MAJU: “Ayo, mari belajar bahasa Arab!”
MUNDUR: “Ga harus juga belajar bahasa Arab. Lihat saja orang Arab pada bisa bahasa Arab, tapi tetap saja banyak yang fasiq dari orang Arab. Bahasa Arab tidak menentukan alim fasiqnya seseorang!”
MAJU: “Ayo, mari belajar bahasa Arab biar faham agama Islam lebih baik!”
MUNDUR: “Untuk faham agama Islam tidak harus juga belajar bahasa Arab. Lihat saja banyak anak-anak lulusan pesantren ternyata begitu pemahamannya, ada yang Qubury, ada yang Hizby, ada yang Gulaly dan ada yang Pramuky!”
MAJU: “Ayo, mari mulai menghafal al-Qur’an barang beberapa surat!”
MUNDUR: “Ga harus juga banyak hafal al-Qur’an. Cukup beberapa surat penting saja buat shalat. Banyak penghafal al-Qur’an ternyata mereka tidak mengamalkannya. Munafiq. Hafalan al-Qur’an tidak menjamin seseorang jadi alim dan mengamalkannya begitu saja!”
MAJU: “Ayo, mari mulai menghafal hadits Rasul yang mudah-mudah!”
MUNDUR: “Ga harus juga hafal hadits. Memangnya kita mau jadi ustadz atau ulama? Kita belajar Islam bukan buat menjadi ustadz, jadi ga harus hafal. Toh banyak tuh yang hafal hadits tapi tidak mengamalkan. Hafalan hadits tidak menjamin seseorang menjadi alim dan mengamalkannya begitu saja!”
Orang-orang payah dan miskin yang berargumen seperti di atas banyak. BAHKAN, mereka yang sudah ‘ngaji’ pun berpemikiran seperti itu.
Dan salah satu di antara mereka adalah antum.
Jika antum mau maju, enyahkan pemikiran bodoh seperti itu.
Namun jika antum tetap memelihara pemikiran bodoh seperti itu, kita berdoa semoga Allah Ta’ala menyedikitkan orang-orang yang berpemikiran seperti itu. Umat butuh kemajuan, dan kemajuan ditempuh tidak dengan kemalasan dan ketidaksabaran.
Ustadz Hasan Al Jaizy, Lc.