Kita tidak pernah meminta untuk dihidupkan. Tapi, Allah menghidupkan kita. Tidaklah mungkin jika Allah menciptakan kita tanpa tujuan. Maka, Allah pun menugaskan kita untuk menjadi Khalifah di muka bumi. Tugas utamanya sebagaimana tercantum dalam buku suci petunjuk sepanjang zaman : Tidaklah Aku (Allah) menciptakan manusia dan jin melainkan untuk menyembah (beribadah) kepadaKu. Jelas sudah. Bahwa saat ini, sebagai apapun kita dalam pandangan makhluk, maka tugas utamanya adalah ibadah.
Kerja, untuk ibadah. Belajar, juga diniati ibadah. Wartawan, juga ibadah. Menjadi Pengusaha, juga ibadah. Penulis, apalagi. Serta aneka kegiatan lain, hendaklah diniati untuk ibadah. Sehingga, dimensinya menjadi ganda : dunia dan akhirat.
Salah satu bukti bahwa Ibadah adalah perintah Allah adalah dari segi kemanfaatannya. Karena Allah adalah Pencipta kita satu-satunya, sehingga Dia Maha Mengetahui tentang apa yang kita butuhkan, juga tentang apa yang seharusnya kita lakukan.
Kemanfaatan itu, tidak hanya terbatas pada satu bidang. Melainkan multi dimensi. Setidaknya, manfaat ibadah harus kita rasakan dalam tiga dimensi : fisik, fikir dan ruh.
Mari ambil satu contoh.
Allah memerintahkan kita untuk melakukan shoum sunnah di hari senin-kamis, ayyamul bidh, daud dan hari lain semisal ‘asyura, arofah, dst.
Puasa, sudah terbukti secara klinis. Ia bermanfaat untuk kesehatan fisik. Meski lemah, ada sebuah hadits yang berbunyi : “Berpuasalah maka Anda sehat”. Seiring berjalannya waktu, ketika dunia medis semakin maju, terbuktilah sudah. Bahwa Puasa, jika dilakukan dengan benar, akan berdampak pada kesehatan fisik pelakunya. Mulai dari kesehatan pencernaan, kecerdasan otak, bahkan vitalitas dalam menjalankan aneka aktivitas lainnya. Medis menyebutkan, bahwa puasa merupakan cara mengistirahatkan organ pencernaan secara alami, dan juga sarana mengeluarkan racun yang kita masukkan ke dalam tubuh kita, secara sadar atau tidak.
Bahkan, medis menyebutkan secara jelas, bahwa puasa bisa berdampak pada kecerdasan otak dan juga menjadikan pelakunya awet muda. Wow? Keren, bukan?
Hal tersebut merupakan penjelasan singkat, bahwa fikir (otak) juga mendapat manfaat signifikan atas ibadah puasa yang kita lakukan. Sebagai bukti, silahkan cari kawan anda yang rajin berpuasa sunnah, saya jamin bahwa mereka yang rajin berpuasa adalah orang yang tingkat kepandaiannya berada pada level menengah ke atas. Hal ini juga sebuah kiat praktis, jika ingin cerdas, berpuasalah!
Lantas, pengaruhnya untuk ruhani? Sangat jelas. Bahwa puasa merupakan jenis ibadah dimana pelakunya diperintahkan untuk meninggalkan sesuatu yang halal karena Allah. Tidakkah kita ingat akan sifat malaikat? Mereka tidak makan dan tidak minum. Namun tetap beribadah kepada Allah. Maka, ketika kita berpuasa, sejatinya kita sedang berlatih untuk meniru sifat malaikat. Menunda makan, minum dan juga berhubungan suami-istri hanya karena Allah.
Dalam terminologi tasawuf, puasa juga disebutkan sebagai salah satu sarana yang harus ditempuh oleh kaum sufi dalam rangka mendekatkan dirinya kepada Allah.
Yang perlu diingat, puasa haruslah sesuai dengan ajaran Nabi. Bukan puasa tanpa henti 40 hari atau puasa hanya makan nasi putih untuk berbuka dan sahur.
Semoga kita tidak termasuk mereka yang awalnya rajin puasa tapi menjadi malas karena alasan yang tak syar’i. Atau, mereka yang memang malas berpuasa dan tidak ada komitmen untuk mendawamkannya.
Puasa juga harus diniatkan untuk Allah, dalam rangka mendekatkan diri kepadaNya. Terkait bonus aneka manfaat, ia hanyalah belut yang berada dalam ladang padi yang tengah kita tanam. Sehingga, ia hanyalah bonus. Bukan tujuan.
Mari berdoa, semoga seluruh kaum muslimin bisa merutinkan menjalankan puasa sunnah. Sehingga suasana ramadhan bisa kita rasakan sepanjang masa. Insya Allah, aamiin.
Semangat berpuasa, Semoga Allah menerima persembahan kita. Aamiin.