Membuka ‘Aurat’ Tanpa Sengaja

Tok..tok..tok..

“Cari siapa?”

“Mbak Ina ada?” Suara laki-laki.

“Mbak Ina sedang mandi. Tunggu sebentar.”

Merasa ada yang salah? Contoh lain.

Suatu siang, adzan Dhuhur berkumandang. Ada sekitar 10 orang dalam sebuah ruangan, 4 laki-laki, 6 perempuan.
“Ada yang tidak salat?” Tanya seorang laki-laki kepada teman perempuannya.

Merasa janggal dengan pertanyaan di atas? Merasa pernah mengatakannya?

Kadang kita sering dengan sengaja atau tidak sengaja membuka aurat saudara kita sendiri. Ini sering terjadi tanpa ada control dari kita. Seolah seperti sesuatu yang terbiasa. Seperti contoh percakapan diatas. Sebenarnya ada siasat bagaimana caranya kita mempersilahkan tamu tanpa kita harus membuka aurat saudara sendiri. Misalnya,

“Mbak Ina sedang dibelakang. Silahkan tunggu sebentar.”

Pesan yang kita ingin katakana tersampaikan. Aurat saudara kita juga terjaga. Lagi pula informasi tentang aktivitas saudara kita saat itu bukan hal yang penting untuk disampaikan. Ini hanya tentang pilihan kata. Bagaimanapun kita tidak pernah tahu kondisi hati dari kawan bicara. Apakah hatinya sedang bersih lalu bisa berpikir jernih. Atau sedang dalam kondisi lemah iman. Sehingga membuatnya secara tidak sengaja terpikirkan hal yang tidak seharusnya.

Pada percakapan kedua kita menemukan fenomena yang serupa, membuka ‘aurat’ saudaranya. Sekali lagi ini hanya tentang pilihan kata. Kalimat tanya tersebut sebenarnya bisa diganti dengan, “Adakah yang berjaga disini? Saya mau nitip tas.” Maksud tersampaikan dan sekali lagi tanpa harus membuka ‘aurat’.

Hal yang perlu diketahui adalah, perempuan mengalami fase penurunan intensitas berdekatan dengan Rabb-nya saat sedang haid. Tidak bisa salat, tidak bisa membaca Alquran (sebagian ulama ada yang membolehkan membaca), ditambah labilnya hormon dalam tubuh. Artinya, sebagian besar perempuan ada dalam kondisi yang tidak ‘on top level’ iman dan penjagaan.

Ucapan atau tindakan kita yang kadang kurang hati-hati seperti contoh diatas secara tidak langsung bisa membuka aurat saudara kita. Hijab itu bukan hanya selembar kain yang digunakan untuk menutupi. Tapi juga sejauh mana kehati-hatian kita untuk tidak tergoda memberikan puzzle-puzzle seperti, ‘sedang mandi’, ‘sedang tidak salat’, dan lain sebagainya.