Al-Ausath, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman)

Kedua: Disebutkan riwayat dari Jabir,

عَن جابر : أن النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : إذا ذلت العرب ذل الإسلام.

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wassalam bersabda, “Jika terhina bangsa Arab, maka akan terhinalah agama Islam.”

Tetapi sayangnya, para ulama’ hadits menghukumi hadits ini palsu!

  • Di dalam kitab ‘Ilalul Hadits oleh Ibnu Abi Hatim Ar-Razi ketika beliau bertanya pada bapaknya tentang status hadits tersebut, beliau telah mendengar bapaknya berkata, “Hadits ini hadits yang dusta.” (‘Ilalul Hadith oleh Ibnu Abi Hatim, hadits bernomorr 2641, juz  2, hal. 376)
  • Dan di dalam kitab Al-Fawaidul Maudhu’ah fil Ahaditsil Maudhu’ah oleh Mar’i bin Yusuf mengatakan baawa hadits ini sangat dhaif ( Al-Fawaidul Maudhu’ah fil Ahaditsil Maudhu’ah, juz 1, hal 141, hadits no. 202)
  • Berkata Imam Adz Dzahbi bahwa beliau merasakan hadits ini palsu, begitu juga Ibnu Hibban yang sependapat dengan beliau. (Asnal Mathalib fi Ahaditsa Mukhtalifatil Maratib oleh Muhammad ibnu Darwisy Al-Huut, juz 1, hal 41)
  • Syaikh Nashiruddin Al Albani mengatakan bahawa hadits ini juga palsu (Shahihun wad Dhaiful Jami’ Ash Shaghir, bab 1186, juz  4, hal 208)
  • Di dalam kitab Majma’uz Zawaid wa Manba’ul Fawaid oleh Al-Haitsami mengatakan bahwa di dalam hadits ini terdapatnya seorang perawi yang bernama Al-‘Alak Ibn ‘Amr Al-Hanafi yang mana kata beliau telah bersepakatnya para ulama’ hadits akan kedhaifannya (juz 10, hal 25)
  • Dan berkata Al-‘Aqiliy bahwa hadits ini munkar dan tiada asalnya ( Al-Aliul Masnu’ah Fil Ahaditsil Maudhu’ah oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, juz 1, hal 404)

Imam Ibnu Taimiyah berkomentar tentang hadits ini:

Berkata Al-Hafiz As-Salafi, “Bahwa hadits ini hasan,” dan tidaklah aku tahu apakah beliau bermaksud hasan dari segi sanadnya yang mengikut pemahaman para ahli hadits ataukah bermaksud hasan dari segi matannya (teksnya) yang mengikut istilah ilmu hadits yang umum.

Dan Ibnu Al-Jauzi telah meletakkan hadith ini di dalam Al-Maudhu’aat-nya dan telah berkata : Berkata Ats-Tsa’labi, “Hadith ini tiada asalnya.” Dan berkata pula Ibnu Hibban, “Di dalam hadits ini seorang perawi yang bernama Yahya bin Zaid telah meriwayatkan hadits ini secara terbalik, maka batallah hadits ini untuk dijadikan sebagai hujjah,. Wallahu a’lam. (Iqtidha’us Shiratil Mustaqim. juz  1, hal 158)

Dalam Majmu’ul Fatawa, juz 4, hal 299, ia ditanya:

“Beliau telah ditanya tentang bahasa apakah yang akan dipertuturkan oleh manusia di hari kiamat kelak? Apakah mereka akan bertutur di dalam bahasa Arab? Dan apakah benar ada yang mengatakan bahwa bahasa ahli neraka adalah bahasa Persia dan bahasa ahli surga pula ialah bahasa Arab??

Ia menjawab:

“Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Sesungguhnya tidaklah dapat diketahui tentang bahasa apakah yang akan digunakan oleh manusia pada hari itu ,dan juga tiadanya sembarang bahasa yang bisa dipahami oleh manusia dari utusan Allah kelak, karena Allah tidak menyatakan langsung tentang perkara demikian kepada kita. Begitu juga baginda Nabi tidak memberitahu kita tentang perkara tersebut.

Dan tidaklah benar bahwa bahasa ahli neraka kelak ialah bahasa Persia, begitu juga bahasa Arab merupakan bahasa ahli surga yang abadi. Bahkan kita tidak mengetahui pun terdapatnya khabar tentang perselisihan para sahabat tentang hal itu. Bahkan mereka tidak mencampuri urusan tersebut sama sekali, tetapi telah terjadinya khilaf (perselisihan pendapat) di kalangan para ulama’ zaman ini. Ada yang berkata mereka akan bercakap bahasa Arab kecuali ahli neraka karena mereka akan bercakap di dalam bahasa Persia. Ada juga yang berkata bahawa mereka akan bercakap-cakap dengan bahasa Suryani karena ia adalah bahasa Nabi Adam alaihis salam dan kesemua bahasa yang ada pada hari ini  bersumberkan dari bahasa tersebut.

Ktahuilah bahawa kesemua pendapat ini adalah tidak boleh dijadikan hujjah langsung karena ia tidak bersumber daripada jalan naqal (Al-Quran dan As-Sunnah). juga jalan aqal bahkan kesemuanya ini tidak didasari langsung dengan dalil-dalil dariAllah Subhanahu Wa Taala. Wallahu a’lam.”

Oleh itu jelaslah bahwa yang mengatakan bahwa bahasa Arab ialah bahasa surga adalah batal dan tertolak karena kata-kata tersebut bersumberkan dari sebuah hadits yang dihukumi oleh para ulama’ hadits sebagai hadits palsu!