Bersegera Bertaubat

Bertaubat dari dosa wajib dilakukan secara langsung, seketika itu pula dan tidak boleh ditunda-tunda. Siapa yang menundanya, berarti dia telah durhaka karena penundaannya itu. Apabila dia bertaubat dari dosa itu, maka dia harus bertaubat lagi, yaitu dari penundaan taubatnya. Yang seperti ini jarang disadari orang yang bertaubat. Biasanya, jika dia sudah bertaubat dari dosa tersebut, maka dia menganggap tidak perlu lagi bertaubat. Padahal masih ada taubat yang menyisa karena penundaan taubatnya. Tidak ada yang menyelamatkan hal ini kecuali taubat yang bersifat umum, yaitu taubat dari dosa-dosa yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

Sebab dosa dan kesalahan-kesalahan yang tidak diketahui hamba justru lebih banyak dari yang diketahuinya. Karena dia tidak mengetahuinya, bukan berarti dia terbebas dari hukuman, kalau memang sebenarnya memungkinkan baginya untuk mengetahuinya. Dengan begitu dia telah durhaka karena tidak ingin mengetahui dan tidak ber-amal, sehingga kedurhakaannya semakin berlipat.

Di dalam Shahih Ibnu Hibban disebutkan bahwa Nabi ShallallahuAlaihi wa Sallam bersabda, “Syirik di dalam umatku ini lebih tersembunyi daripada rangkakan semut.”

Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu bagaimana cara untuk menyelamatkan diri darinya?”

Beliau menjawab, “Hendaklah engkau mengucapkan, “Allahumma inni a’udzubika an asyraka bika wa ana a’lamu wa astaghfiruka lima laa a’lamu. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik kepada-Mu sedang aku tidak mengetahuinya, dan aku memohon ampunan kepada-Mu dari dosa-dosa yang tidak kuketahui.”

Dalam sebuah hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, disebutkan bahwa beliau berdoa dalam shalatnya,

“Allahummaghfirli khathiati wa jahili wa israfi fi amri wama anta a’lamu biha mani. Allahummaghfirli jadi wa hazli wa khatha-i wa amdi wa kala dzalika andi. Allahummaghfirli ma qadamati wama akharati wama asrarati wama a’lanati wama anta a’lamu biha mani anta ilahi la ilaha illa anta.”

“Ya Allah, ampunilah bagiku kesalahan dan kebodohanku, berlebih-lebihanku dalam urusanku dan apa pun yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Ya Allah, ampunilah bagiku kesungguhan dan sendagurauku, kelalaian dan kesengajaanku, dan semua itu adapada diriku. Ya Allah, ampunilah bagiku apa yang telah kudahulukan dan apa yang kuakhirkan, yang kurahasiakan dan yang kutampakkan, serta apa pun yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau Ilahku yang tiada Ilah selain Engkau.”