Lelaki dan Pendapat

Lelaki tak suka diberikan pendapat, kecuali jika ia memintanya. Saat lelakimu berpendapat, maka diam dan simaklah baik-baik kata-katanya. Ia tak suka pendapatnya dipotong, disanggah, dan diragukan. Egonya melarangmu demikian meski tanpa perlu ia katakan. Semuanya terbaca dari pandangan matanya yang tampak ingin mendominasi.

“Aku bisa melakukannya sendiri, aku tak butuh bantuanmu”, demikian kira-kira arti pandangan mata mereka saat kau mendekat untuk membantunya.

Meski begitu, lelaki yang baik tahu kapan harus bertahan dengan pendapatnya sendiri, dan tahu kapan harus menerima pendapat dari istrinya. Beberapa dari lelaki itu mungkin tidak mengatakannya secara langsung seperti: “Sampaikan pendapatmu!” atau “Aku butuh pendapatmu!” atau “Bagaimana menurutmu?” Namun kau bisa melihatnya dari sinar matanya atau dari gestur tubuhnya yang tak lagi bersikap mantap, atau wajahnya yang tampak gusar dan tak yakin dengan apa yang dikatakannya sendiri.

Tapi jangan bersenang hati dulu. Meski mereka memberimu kesempatan memasuki area egoistik mereka, lelaki mungkin akan merespon pendapatmu dengan sedikit gestur acuh tak acuh, seolah-olah pendapatmu hanya angin lalu. Mereka takkan langsung mengiyakan pendapatmu, menerima saran dan pertimbangan yang sudah kau ucapkan dengan menggebu-gebu itu. Mereka akan merenungkan saran nasihatmu, diam untuk beberapa lama, seolah sedang larut dalam pikirannya. Mereka enggan mengakui jika mereka telah melakukan kesalahan dan, sebaliknya, saran dan pendapatmulah yang benar. Tak perlu sedih atau gusar. Lelaki mungkin tak begitu fasih mengungkapkan terima kasihnya atas saran dan pendapat dari istri mereka, namun jauh di dalam lubuk hatinya, ia bersyukur dan berterima kasih sepenuh-penuhnya atas saran dan pendapatmu.

Lelaki suka belajar, namun mereka tak suka terlihat jika sedang belajar, terlebih oleh pasangan dan anak-anaknya. Mereka ingin tiba-tiba terlihat bisa dan tahu. Tentang bagaimana proses belajar dan tahu itu berlangsung, biarlah itu menjadi misteri mereka sendiri. Biasanya, fase ini adalah semacam mukaddimah sebelum para lelaki itu masuk ke dalam Goa-nya sendiri, lalu berdiam dalam jangka waktu tertentu tanpa ingin diganggu oleh istri mereka.

Jadi, kepada para istri, pahamilah kebiasaan-kebiasaan lelakimu. Dan kepada para lelaki, bersyukurlah dengan sepenuh-penuh syukur, karena kita tidak menikah dengan sesama lelaki!

Wahid Nugroho