“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada sesama manusia”
Kalimat diatas memberikan banyak keteladanan kepada kita. Salah satunya adalah, menjadi apapun diri kita, pastikan kita menjadi manusia yang memberi, bukan menerima saja. Contohnya adalah kelapa. Buah kelapa memiliki banyak manfaat. Mulai dari batang, buah, daun, dan bagian pohon yang lainnya.
Mari kita lihat bagaimana buah kelapa ini bermanfaat untuk manusia. Daging buah kelapa dapat dibuat santan, santan digunakan untuk membuat es buah, kolak, sayur, dan lain-lain. Tapi tahukah kita apa yg dialami kelapa? Saat mau dipetik, buah kelapa di pelintir terlebih dahulu, setelahnya dijatuhkan dari atas pohon, kemudian dikupas, dibelah, dikerok, diparut, kemudian diperes, lantas setelah sari kelapanya diambil kemudian DIBUANG.
Sudahkah diantara kita yang siapa menjadi seperti buah kelapa? Diambil sari patinya lalu dibuang.
Siapa yg memberi manfaat secara utuh, maka ia akan menerima manfaat secara utuh pula. Anfauhum linnafsi adalah bukti utuhnya jiwa manusia. Jiwa yang bermanfaat untuk hidup. Contohlah kisah Utsman bin Affan RA. Suatu ketika di Madinnah mengalami krisis. Penduduk sangat kesulitan untuk memperoleh kebutuhan hidup. Harapan mereka adalah khafilah dagang milik Utsman bin Affan RA.
Beliau mengirimkan kafillah dagang ke Syam 100 ekor unta. Nanti jika sudah selesai akan kembali kembali ke madinah. Itu yg ditunggu-tunggu oleh penduduk madinah, mereka sangat senang & suka cita. Disisi lain, ada kelompok konglomerat disana yg berkeinginan membeli dagangan tersebut untuk dijual kembali dengan harga yg tinggi. Mereka menawarkan harga 5 kali lipat. Harga yang awalnya hanya 1 dirham, akan dibeli dengan harga 5 dirham. Sebuah keuntungan yang begitu menggiurkan.
Tetapi apa yang terjadi? Meskipun tawaran yang diberikan sangat tinggi. Beliau berkata,”Ada pembeli yang mau membeli daganganku dengan harga 10 kali lipat”,
“Siapa Dia wahai Utsman? Siapa yang mau membeli dengan harga semahal itu?” tanya mereka tak percaya.
“Allah!! Allah!! Sebab Allah akan mengganti 10 kali lipat”.
Berniaga dengan Allah, 1000 ekor unta hasil perniagaan beserta muatannya diberikan cuma-cuma kepada penduduk madinah. Utsman bin Affan RA lebih suka memberikannya untuk sedekah. Menolak 1 dirham jadi 5 dirham tadi, sebab Allah akan mengganti 10 kali lipat.
Ini sebuah tanda jiwa yang sudah terbebas dari kesenangan dunia. Bahwa jiwanya sudah lepas dari kesenangan dunia yang hanya tipu daya. Seperti pesan yang tersurat dalam kalam Illahi bahwa kesenangan dunia itu menipu. Senda gurau dan main-main.
Jiwa yang seutuhnya jiwa, tidak akan pernah bisa tenang sampai dia menjadikan tubuh tempat dia bersemayang menjadi tubuh yang Anfa’ lin Naas. Ada ahli ibadah yang hidupnya tidak bermanfaat untuk manusia.maka bisa dipastikan pastikan bahwa orang tersebut beribadah tidak dengan jiwanya. Jiwanya sedang sakit.
‘Anfa yang tiada terbatas kepada. ‘Anfa akan membuat hidup ini terasa manis, semanis gula. Mengingat gula, ada baiknya kita mengingat dari mana asalnya gula. Gula umumnya terbuat dari pohon tebu. Sama seperti kelapa, pohon tebu pun memberi kita banyak pelajaran agar bisa bermanfaat bagi orang lain.
Setiap kita pasti pernah mendengar istilah ini, habis manis sepah dibuang. Begitulah tebu, setelah diambil saripatinya, lalu dibuang begitu saja. Maka jadilah orang yang manisnya tidak pernah habis, agar tidak dibuang. Namun terus memberi manfaat.
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari tebu.
1. Pohon tebu memilih tumbuh & berkembang dalam alam. Keprihatinan yang sangat mendalam. (Riyadlah) mau menjalani hidup secara prihatin. Bergerombol. Berdesak-desakkan dengan yang lain.
2. Pohon tebu tidak pernah berharap hidup dalam gelimang fasilitas yang melimpah. Ini mengajak kita untuk terus bersyukur atas apa yang kita punya. Mamanfaatkan apa yang kita bisa manfaatkan.
3. Pohon tebu adalah pohon yang menyerdehanakan penampilan fisiknya, namun ia berjiwa sangat keras. Sedangkan kita tahu, isinya begitu manis.
4. Tebu itu terbukti tahan uji menghadapi berbagai ujian yang dia jumpai dalam hidup ini.
5. Tebu mengajari kita agar melakukan infa’ secara kreatif dan inovatif.
Andai kita ingin belajar banyak tentang hakikat Anfa’ bergurulah pada Tebu. Dia rela dirinya peras & dia tulus meneteskan satu demi satu sari pati hasil perjuangannya selama ini, setelah itu ia tidak peduli dimana dia “ditempatkan”.