Tidak pernah ada agama minoritas yang perayaan hari rayanya dirayakan begitu mewah oleh penganut, pemerintah, para karyawan selain Hari Raya Natal di Indonesia. Kitia tidak pernah dengar itu perayaan hari raya Islam di negara-negara mayoritas Kristen seperti di negara-negara Eropa atau Filipina seperti natal di sini. Sikap pemerintah yang overact dalam masalah natal adalah diskriminasi dan melukai perasaan agama-agama minoritas lain
Indonesia pada hari raya natal, sudah tidak seperti negeri muslim terbesar di dunia. Sudah lebih mirip negeri kristen terbesar di dunia. Semua tokoh, pemerintah, ummat, berbondong-bondong dengan penuh rasa minder mempersembahkan gaya natal dan ucapan terindah mereka. Toleransi yang tak ada dasarnya, lebih mirip sebagai perasaan terjajah agama lain. Khawatir dicap tidak toleran kalau tak ikut-ikut natal, begitu mengharap puja dan puji kaum kafir yang mengatakan Allah memiliki anak daripada mencarian ridha Allah.
Toleransi bukan lagi, memperjelas identitas keagamaan masing-masing dan beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Tetapi toleransi sudah berubah menjadi pencampuradukkan keyakinan, keimanan dan kekufuran. Pemaksaan secara halus untuk mengikuti ritual dan tradisi agama lain. Teror budaya yang siap menikam siapa pun yang tak ikut natal sebagai intoleran. Dan dihadapan itu semua adalah ummat yang lemah, rapuh, dan merasa tidak percaya diri dengan keyakinannya sendiri.
Tapi tetap ummat Islam tidak boleh merayakan dan memakai atribut natal karena itu adalah menyerupai tradisi agama dan peribadatan orang kafir. Islam jelas, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Rasulullah s.a.w bersabda dengan maknanya ” barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia adalah termasuk golongan mereka. ” Mari saling mengingatkan antar kita, mengingatkan saudara, tetangga, kawan, dan kerabat. Kita khawatir di dunia amat bangga mengaku kelompok ummat Nabi Muhammad, tapi ketika dibangkitkan kita justru dikumpulkan bersama ummat lain yang ingkar kepada ajaran nabi Muhammad s.a.w. Naudzu billah
Ustadz Rudi Wahyudi