Kisah nyata ini diceritakan oleh seorang warga Indonesia yang kini tinggal di Dubai. Ia menceritakan kisahnya:
Terus terang saya ini sejenis lelaki yang canggung bila berhadapan dengan wanita. Berkali-kali saya gagal dalam melakukan proses pendekatan terhadap wanita, dan penyebabnya selalu ada dua:
Pertama, saya tertarik tapi tidak berani mengungkapkan sehingga terus terpendam dalam hati bahkan si wanitapun tak tahu kalau saya tertarik padanya.
Kedua, ketika pada akhirnya saya sudah punya keberanian untuk menyatakan ketertarikan saya, namun ternyata terlambat sebab sudah kedahuluan oleh lelaki lain.
Sampai pada suatu ketika usia saya sudah menginjak lebih dari 25 tahun tetap belum menemukan jodoh, padahal saya sudah punya target pada umur 25 sudah harus menikah supaya pas dengan usia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menikah dahulu.
Tentu saja ada rasa galau, sedih dan putus asa, apalagi melihat teman-teman sebaya sudah banyak yang menikah dan bahkan punya anak.
Kemudian pada suatu hari sayapun bersilaturahim guna meminta nasehat kepada guru ngaji saya. Saat saya mengutarakan maksud hati, beliaupun diam saja sambil tersenyum lalu menunjuk ke arah pohon mangga yang tumbuh di halaman rumahnya yang kebetulan sedang berbuah lebat.
“Deloken wit pelem kae, peleme wes uwoh akeh pating grandul. Coba lihatlah pohon mangga itu, sudah berbuah banyak bergelantungan.
“Inggih mbah Yai, buahipun sampun katah. Iya mbah Kyai, buahnya sudah banyak.
“Nanging nek mbok sawang tok, kowe yo ora bakal keduman peleme. Tapi kalau kamu lihat saja, kamu tidak akan kebagian buahnya.
“Inggih menawi mekaten bade kulo penek supados saged mendet peleme. Iya kalau begitu saya akan memanjatnya untuk memetik buahnya.
“Wah, kesusu ae arep ngepek pelem. Lha kowe durung taren neng aku oleh opo ora pelemku mbok jupuk, nek gak tak olehi berarti kowe nyolong” (Wah tergesa-gesa saja kamu itu ingin memetik mangga, Lha kamu belum ijin kepadaku untuk memetik manggaku, kalau aku tidak mengijinkan berarti kamu mencuri)
“Inggih nyuwun pangapunten mbah Yai. Iya mohon maaf mbah Kyai.
Kemudian beliau melanjutkan nasehatnya:
“Jodo iku iyo koyo pelem ngono kuwi, jodohmu wes enek wes digawe karo gusti Allah kari njupuk tok. Tapi njupuk yo ora sukur angger njupuk. Ping siji kowe kudu ijin karo sing nduwe pelem, ping loro kowe kudu usaha menek supoyo iso ngepek pelem sing mbok pilih, nek njupukmu nggawe genter terus peleme mbok singgeki yo ceblok kabeh peleme. Ping telu nek wes mbok jupuk peleme kudu mbok jogo supoyo ora ceblok simpenen neng njero klambimu. Ngerti opo ora maksude? Jodoh itu ya ibarat buah mangga itu, jodohmu sudah ada disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tinggal mengambilnya saja. Tapi kalau mengambil jangan sekedar mengambil. Pertama kamu harus minta ijin pada yang punya mangga, Kedua kamu harus berusaha memanjatnya agar bisa memilh mangga yang kamu ingini, kalau cara mengambilmu dengan memakai galah bisa jadi mangga-mangga itu akan jatuh semuanya. Ketiga sesudah kamu petik mangganya harus kamu jaga supaya tidak jatuh maka simpanlah didalam bajumu. Paham tidak kamu maksudnya?
“Ngapunten mboten mangertos kulo mbah Yai. Mohon maaf, tidak paham saya mbah Kyai.
“Maksude, Gusti Allah kuwi wes nggawe manungsa iku jejodohan dadi kabeh wes dicepaki jodone dewe-dewe, terus supoyo iso milih jodo sing bener yo kudu ijin karo sing nggawe, iso ngganggo donga, sholat istikarah, sodakoh ora sukur grusa-grusu pacaran ngalor ngidul koyok wong nyinggek pelem, peleme iso ceblok kabeh. Terus nek wes ketemu jodomu kudu mbok jogo lan rawat temen-temen supoyo langgeng ora pedot neng tengah ndalan. Maksudnya, Allah Subhanahu wa Taala sudah menjadikan manusia berpasang pasangan jadi semua sudah disediakan jodohnya masing-masing, terus agar bisa memilih jodoh yang benar maka harus ijin kepada yang menciptakannya (Allah Subhanahu wa Taala), bisa melalui do’a, sholat istikharah, bersedekah, tidak asal srudak-sruduk pacaran kemana-mana seperti orang menggalah mangga buahnya bisa jatuh semuanya. Setelah ketemu jodohmu maka jaga dan rawatlah dengan benar supaya langgeng dan tidak cerai ditengah jalan.
“Nggih alhamdulillah sampun paham sakmenika. Iya Alhamdulillah sekarang saya sudah mengerti.”
“Kowe pengin eruh opo ora cara nyepetno tekone jodomu? Kamu mau tahu nggak cara mempercepat datangnya jodohmu?”
“Saestu kepingin sanget mbah Yai, kepripun caranipun? Benar saya ingin sekali mbah Yai, lalu bagaimana caranya?”
Beliau kemudian tertawa, sambil berucap:
“Ketokane kok kebelet temenan awakmu iku? Kelihatannya kok kepengin banget kamu itu?”
Saya diam saja sambil senyam-senyum sendiri.
“Cara sing paling cepet kuwi nganggo sodakoh, dadi misale awakmu sodakoh 1000 rupiah sing 500 niatno lillahita’ala sing 500 niatno khusus kanggo nekakno jodomu, insya Allah bakale cepet ketemu karo jodohmu. Cara yang paling cepat itu dengan bersedekah, misalnya kamu bersedekah 1000 rupiah maka yang 500 rupiah niatkan lillahita’ala yang 500 rupiah niatkan khusus untuk mendekatkan jodohmu, insya Allah bakal cepat kamu ketemu sama jodohmu.”
Singkat cerita, sayapun melaksanakan nasehat beliau tersebut setiap hari saya sedekah 2.000 rupiah, yang 1.000 rupiah saya niatkan karena AllahSubhanahu wa Taala, yang 1.000 rupiah saya niatkan untuk mempercepat bertemu dengan jodoh saya.
Dan akhirnya pada suatu hari kakak ipar saya mengajak saya mengunjungi kerabatnya di suatu daerah di luar kota. Dari situlah akhirnya saya bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis yang alhamdulillah kemudian menjadi isteri saya. Prosesnyapun begitu cepat dan mudah dari bertemu hingga saya lamar resmi membutuhkan waktu hanya 3 minggu saja. Atau tepatnya sekitar 40 hari dari awal pertama kali saya bersedekah khusus untuk mempercepat jodoh. (1000 rupiah x 40 hari = 40 ribu rupiah)
Sampai sekarang bila bercanda dengan isteri, saya bilang ke dia:
“Alhamdulillah saya dulu sedekah cuman 40 ribu rupiah, sehingga bisa mendapatkan kamu saja”
“Lho kok bisa mas?”
“Coba kalau saya sedekah 80.000 rupiah tentu akan mendapat dua, kan jadi repot kamu”
Maka, diapun lalu marah-marah sambil mengejar mau mencubit saya.