Hinanya Rasulullah di Mata Syiah

Seumur-umur Syiah tidak pernah mencintai Rasulullah dan Ahlul Bait dan tidak pernah patuh dan setia kepada Baginda Nabi dan keluarganya. Bahkan sebaliknya, kitab-kitab suci Syiah banyak mendokumentasikan teks-teks yang membuktikan bahwa sejak awal Syiah sengaja didirikan hanya untuk merusak akidah Islam, melanggarnya dan mencelakakan dan mencaci maki kaum muslimin, dan untuk merendahkan generasi awal kaum muslimin khususnya Sang Pembawa Syariat Yang Suci ini, imam ummat ini dan para sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya, dan para penggantinya, dan Ahlul Baitnya yang shaleh-shaleh itu. [Ehsan Ilahi Zahir: Al-Syiah Wa Ahlul Bait, 257].

Jika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah Allah nobatkan sebagai sosok yang jujur, amanah serta dilebihkan Allah dari semua makhluk-Nya dan diutamakan dari semua nabi-nabi-Nya dan wali-wali-Nya, yang risalahnya untuk dunia dan akherat, untuk jin dan manusia, yang kepemimpinannya bukan hanya di dunia melainkan sampai di akherat kelak; maka bagi Syiah, Nabi Agung ini derajatnya jauh di bawah Ali. Bagi Syiah, derajat Ali jauh di atas dewa.

Syiah menyatakan bahwa Ali pernah bersabda, “Aku adalah wajah Allah, dan Aku adalah pendamping Allah, dan Akulah yang awal dan akulah yang akhir, dan Akulah yang zahir dan Akulah yang batin, dan Akulah pewaris bumi, dan Akulah jalan Tuhan itu…”

“أنا وجه الله، وأنا جنب الله، وأنا الأول وأنا الآخر، وأنا الظاهر وأنا الباطن، وأنا وارث الأرض، وأنا سبيل الله”.[رجال الكشي، ١٨٤].

Tentunya, tidaklah aneh bagi kaum yang terbiasa lancang merendahkan nabi Allah dan mengagungkan Ali secara lebay.

Ada yang lebih sadis lagi dari hadis palsu diatas, yaitu yang disebutkan oleh Al-Huwaizy yang di nukil dari Al-Shaduq yang mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah diutus melainkan hanya untuk menyampaikan kepemimpinan Ali terhadap ummat ini, dan jika Rasulullah tidak menyampaikan pesan itu maka amal ibadahnya hancur tidak bernilai.

روى الصدوق في “الأمالي” أن رسول الله قال لعلي: لو لم أبلغ ما أمرت به من ولايتك لحبط عملي. [تفسير نور الثقلين، ١\٦٥٤]

Tidak cukup begitu saja, Syiah juga dengan lebay-nya mengatakan, “Dari cahaya nabi diciptakanlah langit dan bumi dan nabi lebih utama dari langit dan bumi. Namun Ali, dari cahayanya diciptakan Arsy dan Singgasana (kursi) Allah”.

“إن النبي خلق من نوره السماوات والأرض، وهو أفضل من السماوات والأرض، ولكن علي خلق من نوره العرش والكرسي…..”. [البرهان في تفسير القرآن، ٤\٢٢٦].

Demikianlah rendahnya Nabi Muhammad di mata mereka dan agungnya Ali dalam pandangan mereka. Syiah sangat sengaja melebai-lebaikan doktrin-doktrin mereka dalam rangka merendahkan Nabi dan memuja Ali, melanggar semua batasan-batasan keagamaan yang ada, sampai-sampai mereka mengatakan, “Tatkala Rasulullah naik ke langit, Rasulullah melihat Ali dan anak-anaknya sudah lebih dahulu sampai ke langit sebelum dirinya, maka Rasulullah menyalami mereka, padahal barusan saja dia meninggalkan mereka di bumi.” [Tafsir Al-Burhan, 2/404]

Hadis palsu berikutnya yang sengaja mereka karang demi mengangkat nama Ali dan merendahkan sosok Nabi adalah hadis palsu berikut:

“Tatkala aku dinaikkan ke langit, maka aku mendekat kepada Tuhanku, sampai akhirnya jarak antara aku dan Tuhan sekitar dua ujung busur panah, maka Allah berfirman kepadaku: ‘Wahai Muhammad, siapakah orang yang paling kau cintai di antara makhluk-makhluk-Ku?’. ‘Ali, wahai Tuhanku,’ jawabku. Lalu Tuhan berfirman, ‘Menolehlah wahai Muhammad!’ Maka tatkala aku menoleh ke kiri, maka tiba-tiba saja Ali Bin Abi Thalib sudah berada disana.”

“لما عرج بي إلى السماء دنوت من ربي، حتى كان بيني وبينه قاب قوسين أو أدنى، قال: يا محمد! من تحبه من الخلق؟
قلت: يا رب! علياً، قال: التفت يا محمد! فالتفت عن يساري، فإذا علي بن أبي طالب عليه السلام”. [تفسير البرهان 2/ 404].

Tidak hanya itu, ada hadis palsu lain yang lebih parah lagi, yaitu ketika nabi ditanya, “Gaya bahasa apa yang digunakan Tuhanmu ketika berbicara pada mu pada malam Mi’raj?” Nabi menjawab, “Tuhanku berbicara padaku dengan gaya bahasa Ali, sampai-sampai aku bingung dan bertanya, ‘ya Tuhan, apakah Engkau sedang berbicara kepadaku atau kepada Ali?”

لما سئل النبي:
((بأي لغة خاطبك ربك ليلة المعراج؟ قال: خاطبني بلغة علي بن أبي طالب، حتى قلت: أنت خاطبتني أم علي؟)) (كشف الغمة 1/ 106).

Maka, dalam setiap momen Ali senantiasa diangkat dan dipuja serta diagungkan melebihi nabi Muhammad, dan Ali senantiasa di dahulukan sebelum Nabi. Ali terlebih dahulu sampai ke langit, dan Ali lebih di dahulukan si sisi Tuhannya, dan dengan gaya bahasa Ali pula Allah berbicara kepada Nabi, dan dengan suara Ali Allah berfirman. Ali diciptakan lebih sempurna dari Nabi, dan kalaulah bukan karena Ali maka  Nabi tidak akan diutus dan tidak akan terangkat namanya, dan berkat Ali pula beban kenabian menjadi ringan, dan dengan kemuliaan Ali pula doa-doa nabi dikabulkan, dan dengan kekuatan Ali juga Nabi dijaga, dan dengan Ali pula agama-Nya dapat tegak. Tanpa Ali, Nabi tidak berguna!

Penulis Syiah moderen, Muhsin Amin mengatakan, “Islam tegak karena Syiah, dan dengan pedang Imam Islam dibangun dan dikokohkan pilar-pilarnya.”

“بالشيعة قام الإسلام، وبسيف إمامهم أسس الإسلام وثبتت دعائمه” [أعيان الشيعة،لمحسن الأمين، ١\١٢٣]

Sebelumnya, Al-Qumi juga pernah merendahkan Rasulullah dengan sebuah hikayat palsu karangannya:
“Ketika Rasulullah berada di Makkah, tidak ada yang berani lancang kepadanya karena segan dengan sosok Ali bin Abi Thalib, sehingga setiap kali Rasulullah keluar Makkah maka dia selalu digoda anak-anak remaja dan dilempari dengan batu dan tanah. Maka Rasulullah mengadukan hal itu kepada Ali Alaihis salam, maka Ali Alaihis salam meresponnya dan berkata, ‘Demi ayah dan bundaku wahai Rasulullah, apabila engkau hendak keluar Makkah maka keluarlah bersamaku. Maka Rasulullah pun keluar bersama Amirul Mu’minun Ali Alaihis salam, dan  seperti biasanya anak-anak mulai menggangu Nabi, maka rasulullah pun menyerahkannya kepada Amirul Mu’minin Ali Alaihis salam dan Ali meremukkan mereka semuanya.” [Tafsir Al-Qumy, 1/114].

Perhatikanlah seperti apa Al-Qumy membahasakan penghinaannyanya dan pelecehannya kepada Rasulullah yang sangat pemberani itu, kepada pemimpin ummat dan pemimpin pasukan perang yang tidak terkalahkan itu, Al-Qumy menggambarkannya sebagai sosok yang cengeng dan manja serta lemah, dan menggambarkan Ali sebagai tokoh yang gagah maha perkasa.

Syiah juga meyakini bahwa Ali Alaihis salam lah yang menjaga Rasulullah di dalam gua.

“إنه هو الذي وقى رسول الله يوم الغار” [نور الثقلين، 2/ 219]

Bagi Syiah, Ali adalah segala-galanya. Nabi Muhammad Penutup seluruh nabi-nabi dan Pemimpin para rasul itu tidaklah diutus melainkan untuk mengajak manusia untuk mengagungkan Ali dan mencintai Ali. Sementara Nabi Muhammad sendiri bukanlah apa-apa dibanding Ali. Seperti riwayat palsu yang disampaikan oleh Al-Qumiy dari Ja’far berikut ini:

“Nabi dibawa ke langit sebanyak 120 kali, dan setiap kalinya Allah senantiasa mewahyukan kepada nabi saw untuk memberikan kepemimpinan kepada Ali melebihi wahyu-wahyu dan pesan-pesan kewajiban keagamaan lainnya.”

“عرج بالنبي عليه السلام إلى السماء مائة وعشرين مرة، ما من مرة إلا وقد أوحى الله فيها إلى النبي صلى الله عليه وسلم بالولاية لعلي أكثر ما أوصاه في سائر الفروض”.[مقدمة تفسير البرهان،٢٢]

Periwayatan dusta lainnya dalam rangka mengagungkan Ali, adalah sebagai berikut:

“Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: ‘Wahai Muhammad, Tuhanmu berkirim salam kepadamu dan berfirman: Aku wajibkan shalat dan Aku ringankan bagi yang sakit, Aku wajibkan puasa dan Aku ringankan bagi yang sakit dan yang musafir, Aku wajibkan Haji dan Aku ringankan bagi yang miskin papa, Aku wajibkan zakat dan Aku ringankan bagi yang hartanya tidak sampai nishab, dan Aku wajibkan mencintai Ali Alaihis salam tanpa keringan apa-apa (rukhshah).”

“إن جبرائيل أتى النبي صلى الله عليه وسلم وقال: يا محمد! ربك يقرئك السلام ويقول: فرضت الصلاة ووضعتها عن المريض، وفرضت الصوم ووضعته عن المريض والمسافر، وفرضت الحج ووضعته عن المقل المدقع وفرضت الزكاة ووضعتها عمن لا يملك النصاب، وجعلت حب علي بن أبي طالب عليه السلام ليس فيه رخصة” [مقدمة البرهان، نقلاً عن البرقي في محاسنه،٢٢].

Mereka juga berdusta atas nama Allah yang mereka nyatakan pernah berfirman: “Ali bin Abi Thalib adalah Hujjah-Ku diatas semua makhluk, cahaya-Ku di negeri-Ku, penjaga ilmu-Ku, dan Aku tidak akan memasukka n ke neraka bagi siapapun yang mengenal Ali meskipun dia bermaksiat kepada-Ku, dan tidak akan Aku masukkan ke sorga siapa saja yang mengingkari Ali meskipun dia mentaati-Ku.”

“علي بن أبي طالب حجتي على خلقي، ونوري في بلادي، وأميني على علمي لا أدخل النار من عرفه وإن عصاني، ولا أدخل الجنة من أنكره ولو أطاعني” [البرهان” مقدمة, ٢٢].