Kisah ini saya alami saat istri masih kuliah di LIPIA Jakarta,dan saya kuliah di STDI Imam Syafi’i Jember. Tatkala libur, saya pergi ke Jakarta untuk menunaikan kewajiban selaku kepala rumah tangga.
Istri bercerita, fitnah antara pria dan wanita memang amat berat. Sekalipun sudah menundukan pandangan tetap saja nafsu akan memerintahkan untuk berbuat buruk.
“Coba saja Mas, kalau mas berpapasan dengan akhwat, pas sudah lewat, coba tengok belakang,” katanya.
Maka tatkala lewat gang sebelah mall Pejaten depan kampus hendak menjemput istri pulang belajar, apa yang ia katakan memang benar. Di gang ada akhwat yang berjalan berlawanan arah dengan saya. Kami sama sama ghadul bashar. Saya tundukan pandangan saya. Tatkala sudah berpapasan, maka saya buktikan perkataan istri, saya tengok belakang, dan ternyata akhwat tadi juga menengok ke belakang. Kami pun jadi saling menengok setelah menundukkan pandangan. Akhwat itu kelihatan sekali malu.
Dan memang inilah fitnah lawan jenis memang amat berat, sekalipun sudah tutup aurat, sammpai pun wajah sudah ditutup cadar rapat dan mata sudah di tundukan, tetap saja jiwa terkadang penasaran untuk memandang.
Maka benarlah sabda Baginda Shallallahu Alaihi wa Sallam, untuk memberi solusi masalah ini:
[arabtext]يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فانه أغض للبصر وأحصن للفرج[/arabtext]
“Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka segeralah menikah karena sesungguhya pernikahn itu lebih menundukan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Jadi solusinya;
- Tundukan pandangan
- Perintahkan saudari kita muslimah untuk menutup aurat
- Semestinya seorang Muslimah sadar akan betapa indahnya Allah ciptakan rupa Anda, tiap centi dari Anda adalah keindahan. Maka syukurilah nikmat itu, dengan Anda menutupinya
- Segera menikah bagi yang mampu
Semoga Allah senantiasa menjaga pandangan kita semua dari apa apaa yang Allah haramkan untuk di pandang….