Setiap orang bekerja demi mencari nafkah untuk dirinya maupun untuk anggota keluarganya. Bekerja demi mendapatkan harta yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim agar ia jauh dari sikap meminta-minta dan menggantungkan pada orang lain. Dengan berikhtiar, maka ia telah berupaya untuk menjaga kemuliaannya di hadapan manusia dan meninggikan derajatnya di mata Allah.
Ada sebuah riwayat menarik, beberapa sahabat Rasulullah Saw. melihat seorang pemuda yang begitu giat bekerja. Kemudian mereka pun berkata, “Andai saja ini (giat bekerja) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.” Lalu, Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kamu sekalian berkata begitu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Dan, jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun, jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan syaitan.” (HR. Thabrani)
Demikianlah kemuliaan yang diperoleh orang yang mau berikhtiar. Mereka mau bekerja dengan tangannya sendiri dengan penuh semangat dan keikhlasan semata-mata untuk meraih keridhoan Allah SWT. Mereka tak pernah mengeluh dengan keadaan mereka, apapun yang bisa mereka kerjakan akan dikerjakan selama itu halal.
Alkisah ada sepasang suami-istri yang sudah cukup renta di kota kecil Ponorogo, Jawa Timur. Mereka berprofesi sebagai pembuat “tumbu”. Tumbu adalah wadah yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya digunakan sebagai wadah untuk mencuci beras dan untuk wadah lainnya. Mereka berdua setiap hari berjalan dari desa asal mereka yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota, menuju Pasar Songgolangit yang berada di pusat kota. Ya, mereka berjalan kaki hanya untuk menjual tumbu yang telah mereka buat.
Keteguhan hati mereka patut dicontoh. Dengan sabar mereka menjalani pekerjaan yang hasilnya tentu tidak seberapa dibandingkan orang yang bekerja di kantoran. Penghasilan mereka tentu berbanding terbalik dengan orang yang nyaman bekerja di ruangan ber-AC, sedangkan setiap hari mereka harus berjalan bermandikan teriknya matahari dan guyuran hujan ke pasar.
Namun, kembali pada niat untuk mencari nafkah. Ikhtiar harus disempurnakan supaya Allah ridho untuk menurunkan rezeki yang digantungkan dilangit. Ikhtiar harusa sungguh-sungguh supaya Allah keluarkan rezeki yang terkandung dalam perut bumi. Jika ikhtiar yang maksimal telah ditunaikan, maka rezeki adalah sepenuhnya kuasa dari Allah. Semoga kita termasuk orang yang gemar berikhtiar untuk menjemput rezeki dari Allah SWT.