Ketika Membuang ‘Sampah’

Sampah menjadi persoalan umum masyarakat kita sekarang ini. Selain karena faktor kesehatan, faktor lingkungan juga dipengaruhi oleh keberadaan sampah. Dari faktor kesehatan sangat jelas, dimana ada sampah disana ada banyak sumber penyakit. Sedangkan dari faktor lingkungan, sampah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan beberapa kota di Indonesia menjadi langganan banjir setiap musim hujan.

Sampah di masyarakat ada berbagai macam jenis, mulai dari sampah dapur, sampah rumah tangga seperti plastik detergen, kertas, hingga kebutuhan wanita (pembalut). Tentang sampah yang terakhir, masih banyak diantara kita para wanita menyepelekan saat membuang sampah satu ini. Ada yang menyempatkan diri untuk mencucinya lebih dulu, namun ada juga yang acuh membuang begitu saja ditempat sampah. Seolah pembuangannya berhenti di tempat sampah depan rumah.

Banyak yang lupa atau sengaja tidak peduli, bahwa ada waktu-waktu dimana sampah itu nantinya akan diambil oleh petugas kebersihan dan sebagian besar petugas kebersihan bagian angkut sampah adalah laki-laki.

“Bukankah laki-laki itu punya ibu, istri dan anak perempuan. Berarti biasa saja kan?”

Ada yang berpendapat begitu. Lupa bahwa ada beberapa hal yang semestinya kita lihat dari diri kita sendiri. Tentang adab dan rasa malu. Apalagi bagi seorang muslimah, dimana rasa malu merupakan perhiasan.

Dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW mewasiatkan kepada kita tentang rasa malu.

Abu Mas’ud bin Amr al-Anshari al-Badri ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para Nabi terdahulu, adalah, ‘Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari)

Termasuk pula dalam hal ini, bukan tentang siapa yang mengambil sampah dan apakah dia terbiasa melihat hal tersebut atau tidak, namun ini tentang rasa malu. Tentu kita tidak ingin saat ada petugas kebersihan mengambil sampah, ‘sampah’ tersebut tercecer. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuang ‘sampah’ itu, antara lain:

Cuci bersih terlebih dahulu. Hal ini menjadi penting sebab dalam darah haid mudah berkembang bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Membantu membuat lingkungan untuk terhindar dari bibit penyakit, akan menjadi hal yang menyenangkan kalau kita membiasakan.

Kalau memungkinkan, hancurkan. Ada beberapa tipe pembalut yang mudah untuk dihancurkan. Sehingga pada saat dibuang, sudah tidak terlihat lagi bahwa itu adalah pembalut, melainkan hanya seperti plastik atau kertas biasa.

Bungkus dengan rapat. Ini menghindari tikut atau binatang pengerat lain yang suka bongkar-bongkar sampah sembarangan. Membungkus disini bukan hanya menggunakan kertas, tapi juga plastik, sebab pembungkus kertas lebih mudah rusak dan robek. Jangan lupa sebelum dibungkus bersihkan noda darah haid.

Sekali lagi ini bukan tentang orang lain, tapi tentang rasa malu dan izzah sebagai muslimah. Semoga setelah ini kita lebih hati-hati.