Menurut nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, ijma’ orang-orang salaf dan istilah, dosa-dosa itu dibagi menjadi dua macam: Dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Firman Allah,
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian.” (An-Nisa’: 31),
“Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.” (An-Najm: 32).
Sedangkan apa yang dikisahkan dari Abu Ishaq Al-Isfira’ainy, bahwa semua dosa adalah dosa besar dan sama sekali tidak ada dosa yang kecil, maka bukan itu maksudnya. Sebab kalau tidak, dosa memandang sesuatu yang diharamkan sama dengan dosa berzina. Tapi yang dimaksudkan adalah pengaitannya dengan keagungan yang didurhakai, dengan pengertian, sebagian bisa lebih besar dosanya daripada yang lain.
Orang-orang salaf saling berbeda pendapat tentang dosa-dosa besar. Namun perbedaan pendapat di kalangan mereka ini tidak terlalu tajam, dan pendapat-pendapat mereka hampir sama.
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Asy-Sya’by, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Dosa-dosa besar adalah: Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa dan sumpah palsu.”
Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari hadits Abu Wa’il, dari Amr bin Syurahbil, dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah dosa yang paling besar itu?”
Beliau menjawab, “Jika engkau membuat tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan kami.”
“Kemudian apa lagi?” tanyaku.
Beliau menjawab, “Jika engkau membunuh anakmu karena takut dia makan bersamamu.”
“Kemudian apa lagi?” tanyaku.
Beliau menjawab, “Jika engkau berzina dengan istri tetanggamu.”
Kemudian Allah menurunkan ayat yang membenarkan sabda beliau ini, “Dan, orang-orang yang tidak menyembah sesembahan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina.” (Al-Furqan: 68).
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh kedurhakaan”. Mereka bertanya, “Apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat pertempuran, menuduh wanita-wanita suci yang lalai dan beriman.”
Dalam hadits lain juga disebutkan, bahwa yang termasuk dosa besar adalah mencaci bapak dan ibu seseorang serta mencemarkan nama baik orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.
Abdullah bin Mas’ud Radhiallau Anhu berkata, “Dosa-dosa besar yang paling besar adalah: Syirik kepada Allah, merasa aman dari tipu daya Allah, putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya.”
Sa’id bin Jubair berkata, “Ada seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang dosa-dosa besar, apakah jumlahnya ada tujuh? Maka Ibnu Abbas menjawab, “Jumlahnya lebih dekat dengan tujuh ratus macam. Hanya saja tidak ada istilah dosa besar selagi disertai istighfar, dan tidak ada istilah dosa kecil selagi dilakukan terus-menerus. Segala sesuatu yang dilakukan untuk mendurhakai Allah, disebut dosa besar. Maka barangsiapa yang melakukan sebagian dari dosa itu, hendaklah memohon ampunan kepada Allah, karena Allah tidak mengekalkan seseorang dari umat ini di dalamneraka kecuali orang yang keluar dari Islam, atau mengingkari satu kewajiban atau mendustakan takdir.”
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Apa yang dila-rang Allah dari awal surat An-Nisa’ hingga ayat 31, semuanya adalah dosa besar.”
Adh-Dhahhak berkata, “Dosa besar adalah dosa yang telah diperingatkan Allah, berupa hukuman yang pasti di dunia dan siksa di akhirat.”
Sufyan Ats-Tsaury berkata, “Dosa-dosa besar ialah segala dosa yang di dalamnya terdapat kezhaliman antara dirimu dan orang lain. Sedangkan dosa kecil ialah yang di dalamnya ada kezhaliman antara dirimu dan Allah, sebab Allah Maha Murah hati dan pasti mengampuni.”
Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Sufyan, bahwa dosa antara hamba dan Allah lebih mudah urusannya daripada kezhaliman terhadap manusia, karena dosa ini dapat hilang dengan istighfar, ampunan, syafaat dan lain-lainnya. Sedangkan kezhaliman terhadap manusia, maka harus ada pembebasan darinya.
Menurut Malik bin Mighwal, dosa besar adalah dosanya para ahli bid’ah, sedangkan kesalahan adalah dosanya Ahlus-sunnah. Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Malik, bahwa bid’ah itu termasuk dosa besar dan ia merupakan dosa besar Ahlus-sunnah yang paling besar. Sedangkandosa-dosa besar yang dilakukan Ahlus-sunnah merupakan dosa kecil jika dibandingkan dengan bid’ah. Inilah maksud perkataan sebagian salaf, “Bid’ah adalah kedurhakaan yang paling disukai Iblis, karena dosa bid’ah itu tidak diampuni sedangkan dosa kedurhakaan diampuni.”
Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang disengaja, sedangkan kesalahan adalah kelalaian dan sesuatu yang terpaksa dilakukan. Menurut pendapat saya, ini merupakan definisi yang paling lemah.
Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh hamba, sedangkan dosa kecil adalah dosa yang dianggap besar, sehingga dia takut untuk melakukannya.
Masih banyak pendapat-pendapat lain yang mendefinisikan dosa besar dan dosa kecil, dan masing-masing mempunyai hujjah dan alasan yang mendukung pendapatnya. Tapi pada intinya, dosa-dosa besar tidak melenceng jauh dari perkara-perkara yang telah mereka sebutkan di atas, sekalipun apa yang mereka definisikan itu perlu uraian lebih lanjut dan tidak mutlak benar.