Suatu ketika sesaat setelah selesai shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang a[a yang diperlihatkan kepada beliau saat beliau salah.
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Apa yang dimaksud dalam hadits diatas bukanlah kufur berupa keluar dari Islam. Namun yang dimaksud disini adalah istri tidak mau memenuhi kewajiban terhadap suami. Bentuk bisa dnegan tidak mensyukuri kebaikan yang dilakukan suami. Atau mengabaikan kebaikan suami hanya karena sebuah kesalahan kecil yang dilakukan suami.
Padahal, apabila wanita itu mau bersyukur dan mencari jalan menuju surga, Allah menyediakan banyak jalan.
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad).
Bukankah menyenangkan menjadi wanita yang bisa masuk surga dari pintu mana saja?