Dari Abu Hurairah yang berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
[arabtext]لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ، فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ، فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ[/arabtext]
“Jangan kalian MEMULAI salam kepada Yahudi dan Nashrani, dan kalau kalian bertemu mereka di jalan maka biarkan mereka yg berada di posisi tersempit (biarkan mereka yang minggir -penerj).” (HR. Muslim, no. 2167).
Ibnu Al-Qayyim berkata,
[arabtext]وَأَمَّا التَّهْنِئَةُ بِشَعَائِرِ الْكُفْرِ الْمُخْتَصَّةِ بِهِ فَحَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ مِثْلَ أَنْ يُهَنِّئَهُمْ بِأَعْيَادِهِمْ وَصَوْمِهِمْ، فَيَقُولَ: عِيدٌ مُبَارَكٌ عَلَيْكَ، أَوْ تَهْنَأُ بِهَذَا الْعِيدِ، وَنَحْوَهُ، فَهَذَا إِنْ سَلِمَ قَائِلُهُ مِنَ الْكُفْرِ فَهُوَ مِنَ الْمُحَرَّمَاتِ، وَهُوَ بِمَنْزِلَةِ أَنْ يُهَنِّئَهُ بِسُجُودِهِ لِلصَّلِيبِ، بَلْ ذَلِكَ أَعْظَمُ إِثْمًا عِنْدَ اللَّهِ وَأَشَدُّ مَقْتًا مِنَ التَّهْنِئَةِ بِشُرْبِ الْخَمْرِ وَقَتْلِ النَّفْسِ وَارْتِكَابِ الْفَرْجِ الْحَرَامِ وَنَحْوِهِ.[/arabtext]
“Adapun mengucap selamat untuk syiar-syiar (perlambang) yang khusus untuk kekufuran maka itu DIHARAMKAN BERDASARKAN KESEPAKATAN (ULAMA), seperti mengucapkan selamat untuk hari raya mereka, puasa mereka, atau seperti ucapan “iid mubarak alaik” (hari raya yg diberkahi untukmu), atau ucapan, “Selamat untuk hari rayamu ini.” Kalaupun pengucapnya selamat dari kekufuran maka dia tetap termasuk dalam keharaman. Ucapan ini sama dengan mengucapkan selamat kepadanya ketika sujud di salib, bahkan itu lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai daripada memberi selamat kepada pemium khamr/miras, membunuh jiwa, berzina dan lainnya.” (Ahkam Ahli Dzimmah, 1/441, terbitan Ramadi).
Ustadz Anshari Taslim, Lc.