Berbohong dan berdusta adalah ciri khas sekte Syiah. Bagi Syiah, mengarang-ngarang periwayatan hadis dan teks-teks keagamaan yang tidak memiliki dasar periwayatan yang sahih demi melakukan pembenaran pada ajaran sekte Syiah atau menambah-nambah teks baru pada periwayatan yang awalnya sahih dan menyelewengkan penafsiran pada teks-teks yang pada mulanya benar; adalah hal yang biasa mereka lakukan, sehingga yang dijadikan dalil justru penafsirannya dan bukan teks aslinya. Hal itu dilakukan dalam rangka menjustifikasi ajaran-ajaran Syiah yang penuh dengan penyelewengan.
Terkait fenomena “dusta mania” sekte Syiah ini, Syaikhul Islam pernah menulis, “Para ulama sepakat bahwa Rafidhah (Syiah) adalah sekte yang paling pendusta dan pembohong sejak dari zaman dahulu kala. Oleh karena itu para tokoh-tokoh Islam menandai sekte ini dengan cirikhas mereka berupa kegemaran berbohong.”
“وقد اتفق أهل العلم بالنقل والرواية والإسناد علي أن الرافضة أكذب الطوائف والكذب فيهم قديم ولهذا كان أئمة الإسلام يعلمون امتيازهم بكثرة الكذب”.
Syaikh Ihab Uwaidat menyebutkan beberapa penyebab utama mengapa berdusta menjadi fenomena khusus di dalam sekte Syiah, sebagai berikut:
- Ideologi atau akidah Syiah tidak berdasar dan tidak berdalil, tidak ada landasannya dari Al Quran maupun dari Sunnah, dan tidak ada prakteknya dalam kehidupan keluarga rasulullah dan para sahabat nabi. Ideologi Syiah tidak pernah ditemukan dalam kehidupan Rasulullah dan para khalifah-khalifah pengganti Rasulullah. Itulah mengapa sekte Syiah harus mengarang-ngarang berbagai kedustaan untuk dijadikan dalil dan landasan bagi ideologi mereka. Ideologi dan akidah Syiah adalah ideologi yang penuh dengan kebohongan dan berdasarkan dalil-dalil yang dikarang-karang.
- Sekte Syiah adalah perpanjangan dari agama Yahudi. Sekte Syiah adalah hasil evolusi dari agama Yahudi. Sebab para pendiri utama Syiah adalah tokoh-tokohYahudi model Abdullah bin Saba’. Dan ciri khas Yahudi adalah suka berdusta dan berbohong. Maka sekte Syiahpun tidak bisa terlepas dari ciri khas pendirinya yang sangat suka berbohong dan berdusta.
- Ideologi syiah bertujuan untuk meruntuhkan Islam. Oleh karenanya, Syiah perlu melindungi dirinya dengan bergam dalil-dalil dusta dalam rangka mengibuli masyarakat awam yang tidak mengerti benar hakikat Syiah.
- Ideologi syiah adalah adalah ideologi yang super aneh di mata ummat Islam. Dan para pendiri Syiah sepanjang sejarah memiliki target yang sangat jelas, yaitu ingin menghancurkan Negara Islam dan melumatkan ummat Islam dalam rangka membalas dendam kehancuran Imperium Persia di tangan ummat Islam, pada masa lalu. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan nista itu, sekte syiah harus melakukan cara-cara makar dan tipu-tipu dan berbagai kebohongan-kebohongan lainnya. Dari sanalah muculnya asal-muasal sekte Syiah yang mengkristal dalam pilar-pilar penting ideologi Syiah, yaitu ideologi dusta dan makar, yang menjadi doktrin super penting di dalam ajaran sekte Syiah.
Kewajiban Taqiyyah Dalam Ideologi Syiah
Sekte Syiah menamakan “berdusta” dengan sebutan yang lebih lembut, yaitu taqiyyah. Apakah yang dimaksud dengan taqiyyah?
Taqiyyah dalam ideologi syiah ialah tampil dengan wajah yang bukan sebenarnya agar dapat menipu orang lain. Dengan dasar itu pemeluk Syiah selalu menafikan hal-hal yang diimaninya secara diam-diam.
Normalnya seluruh agama mencela berbohong, bahkan sudah menjadi fitrah yang tertanam di dalam jiwa setiap manusia untuk mencela sifat dusta, naturnya manusia tidak suka dengan kebohongan. Namun berbeda dengan sekte Syiah, dimana berdusta bukan lah tindakan tercela melainkan tindakan yang fardhu dan wajib dilakukan oleh setiap pemeluk sekte Syiah di dalam keseharian hidupnya Taqiyah itu dilakukan tanpa harus merasa bersalah.
Parahnya lagi berdusta dan bertaqiyyah adalah merupakan kewajiban seperti wajibnya shalat dan kewajiban-kewajiban agama lainnya yang akan diganjar pahala bila dilakukan dan akan berdosa besar bila ditinggalkan. Lebih parahnya lagi 90% inti ajaran Syiah ada di taqiyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh tokoh agama mereka dan tokoh muhaddis senior mereka Muhammad bin Ali bin Husein yang biasanya digelar Al-Shaduq,
“Kami meyakini bahwa taqiyyah wajib. Meninggalkan taqiyyah sama seperti meninggalkan shalat… Kewajiban taqiyyah tidak boleh diangkat sampai keluarnya Al-Qa’im (Imam Mahdi). Barang siapa yang meninggalkan taqiyyah sebelum keluarnya Al-Qa’im maka dianggap murtad dan keluar dari agama Allah dan agama Imamiah dan menyalahi Allah dan Rasulnya dan para Imam.”
“واعتقادنا في التقية أنها واجبة من تركها كان بمنزلة من ترك الصلاة.. والتقية واجبة لا يجوز رفعها إلى أن يخرج القائم فمن تركها قبل خروجه فقد خرج من دين الله وعن دين الإمامية وخالف الله ورسوله والأئمة “.
Muhammad bin Husein bin Hur Al-‘Amiliy di dalam ensiklopedia hadisnya yang bernama “Wasail Syiah” juga menuliskan sebuah bab yang berjudul “Kewajiban Memperhatikan Taqiyyah dan Memeliharanya-
باب وجوب الاعتناء والاهتمام بالتقية ……”
Perhatikanlah kata “wajib” pada bab tersebut dan makna kewajiban ini. “Kewajiban memperhatikan taqiyyah dan memelihara taqiyyah,” bermakna bahwa Syiah menjadikan berdusta sebagai manhaj dan metode tarbiyah yang senantiasa mereka pelihara dan pertahankan serta harus diwariskan dan menjadi materi penting dalam mendidik generasi-generasi selanjutnya.
Dalam buku Syiah yang bernama Al-Kafi, diriwayatkan bahwa Abu Ja’far mengatakan, “Taqiyyah adalah ajaran agama saya dan agama nenek moyang saya, orang yang tidak bertaqiyyah bukanlah orang yang beriman.”
“التقية من ديني ودين آبائي ولا إيمان لمن لا تقية له “.
Syiah juga meyakini bahwa, “Taqiyyah adalah tanda orang beriman.”
“إن التقية آية المؤمن ”
Sebagaimana sekte Syiah juga meyakini bahwa, “Taqiyyah adalah amalan terbaik seorang mukmin”
. وعن أمير المؤمنين قال: “التقية من أفضل أعمال المؤمنين”.
Sekte Syiah juga mengimani bahwa, “Allah akan mengampuni semua dosa seorang mukmin dan menyucikannyq dari dosa-dosanya, baik di dunia maupun di akherat, selain dua dosa: yaitu dosa meninggalkan taqiyyah dan dosa melalaikan hak-hak saudara seagama.”
عن علي بن الحسين قال: “يغفر الله للمؤمن كل ذنب ويطهره منه في الدنيا والآخرة ما خلا ذنبين: ترك التقية وتضييع حقوق الإخوان “.[وسائل الشيعة]
Bahkan demi mensyariatkan taqiyyah, mereka sengaja mengarang hadis palsu yang dinisbahkan kepada Rasulullah secara dusta yang berbunyi, “Meninggalkan taqiyyah sama dengan meninggalkan shalat.”
“تارك التقية كتارك الصلاة ”
Hal seperti ini sudah sangat keterlaluan, karena mereka melakukan dusta terhadap nabi. Bagaimana mungkin nabi memerintahkan berdusta dan menyamakan dosa meninggalkan berdusta sama dengan dosa meninggalkan shalat? (Bersambung..)