Selama bulan Desember, sebagian karyawan mulai berdandan dengan aksesoris perayaan Natal umat Nashrani dengan menggunakan topi Sinterklas (Santa Klaus). Bahkan karyawan-karyawan wanita yang berjilbab pun memakai topi Sinterklas juga. Sungguh sayang,malah penampilan Nashrani yang ia kenakan.
Ini tidak hanya ditemukan pada pelayan toko, ada pula pengemudi taksi yang mengenakan pakaian ala Kristen ini di bulan Desember. Naudzubillah min dzalik, kalau mereka yang lagi memakai atribut Nasrani ini tiba-tiba wafat dalam menggunakan atribut Natal ini.
Di negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia ini hampir semua mall, kantor-kantor swasta dan BUMN memasang pohon nNatal, pegawai atau karyawannya disuruh pakai topi-topi merah (Sinterklas).
Seandainya kita pergi ke negara-negara Kristen di Eropa tidak ada tuh kalau Idul Fitri karyawan tokonya disuruh pakai sorban kayak ustadz- ustadz. Di Indonesia saja yang aneh, begitu menjelang Natal ramai kenakan busana seperti itu.
Toleransi yang sebenarnya adalah membiarkan kaum Nasrani dengan perayaan mereka, bukan ikut nimbrung merayakan Natal.
Banyak umat Islam yang salah kaprah dengan istilah toleransi. Padahal agama kita sudah memiliki prinsip, “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. Al Kafirun: 6)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu untuk melepaskan simbol agama Nasrani yang masih dikenakannnya.
Adi bin Hatim berkata, bahwa ia pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas.
Lantas Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam mengatakan, “Wahai ‘Adi, buang berhala yang ada di lehermu!” (HR.Tirmidzi no. 3095)
Kita tahu bahwa ‘Adi bin Hatim dulunya adalah Nasrani, sehingga masih ada bekas-bekas agamanya yang dulu. Wajar ketika itu beliau masih menggunakan salib. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suruh melepas simbol agama Nasrani tersebut.
Resapilah pesan yang disampaikan oleh guru mulia kita Al Habib Umar bin Hafidz berikut ini:
“Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah Muslim, kalian adalah Mukmin.
Sesungguhnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang- orang yang jauh dari Allah Subhanahu wa Ta;ala dan Rasul-Nya!?”