Matan Fitnah Terompet

[1] Jika Anda ingin merayakan malam Tahun Baru, walaupun sekadar ikut-ikutan, maka merupakan syarat perayaan adalah: “Mempunyai Petasan dan Kembang Api”.

[2] Jika syarat tersebut tidak bisa Anda tunaikan, maka Anda diberi rukhshah (keringanan atau bahasa kerennya: dispensasi) dengan syarat cadangan, yaitu: “Mempunyai Terompet”.

[3] Jika Anda tidak bisa Mempunyai Petasan atau Kembang Api, atau Terompet, disebabkan Anda tidak mempunyai uang, berarti Anda boleh sekadar join menonton Kembang Afi, atau merelakan diri menjadi Petasan sekali-kali, atau membuat Terompet sendiri dengan bibir sendiri.

[4] Jika Anda bisa memiliki Petasan, maka jangan sia-siakan Petasan itu. Jangan berlaku mubadzir! Simpan baik-baik. Jangan dekatkan dengan api, karena ditakutkan akan meledak dan hangus. Percuma Anda beli lalu meledak.

[5] Begitu juga dengan Kembang Api. Simpan baik-baik atau silakan Anda pajang di ruang tamu dengan vas yang bagus. Jangan sampai rusak apalagi terkena api. Percuma Anda beli lalu terbakar.

[6] Jika Anda memilih syarat keringanan, maka belilah Terompet. Terompet dijual dimana-mana. Macamnya banyak. Terompet berwujud Tanjidor pun bisa. Usahakan beli Terompet dari pedagang yang menurut Anda ia rajin sikat gigi.

[7] Sebelum membeli Terompet, Anda perlu bertanya pada pedagangnya:

SOAL PERTAMA: “Bang, situ hari ini sudah sikat gigi belum?”

Jika dia menjawab, “Saya belum sikat gigi,” maka carilah penjual terompet lain. 

Namun jika ditanya begitu dia malah marah dan tersinggung, maka carilah penjual terompet lain juga. Karena tersinggung ditanya begitu adalah tanda-tanda memang belum sikat gigi, cuma dia tidak mau mengatakan secara terang-terangan.

SOAL KEDUA: “Bang, situ tadi sudah mencoba (tes) terompet-terompet ini belum?”

Jika dia menjawab, “Tadi semuanya sudah saya coba bisa kok,” maka carilah fenjual Terompet lain; karena ujungnya bekas mulutnya. Ketika Anda nanti meniup Terompet sembari melekatkan bibir di ujungnya, sama saja mencium bibir penjual. Jika Anda tidak merasa jijik akan hal ini, mengapa tidak Anda cium saja penjual tersebut sejak awal bertemu?!

Namun jika dia ditanya begitu malah menjawab, “Coba aja mas situ tes sendiri!”, maka cari penjual Terompet lain; karena dia menginginkan bibir Anda menempel di bagian bekas bibirnya. Jika Anda tidak merasa jijik akan hal ini, mengapa tidak Anda cium saja penjual tersebut sejak awal bertemu?!

[8] Seharusnya banyak suami dan pacar marah, karena para istri dan para pacar rela melekatkan bibir di bekas lekatan bibir para pedagang yang rata-rata pedagang laki-laki yang tidak sempat sikat gigi sehari jualan. Jikalau mereka sikat gigi, mungkin sikatnya memakai ujung teromfet itu. Jadi, rasakanlah dan nikmatilah. Slurp.

====================

Pesan saya sekalian untuk calon pembeli Terompet:

Daripada Anda membeli terompet hanya untuk merasakan jebakan betmen penjual terompet semacam itu, lebih baik Anda sedekahkan harta kalian ke Yatim Piatu, Faqir Miskin, Pelajar, dan yang membutuhkan.

Tapi, karena para pembeli terompet sudah terlanjur terbiasa melekatkan bibir di bekas lekatan bibir tukang Terompet, maka hari ini apalagi malam nanti mereka akan memburu itu semua. 

=====================

Pesan saya sekalian untuk para tukang terompet:

Sikat gigi baik-baik sebelum jualan! Ketika sedang jualan, pamerkan gigi kalian di hadapan semua calon pembeli untuk meyakinkan pembeli bahwa Anda sudah sikat gigi. 

KENAPA???

Karena para pembeli Terompet itu sebenarnya ingin merayakan Tahun Baru dengan cara melekatkan bibir mereka di bekas lekatan bibir kalian. Jadi, yakinkan mereka bahwa jigong, idal, kotoran, cabe, bekas makanan kemarin dan segala yang ada di mulut Anda tidak berbekas apalagi melekat di Trompet. Kalaupun agak basah dikit ujungnya karena ludah kalian, segera dielap dan dijemur biar kering. Cium sedikit, masih bau atau tidak. 

Tetapi, bau atau tidak, para pembeli sudah terlanjur nge-fans dengan Anda. Tidak memikirkan bau atau tidak bagian ujung itu. 

Ingat, wahai tukang Terompet. Anda mengalahkan para artis dan tokoh. Rhoma Irama dipuja jutaan manusia, namun tak satupun ada yang mau melekatkan bibir di bekas lekatan bibir Rhoma. Dan Anda dibayar oleh pembeli agar mereka bisa melekatkan bibir di bekas lekatan bibir Anda. Anda sungguh trendy!!!

==========================

Pesan saya buat terompet-nya:

Kasihan deh kamu, Pet! Bayangkan:

[1] Kamu diproduksi di pabrik atau privat. Lalu dicoba-coba oleh pembuatnya. Preet! Semakin banyak jigong dan semakin bau mulutnya, semakin besar suara kamu; saking ga tahannya.

[2] Setelah diborong penjual, diuji lagi kekuatan kamu dalam menghadapi serangan jigong dan bau mulut. Preet! Ternyata jigong penjual dan bau mulutnya luar biasa; melebihi pembuatnya. Dua kali kamu menderita. Kali ini lebih dahsyat lagi.

[3] Ketika dijajakan di hadapan calon pembeli, kamu diuji nyali lagi. Satu calon pembeli uji nyali kamu dengan meniupkan aroma jigongnya. Preet! Dan belum tentu kamu dibeli. Setelah dijigongi, kamu diletakkan kembali. Karena shoohibul jigong ingin mencoba Terompet lainnya. Cuciaaaan deh kamu!

Rudi Kawilarang, presenter dari Tim [Masih] Dunia Lain berkata, “Jika Anda sudah tidak kuat lagi menghadapi tantangan uji nyali, silakan angkat dan lambaikan tangan ke kamera! Kami akan segera datang kembali!”

[4] Kamu ditaruh lagi. Datang calon pembeli yang lain. Kali ini om-om. Tadi pagi baru sarapan telor dan jengkol. Kamu diuji lagi nyalinya. Preeeeeet!

Kamu pun langsung merasa aura hitam, melihat sekelebar jigong dan tetes-tetes air menyeramkan. Tak lama kemudian kamu melambaikan tangan ke kamera, lalu berkata:

“Aduuuh, Maaas! Maas! Aku sudah ga kuaaat, Maaas!”

Masih mau beli Terompet, wahai orang-orang yang telat mikir?

Ustadz Hasan Al Jaizy, Lc.