Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabrani, An Nasa’i, Ahmad, dan Al Hakim dari Zaid bin Arqam pada hari ke delapan bulan Dzulhijjah. Di dalamnya disebutkan,
“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah maulaku (pelindungku, aku adalah mau orang-orang Mukmin, dan aku adalah lebih utama bagi mereka dari diri mereka sendiri. Karena itu, barangsiapa yang aku adalah maulanya, maka Ali adalah maulanya. Ya Allah, lindungilah orang yang melindunginya, musuhilah orang yang memusuhinya, tolonglah orang yang menolongnya, dan janganlah Engkau menolong orang yang tidak mau menolongnya.”
Pada kenyataannya, hadits ini tidak shahih. Al Iji mengatakan bahwa hadits ini sama sekali tidak shahih karena tidak diriwayatkan oleh kebanyakan para pemilik hadits, Ali bin Abi Thalib sendiri pada kejadian di Ghadir Khumm tidak berada bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tetapi berada di Yaman. Jika memang hadits ini tapi para perawinya tidak meriwayatkan permulaan hadits ini.[1]
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa jika diasumsikan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memang menyabdakan hadits ini di Ghadir Khum, tetapi yang beliau maksudkan sama sekali bukanlah masalah kekhalifahan. Meskipun demikian, Syiah membenarkan hadits ini dan menilainya sebagai hadits shahih karena hadits ini sesuai dan sejalan dengan prinsip mereka.[2]
Al Baqilani mengatakan bahwa kata al maula memiliki banyak makna, di antaranya adalah;
- al maula yang berarti penolong
- al maula yang berarti putra saudara ayah (sepupu)
- al maula yang berarti orang yang loyal dan mencintai
- al maula yang berarti tempat
- al maula yang berarti orang yang memerdekakan budak yang memiliki wala’nya
- al maula yang berarti budak yang dimerdekakan yang wala’nya dimiliki oleh orang yang memerdekakannya
- al maula yang berarti tetangga
- al maula yang berarti kekerabatan karena perkawinan
- al maula yang berarti sekutu
Inilah semua arti kata al maula, dan di antara arti-arti itu, tidak terdapat arti imam yang harus dipatuhi. Yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari kata al maula dalam hadits tersebut seandainya memang diasumsikan hadits itu adalah hadits shahih ada dua kemungkinan berikut:
- Barangsiapa yang aku adalah penolongnya dan pelindungnya dengan lahir batinku maka Ali bin Abi Thalib juga adalah penolongnya seperti ityu juga
- Barangsiapa yang aku adalah orang yang dicintainya dan dikasihinya lahir batinku maka Ali bin Abi Thalib adalah maula’nya, yakni bahwa loyal kepadanya dan mencintainya lahir batinnya adalah wajib sebagaimana loyal kepadaku dan mencintaiku seperti itu juga adalah wajib.[3]
Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili
_______________________________
[1] Al Mawaqif, halaman 405
[2] Al Muntaqa min Minhajil I’tidal.
[3] At Tamhid, halaman 164 dan berikutnya. Lihat juga Ar Razi, Nihayatul uqul, halaman 263.