Dakwah di Perkantoran Harus Inovatif

Melahirkan profesionalisme yang Islami, menjadi pekerjaan rumah bagi dakwah perkantoran. Demikian dikatakan ketua Forum Silaturahim Masjid Perkantoran Jakarta (Forsimpta), Abuzar Alghifari saat berbincang dengan Republika.

Abuzar mengungkapkan, parameter berhasilnya dakwah di kalangan perkantoran cukup berat. Yakni, meminimalisir tingkat korupsi yang ada di perkantoran.

“Makanya, pembinaan moral di kantor sangatlah penting,” ujar Abuzar.

Menurutnya, banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan di kalangan pekerja kantoran tak lepas dari kurangnya pendidikan agama ketika para eksekutif masih sekolah.

“Akibatnya pada saat mereka menjadi eksekutif, mereka jadi eksekutif yang sekuler,” katanya. ”Hal itu yang menjadi latar belakang munculnya berbagai majelis taklim atau rohis di kalangan perkantoran.”

Forsimpta kini menaungi sekitar 300 kantor yang ada di Jakarta. Pada tahun 2012, Forsimpta memiliki tagline ‘Meningkatkan Profesionaliseme dengan Alquran’ sebagai panduan dakwah perkantoran. “Artinya, di tahun 2012 bagaimana mengelaborasi Alquran agar bisa meningkatkan etos kerja dan profesionalitas mereka,” kata dia.

Budaya saling mengingatkan sesama karyawan kantor juga sangat penting. Ketua Majelis Taklim XL Axiata (MT XL), Redi Rindayadi Ahmad mengungkapkan ketika terdengar adzan, karyawan di kantornya saling mengingatkan untuk bersegera memenuhi panggilan Allah. Ia melihat semangat keislaman di perkantoran kini sudah semakin bagus.

Redi menututurkan, hampir setiap hari selepas shalat Dzuhur selalu ada kajian dengan berbagai macam tema. Namun, ia menekankan parameter berhasilnya dakwah bukan dilihat dari banyaknya jumlah kajian atau banyaknya jamaah ketika kajian. Parameternya dilihat dari bagaimana kajian itu memberikan efek positif bagi karyawan.

“Untuk itu, kami menargetkan setidaknya karyawan muslimah memakai pakaian muslim dan karyawan laki-laki shalat berjamaah serta semua orang bisa membaca Alquran,” ujar dia.

republika