Oleh: Nandang Burhanudin, Lc.
Jala-jala cinta yang ditebar Ikhwanul Muslimin dan Salafi di Mesir, berbuah manis hari ini (hari pelaksanaan referendum konstitusi Mesir 2012). Buah manis itu di antaranya berupa:
1. Loyalitas dan Solidaritas
Buah manis itu adalah loyalitas dan soliditas kader Ikhwanul Muslimin dan Salafi hingga rela mengorbankan apa saja termasuk meregang nyawa demi membela sebuah prinsip, memperjuangkan Al Haq melawan kebatilan.
Mungkin untuk sebagian orang, termasuk Hizbut Tahrir dan Salafi ekstrim Arab Saudi, Undang-undang Mesir adalah buatan manusia -thaghut- dan haram untuk dijalankan.[1] Tapi jika kita telaah isi dari Undang-undang tersebut, nampak jelas pergumulan eksistensi antara kaum SEPILIS dan Islam ambigu dengan Islamis Haraki.
Mengapa disebut pergumulan eksistensi? Karena kaum SEPILIS memahami, jika Undang-undang itu lolos, maka Mesir mengalami new era. Hal yang sangat ditakutkan rejim-rejim di wilayah Teluk Arab, dan tentu Israel.
Tentu kerelaan berkorban kader Ikhwanul Muslimin dan Salafi akan dianggap sebagai kekonyolan. Hal ini sangat wajar, bagi sebuah konsep dakwah yang baru sebatas menebar perang di tataran “wacana, klaim, dan slogan”. Apatah lagi bagi jiwa-jiwa yang sudah berada di zona nyaman dan lebih memilih hidup di area aman kendati sepatutnya ia menjadi yang terdepan melawan kebatilan.
2. Perubahan Sikap Amerika Serikat dan Barat
Amerika Serikat dan Barat mengkaji ulang tentang kebijakan mendukung kaum SEPILIS. Duta Besar Amerika Serikat yang di balik layar memodali kaum SEPILIS, kembali ragu untuk melengserkan Mursi dan membatalkan amandemen Konstitusi. Tentunya setelah melihat berduyunnya para pendukung Mursi dan pendukung amandemen Konstitusi yang jumlahnya melebihi seperempat rakyat Mesir.
Akhirnya bahasa Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat adalah: “Mendukung apa yang diinginkan rakyat Mesir, dan tidak ikut campur terhadap kebijakan dalam negeri Mesir.”
Mendengar demikian, El Baradai, Amr Musa, dan Hamdi Shabahin merasa ketar-ketir. Perpecahan di kalangan SEPILIS pun tak terelakkan. Kader-kader mudanya banyak yang mengundurkan diri. Terlebih saat penyerangan dan pengepungan Masjid di Iskandariyah, nurani mereka sebagai Muslim dan fitrah sebagai manusia normal, menolak pengrusakan dan aksi anarkis yang sudah tidak manusiawi lagi.
Terlebih saat melihat di lapangan semua rencana (plan) yang direncanakan GAGAL TOTAL. Mulai dari:
- Plan A: Makar untuk membatalkan referendum===> GAGAL
- Plan B: Makar untuk menunda referendum===> GAGAL
- Plan C: Propaganda untuk Memboikot referendum===> GAGAL
- Plan D: Menebar dusta dan menyebarluaskan foto copy Undang-undang yang sudah diubah dan dipalsukan untuk mengelabui rakyat===> GAGAL
- Plan E: Memasang iklan di berbagai media agar rakyat tetap ikut serta di referendum dengan mencontreng pilihan “Tidak”===> GAGAL
- Plan F: Melakukan aksi-aksi curang di TPS-TPS dan menyebarluaskannya di media untuk menipu rakyat===> GAGAL
3. Sikap Militer
Militer tidak tergoda untuk mendukung kaum SEPILIS. Tentu setelah sebelumnya militer bersikap wait and see, melihat dukungan berjuta-juta rakyat Mesir yang solid dan loyal, serta tidak ada tindakan anarkisme yang dilakukan kader-kader Ikhwanul Muslimin dan Salafi kendati kantor-kantor Ikhwanul Muslimin, partai FJP, dan Markaz-markaz Dakwah dirusak dan berguguran korban jiwa. Kader-kader Ikhwanul Muslimin dan Salafi lebih memilih jalur damai dan tidak terpancing emosi melakukan tindakan yang sama sesuai skenario kaum SEPILIS.
Melihat kenyataan demikian, militer tentu lebih memihak langkah-langkah konstitusional daripada dicatat sejarah sebagai penghancur bangsa dan negara Mesir. Kendati demikian di lapangan ada kesan pembiaran terhadap pengrusakan, aksi anarkisme, dan teror di masyarakat Mesir oleh militer.
Prof. Dr. Hasanain Haikal mengatakan, “Saya berduka dengan kondisi Mesir. Orang yang berambisi menjatuhkan Mursi, adalah orang yang tidak paham apapun tentang Mesir. Ikhwan dan 18 juta warga Mesir (anggota Ikhwanul Muslimin), sama sekali tidak akan membiarkan Mursi dijatuhkan. Mereka akan mempertahankannya, hingga siap menghadapi kemungkinan terpahit: perang saudara. Mursi tidak akan jatuh. Apa yang terjadi berupa kekacauan dan kisruh, hanyalah upaya-upaya pihak luar untuk membuat Mesir chaos setelah mereka gagal di TPS-TPS.”
Mengapa Ikhwanul Muslimin dan Salafi sukses meraih simpatik jutaan rakyat Mesir? Apa jala-jala cinta yang ditebar?
(bersambung, insya Allah)
_______________________________
[1] Catatan redaksi: Hizbut Tahrir dan sejumlah ulama Arab Saudi yang ekstrim menolak Undang-undang Mesir 2012 ini, dan menolak draf Undang-undang ini dijadikan konstitusi Mesir.