Dalam hitungan hari, kita akan memasuki pertengahan tahun 2012. Sebagai seorang individu, tentunya ada banyak catatan yang telah kita toreh. Ada positif, ada juga negatif. Positif dan negatif, sejatinya hanyalah sebuah predikat yang pasti melekat pada diri manusia, makhluk yang kadang benar dan tidak jarang salah. Yang terpenting adalah kadar antara kedua hal ini.
Islam sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi semesta, melalui Nabinya begitu jelas dalam mendefiniskan hal ini. Bahwa usia terbaik bagi seorang hamba adalah manakala panjang durasinya dan penuh dengan catatan kebaikan. Begitupun sebaliknya.
Dalam redaksi lain, beliau juga menegaskan, “Yang hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang merugi. Sedangkan orang yang beruntung adalah siapa saja yang hari ini lebih baik dari kemarin.” Tentunya, siapa saja itu dibatasi dalam bingkai ‘orang-orang yang beriman.’ Karena tanpa iman yang benar kepada rukun iman yang enam, sehebat apapun prestasi dan kemanfaatan seseorang di dunia ini, maka nihillah hasilnya. Seperti kapas: banyak tapi tidak berbobot, begitupun dengan buih.
Dalam menyikapi positif dan negatifnya catatan kita sepanjang tahun 2011, tentunya banyak hal yang harus kita perhatikan. Terkait dengan catatan positif, tentunya diri tidak boleh berbangga. Harus tetap rendah hati. Bahwa semua yang dicapai, hanya karena Allah. TanpaNya, kita bukanlah apa-apa. Bahkan, untuk sekedar hidup dan menjalani kehidupan, semuanya tergantung pada Dia Yang Maha Kuasa.
Tahap kedua, tentunya kita tidak boleh berpuas diri sehingga berhenti berkarya. Prestasi yang telah ditoreh seharusnya menjadi pelecut untuk mengukir karya berikutnya. Karena pemberhentian sejati, baru ada di surgaNya kelak. Terus berprestasi adalah harga mati sebelum kaki benar-benar menginjak surga.
Sebagai sebuah konsekuensi kehidupan, tentunya kita tidak memungkiri catatan buruk yang kadang kita lakukan. Sengaja atau tidak, sedikit atau banyak. Catatan-catatan tersebut bukanlah untuk diratapi. Karena meratapi kesalahan diri hanya akan membuat kita terkungkung dalam putus asa yang tidak bertepi. Kita harus menyadari itu sebagai sebuah kesalahan yang harus segera diperbaiki. Jika prestasi harus kita lanjut dan tingkatkan, maka kesalahan harus segera dihentikan. Apapun alasannya, bagaimanapun caranya. Karena melanjutkan perbuatan salah adalah sarana untuk menuju jurang kebinasaan.
Dalam melakukan kalkulasi benar dan salahnya perbuatan diri, yang harus ada adalah sikap jujur. Jujur kepada diri sendiri sehingga salah tidak dibenarkan dan benar tidak disalahkan. Sikap jujur ini akan memicu diri sehingga objektif dalam menentukan sikap kita seharusnya seperti apa pada kehidupan mendatang. Jujur dalam tahap ini adalah sikap yang harus ada jika keberhasilan hidup yang kita dambakan. Bagi mereka yang tidak bisa jujur dalam menilai diri, sangat kecil kemungkinannya untuk mendapat sukses di kemudian hari.
Setelah jujur, tahap berikutnya adalah optimis. Jangan ratapi raport merah. Lupakan nilai buruk kita. Fokuskan untuk perbaikan. Jadikan kemarin sebagai cermin agar ke depannya menjadi lebih baik. Jadikan masa lalu sebagai pemicu prestasi yang lebih dahsyat. Tidak ada gunanya meratapi diri yang tak kunjung berprestasi, kecuali keterpurukan yang akan semakin mengantarkan diri menuju lubang kegagalan. Yang terbaik adalah menatap masa depan dengan gagah. Ledakkan (potensi) diri untuk meraih surge firdaus, sebagai prestasi tertinggi.
Optimis tidak akan berfungsi banyak jika tidak disertai kesabaran. Sabar adalah jalan tercepat untuk meraih sukses. Sabar adalah bahan bakar sehingga optimis kita berumur panjang. Sabar adalah bahan bakar yang akan menjadikan diri terus melaju kencang pada rel yang telah digariskanNya. Tanpa sabar, kita akan mudah menyerah sehingga diri tidak akan pernah menyejarah. Tanpa sabar, mimpi kita tidak akan pernah menadi nyata. Sabar adalah tiket yang harus dimiliki bagi siapa saja yang menghendaki mimpinya menjadi nyata.
Akhirnya, di tahun 2012 ini kita perlu menulis ulang misi hidup kita. Tentukan hal-hal apa yang akan kita capai. Baik sebagai seorang murid, mahasiswa, anak, adik, kakak, ayah, ibu atau status-status lain yang melekat pada diri kita. Terlebih sebagai hamba Allah denan bermacam tugas yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Kita perlu membuat formula-formula yang akan kita praktekan dalam menjemput mimpi. Karena mimpi adalah angin yang akan membuat layang-layang kehidupan kita terbang tinggi. Formula itu yang akan kita jadikan sebagai acuan sehingga kita bisa meraih mimpi sesuai dengan waktu yang kita inginkan, sesuai dengan kehendak Allah. Karena sekali lagi, tanpa Allah kita bukanlah apa-apa.
Di tahun 2012 ini, sepertinya tidak jadi kiamat. Tahun ini adalah tahun yang akan menjadi wahana bagi kita untuk merenda asa. Sehingga diri tidak hanya berbentuk badan, melainkan ada prestasi yang ditinggalkan bagi generasi setelah kita, insya Allah.
Mari lanjutkan prestasi, karena sukses sejatinya memang milik kita.