Imam Asy Syafi’i Menegur Kita

Dalam Tahdzib al-Asmaa’ wa al-Lughaat, An Nawawi menyebutkan kalam-kalam Asy-Syafi’i yang jarang disohorkan berkaitan dengan thalabul ilm. Di antaranya:

[arabtext]من أراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم[/arabtext]

“Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu.”

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah:

Orang bodoh takkan mendapatkan dunia, juga akhirat.

[arabtext]ما أفلح فى العلم إلا من طلبه فى القلة، ولقد كنت أطلب القرطاس فيعسر علىَّ[/arabtext]

“Takkan beruntung orang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang menuntutnya dengan keadaan serba kekurangan. Aku dahulu untuk mencari sehelai kertas pun sangat sulit.”

Ada benarnya isyarat dari beliau. Kini, para mahasiswa sudah dibekali karunia motor, laptop dan apapun itu menjadi lebih mudah. Karena segalanya berlebihan, mereka pun kekurangan semangat menghafal dan memahami. Manja! Itu mahasiswanya, jangan tanyakan tentang selainnya.

Ditekankan lagi oleh Imam Asy Syafi’i:

[arabtext]لا يطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح، ولكن من طلبه بذلة النفس، وضيق العيش، وخدمة العلم، وتواضع النفس أفلح[/arabtext]

“Tidak mungkin seseorang mencari ilmu dengan keadaan serba ada dan harga diri yang tinggi lalu ia beruntung. Akan tetapi, orang menuntut ilmu itu dengan tunduk, kesempitan hidup, rendah hati dan berkhidmat kepada ilmu.”

[arabtext]تفقه قبل أن ترأس، فإذا رأست فلا سبيل إلى التفقه[/arabtext]

“Dalamilah ilmu sebelum kamu menjadi pemimpin. Jika kamu telah memimpin, tidak ada jalan lagi untuk mendalami ilmu.”

Maka benarlah ketika dahulunya seorang penuntut ilmu kemudian terjun ke parlemen, akhirnya kesulitan menuntut ilmu kembali.

Maka benarlah ketika dahulunya seorang pemuda bujangan menyia-nyiakan waktunya tidak untuk mendalami ilmu, maka setelah menikah waktunya dirampok demi mencari nafkah dan memuaskan anak dan istri.

Tapi, status ini bukan untuk menurunkan semangat, melainkan justru untuk membangkitkan semangat. Tinggalkan label dusta ‘saya adalah penuntut ilmu’ tapi sebenarnya hanya menuntut ilmu untuk kajian besar saja, dengan pemateri terkenal saja dan bisa dibuktikan dengan tampak berjalan di tempat.