Saya adalah seorang Ayah yang banyak memiliki waktu bersama anak. Hampir setiap hari saya mengisi waktu dengan bermain bersama anak-anak, mengekplorasi dan bereksperimen tentang cara mereka belajar yang menyenangkan.
Anak saya yang sulung seorang laki-laki saat ini berusia 4 tahun, adiknya adalah seorang perempuan berusia 2 tahun. Jarak usia mereka yang tidak terlalu jauh membuat suasana belajar–bermain tepatnya, menjadi semakin menyenangkan. Hampir tidak pernah saya menyiapkan sesi khusus untuk mereka belajar, semua proses terjadi secara alami saja.
Saya juga termasuk Ayah yang jarang membelikan mainan untuk anak-anak saya, hampir semua mainan yang ada dirumah adalah hasil buatan kami sendiri, buatan saya dan anak-anak. Biasanya kami menggunakan peralatan jenis kardus dan benda benda lain yang sudah tidak terpakai sebelum menjadi sampah.
Alhamdulillah anak-anak tetap senang dengan alat-alat permainan yang kami buat sendiri. Lokasi bermain memang lebih sering dirumah, namun dengan menggunakan imajinasi, rumah bisa kami sulap menjadi apa saja, kadang menjadi sawah, jalan raya, hutan, pegunungan, bahkan samudera. Saya mencoba mengajak anak belajar dengan mengalami sendiri tentang banyak hal didunia ini.
Yang paling sederhana, kami berimajinasi berada di sebuah lapangan sepak bola. Kami hanya membutuhkan sebuah bola plastik, dinding rumah sekarang berubah menjadi ribuan penontong yang menyaksikan kami si bintang lapangan sedang beraksi. Dengan permainan ini, anak-anak bisa belajar dan mengalami apa yang dirasakan oleh pemain bola di lapangan. Mereka belajar mengoper bola, belajar mengekpresikan sebuah kemenangan, dan bagaimana bersikap saat gawang kebobolan oleh lawan.
Disaat yang lain kami bermain imajinasi menjadi seorang dokter hewan dan seorang jagoan yang penyelamat binatang. Anak-anak banyak belajar bagaimana semestinya menyayangi dan menyelamatkan binatang. Dengan pengalaman imajitif ini mereka belajar banyak hal. Dalam 24 jam kebersamaan dirumah mereka bisa berkeliling dunia kapan saja, dan bisa kembali ke rumah kapan saja.
Imajinasi telah mengajarkan pada anak untuk berkomunikasi dengan baik, pengalaman sosial yang sangat kaya, bahkan bisa menjadi penguji pengetahuan mereka dan senantiasa menjadi anak-anak yang berani bercita-cita, serta banyak belajar tentang bagaimana memahami orang lain.
Yang perlu kita perhatikan sebagai orang tua adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi anak-anak. Sebuah kondisi yang membebaskan anak untuk berimajinasi, tidak ada ejekan tentang imajinasi mereka. Anak akan semakin senang belajar.
Dengan berimajinasi anak-anak kita bisa merasakan sebuah pengalaman menjadi apa saja yang mereka inginkan. Anak-anak bisa tiba-tiba menjadi dokter, beberapa detik kemudian tiba-tiba menjadi seorang polisi, pilot, pramugari, arsitek, supir, tukang kebun, dan apa saja. Dengan pengalaman tersebut, mereka bisa belajar tentang begitu banyak profesi dan aktivitas yang ada didunia ini.
Untuk menambah bahan imajinasi mereka biasanya kami mengajak anak-anak untuk membaca buku bersama, sebagian buku-buku cerita anak tentang budi pekerti. Saat anak sudah membaca, artinya anak sudah memiliki bahan baku baru untuk ditanamkan dalam bawah sadarnya, cara menanamkanya adalah dengan membuat semua yang mereka baca dan tonton menjadi sebuah pengalaman yang bisa mereka rasakan sendiri.
Misal usai membaca kisah mashur tentang seorang anak penggembala domba yang jujur, bagaimana si anak kecil merasakan betul keberadaan Allah saat diuji oleh seorang khalifah yang ingin membeli satu ekor domba milik majikan anak kecil itu. Saya bereksperimen dengan menjadikan cerita tersebut sebagai sebuah drama teatrikal, semua peran kami mainkan persis sebagaimana cerita yang telah kami baca. Dengan demikian harapannya nilai-nilai yang ada pada kisah tersebut semakin kuat tertanamam dalam sistem keyakinan anak-anak.
Tanpa disadari bermain pura-pura yang penuh dengan imajinasi ini telah menjadi sebuah pembelajaran yang luar biasa. Anak-anak bisa belajar tentang matematika, sastra, kebudayaan, fisika, sejarah dan banyak hal lainnya.
Seperti kita ketahui cara belajar anak adalah melalui permainan, sebagai orang tua kita perlu menyesuaikan diri dengan anak-anak tentang bagaimana cara mereka bermain. Ikuti saja dan masukkan nilai-nilai yang Anda ingin sampaikan saat bermain, tanpa harus kita cemari dengan cara-cara yang menurut kita baik namun kurang menyenangkan bagi anak-anak. Saat anak-anak merasa gembira, itulah saat yang paling baik untuk mereka belajar dan merasakan kedekatan dengan orang tua mereka.
Beberapa orang tua ada yang kurang sabar bermain dengan anak. Saat bermain petak umpet misalnya, anak-anak pasti senang ketika orang tuanya kesulitan menemukan persembunyian mereka. Untuk itu, meskipun Anda sudah tahu dimana anak anda bersembunyi rasanya tidak ada salahnya jika Anda berpura-pura seolah-olah Anda belum mengetahui keberadaan anak anda. Alangkah menjadi tidak menyenangkan jika Anda melihat kaki anak Anda yang sedang bersembunyi dibalik tirai, dan Anda langsung menangkapnya sambing menjelaskan secara logika bahwa tempat persembunyian mereka terlalu mudah untuk Anda temukan. Dengan hal ini, Anda sebenarnya telah membantu meningkatkan rasa percaya diri anak Anda.
Hampir semua aktivitas dirumah bisa menjadi sarana belajar bagi anak-anak kita, mencuci, memasak, membersihkan rumah, merapikan mainan, menyusun buku, dan sederetan aktivitas lain. Menjadi benar-benar sebuah proses belajar aplikatif yang bermanfaat bagi masa depan anak-anak kita.
Semoga kita menjadi orang tua yang kreatif, sabar, dan cerdas dalam mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang tangguh dimasa depan.