Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti pertemuan rutin di kantor Yayasan tempat saya mengajar. Pesan berantai yang disebarkan menyebutkan kalau acara dimulai pukul 08.30 WIB. Maka pagi itu jam 08.00 WIB pagi saya bergegas memacu kuda besi menuju tempat pertemuan. Kebetulan tempat pertemuannya agak jauh dari rumah.
Sekitar 20 menit kemudian, saya sudah sampai ditempat pertemuan yang sudah disepakati. Pintu masih terkunci, belum ada satu pun orang yang datang. Lima menit berlalu, masih sepi saja. Sepuluh menit terlewat baru bertambah satu orang. Hingga setengah jam berlalu, si pembawa kunci baru datang. Tiga puluh menit ‘terbuang’ hanya untuk menunggu.
Pintu dibuka, semua orang masuk dan pertemuan dimulai. Waktu berlalu seperti biasanya. Pembicaraan demi pembicaraan terlewati. Mulai dari administrasi, tips dan trik mengajar, hingga keuangan yayasan. Tibalah di penghujung pertemuan. Pembahasan terakhir yang dibicarakan adalah kesepakatan pertemuan selanjutnya.
Pemimpin pertemuan (PP): Jadi pertemuan selanjutnya mau dimulai jam berapa?
Peserta 1 (P1): Jam 09.00 WIB saja.
PP: Bagaimana yang lain?
P2: Terlalu siang. Nanti pulangnya siang.
P1: Atau kalau tidak, tetap jam 08.30 WIB tapi diberi toleransi keterlambatan 30 menit.
P2: Hyaa..sama saja *dalam hati.
Pernah mengalami kejadian yang sama? Banyak dari kita yang secara tidak sadar merencanakan dan membiasakan keterlambatan (korupsi waktu). Padahal kalau ada pejabat yang korupsi kita mati-matian menghina dina. Saat ada anggota DPR yang terlambat datang rapat, kita menjadi orang pertama yang menghardik dan menghujat.
Tambah miris lagi, kebiasaan terlambat ini sudah menjadi seperti kebudayaan yang mengakar kuat di masyarakat kita. Justeru bila ada yang datang tepat waktu malah dianggap aneh dan tak jarang dibully sekitarnya.
Padahal Allah SWT melalui Alquran sebagai pengingat dan pemberi peringatan sudah dengan sangat jelas mengatakan:
Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Al ‘Ashr 1-3.
Waktu, mkhluk yang oleh Allah SWT diselipkan dalam janji-Nya. Sedang kita, hingga saat ini masih saja begini. Mengulur waktu, merasa waktu kita di dunia masih cukup panjang. Padahal, kita tidak pernah tahu kapan Allah akan memanggil.
Jadi masih ingin merencanakan keterlambatan?