Hidup yang tengah kita jalani ini didominasi oleh pertarungan sengit antara setan dan manusia. Pertarungan ini telah dan akan terus berlangsung hinga hari kiamat. Karena setan memang sudah diberi otoritas oleh Allah untuk mencari teman sebanyak-banyaknya dari
golongan manusia. Oleh karena itu, sebagai manusia kita mesti tahu, trik apa yang sering digunakan oleh setan dan bagaimana cara menangulanginya.
Cara yang paling cepat untuk mengetahui hal itu semua adalah melalui Al Quran. Karena ia adalah petunjuk yang tak pernah usang. Petunjuk yang tak mungkin menyesatkan. Petunjuk yang sudah digaransi oleh Allah dan Rasulullah kevalidannya. Siapa yang mengikuti Al Quran, maka ia selamat. Begitupun sebaliknya. Asalkan, tidak salah tafsir!
Ada tiga poin utama terkait cara setan menggoda kita. Pertama adalah jenis godaan. Dikatakan bahwa setan itu membisikkan kejahatan secara tersembunyi. Kedua, terkait cara. Yaitu membisikkan godaan ke dalam hati manusia. Sedangkan yang ketiga terkait pelaku, dari golongan jin dan manusia.
Dari ketiga poin ini, kita bisa memahami bahwa tipu daya setan ini sangatlah halus dan memperdayakan. Disamping dibisikkan secara sembunyi-sembunyi, ia juga langsung tertuju kepada hati yang tak kasat mata. Apalagi setelah mengetahui bahwa pelakunya berasal dari jenis jin yang tak terlihat juga dari manusia yang setiap saat berada di sekitar kita.
Ibarat peperangan, kita telah dikepung dengan sebuah strategi perang musuh yang sangat canggih. Jika ditembak dengan pistol atau rudal, kita pasti bisa menghindar. Karena mata kita bisa melihat dengan jelas alat itu. Jika diserang di kaki, kepala atau anggota tubuh lain, maka kita juga bisa menghindar karena mata bisa melihatnya. Begitupun jika yang melakukan serangan ‘hanya’ manusia saja. Sayangnya, serangan ini berasal dari berbagai sisi dari manusia yang tampak dan jin yang tak tampak. Maka, kemungkinan untuk menang perang itu sangatlah kecil.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar bisa terhindar dari serangan dahsyat yang tersembunyi itu?
Sederhananya begini. Jika dalam sebuah perjalanan kita melewati sebuah rumah yang dijaga oleh anjing galak. Kemudian anjing tersebut menggongong ke arah kita dan hendak menyerang. Apa yang akan kita lakukan agar aman dari kejahatan anjing tersebut? Berlari cepat sambil mencari batu untuk melempar si anjing? Mencari pohon untuk dipanjat? Atau?
Yang paling tepat adalah meminta kepada pemilik anjing agar meghindarkan anjingnya dari diri kita. Dengan demikian, kita tak perlu repot-repot berlari kencang atau mencari batu untuk menimpuki si anjing. Jadi, hanya dengan minta tolong ke pemilik anjing itulah, kita akan dengan mudah terbebas dari kejahatan anjing.
Begitupun. Jika anjing adalah setan. Maka yang harus kita lakukan adalah meminta perlindugan Allah sebagai pemilik dan pencipta segala sesuatu dari jahatnya setan dan tipu dayanya itu. Apalagi, Allah adalah Robb -Penguasa dan Pemelihara-, Malik atau Raja dan Ilah atau sesembahan. Hanya dengan meminta perlindungan Allahlah, kita bisa aman dari godaan setan yang sangat dahsyat itu.
Caranya? Dengan tiga hal pula. Pertama adalah Iman. Ia berfungsi sebagai perisai. Kedua adalah Dzikir sebagai bekal. Dan terakhir Isti’adzah (meminta perlindungan) sebagai senjata. Jika tiga hal ini dilakukan, insya Allah kita akan terbebas dari gangguan setan dalam berbagai jenisnya.
Rasul bersabda, “Setan itu berada dalam hati setiap anak adam. Jika mereka mengingat Allah Ta’ala, maka setan akan bersembunyi. Jika mereka melupakan Allah maka setan akan membisiki.”(HR Bukhari diriwayatkan secara Mu’allaq)
Ketika kita melakukan tiga hal tersebut, setan akan kabur dan kembali ke tempatnya semula. Maka yang terbaik adalah selalu mengingat Allah dengan meminta perlindungan diri. Karena mengingat Allah merupakan bentuk ketergantungan kita kepada Yang Maha Kuat. Dimana tak ada lagi kekuatan lain yang lebih kuat dariNya.
Sedangkan salah satu senjata isti’adzah adalah dengan senantiasa membaca dan mentadabburi surah an-Naas. Surah terakhir dalam al-Qur’an. Semoga bermnafaat. Semoga Allah melindungi kita dari setan dan bala tentaranya. Aamiin.
# Sebuah penulisan ulang dari Tafsir Surah An Naas dalam Fi Dzilalil Qur’an – Sayyid Quthb