Kita hidup di negeri yang penuh bully. Mau salah mau benar, tidak ada yang luput dari ‘dunia perbullyan’. Satu hal yang sering dijadikan tema bully adalah nikah, yang mau tidak mau dihubungkan dnegan jomblo. Dua hal ini menjadi trending topik paling atas dalam ‘dunia perbullyan’. Kaum jomblo seolah menjadi sasaran empuk untuk ‘dibabakbelurkan’. Kadang tidak hanya mereka yang memang sengaja ‘sorangan wae’ kena getahnya. Mereka yang menjaga untuk tidak pacaran atau sedang dalam rangka memperbaiki diri juga sering kena bully.
Bagi yang tidak tahan, biasanya menarik diri dari lingkungan. Bosan ditanya kapan nikah. Mencari komunitas yang bernasib sama. Menjauh dari keluarga besar, karena tidak kuat menahan kuping yang memerah akibat ‘cibiran’ yang kadang serasa tidak sengaja namun membiasa.
Siapa pula yang tahan bila setiap hari ditanya hal yang sama. Padahal jelas tahu kalau sedang berusaha mewujudkannya. Parahnya lagi tidak jarang diikuti dengan cerita untuk menakut-nakuti, mulai dari perawan tua, hingga mati tanpa sempat mendua. Sebal? Tentu saja.
Bullyan ‘kapan nikah’ sekarang ini membudaya. Bukan hanya di pertemuan keluarga, reuni TK pun juga banyak yang bertanya.Padahal bila mau sedikit saja peka, apakah bullyan semacam itu merupakan sebuah prestasi? Mungkinkah itu memberikan solusi? Atau justru malah sebaliknya, semakin memperkeruh suasana dan merenggangkan persaudaraan antar sesama.
Bila kita mau berkaca pada Alquran dan hadits Nabi, pasti bullyan semacam ini tidak akan ada.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al Hujuraat 10)
Hadis riwayat Nukman bin Basyir RA, ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam. (HR.Muslim)
Hadis riwayat Abu Musa RA dia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain. (HR. Muslim)
Allah sudah memberikan perintah sejak dahulu bahwa sesama muslim adalah saudara yang harus saling kasih mengasihi. Sepenanggungan. Bila satu tersakiti, maka yang lain pun merasa tersakiti. Lalu bila hampir setiap hari kita membully saudara kita tanpa memberi solusi, apakah bisa kita disebut orang-orang yang beriman?
Bukankah lebih menyenangkkan bila pertanyaan, “Kapan nikah?” diganti dengan, “Mau yang seperti apa? Sini saya bantu cari.” Bukan membully tapi memberi solusi.
Hari gini masih tanya kapan nikah? Kuno!