Salah satu masalah yang hingga kini dihadapi oleh penduduk Indonesia adalah kekurangan zat gizi mikro. Zat gizi mikro disini seperti vitamin A, zat besi dan iodium. Inilah kenapa ada program pemberian kapsul vitamin A dan zat besi di Posyandu bagi balita dan ibu hamil. Alternatif program lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan fortifikasi atau penambahan zat gizi mikro pada produk makanan atau bahan makanan.
Salah satu contohnya adalah fortifikasi vitamin A. Meskipun vitamin A ada pada buah dan sayuran, tetapi jumlah yang dikonsumsinya harus banyak untuk memenuhi kebutuan vitamin A tubuh dan ini adalah hal yang sulit dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Beberapa solusi yang dapat yang dapat dilakukan untuk penanggulangan kekurangan vitamin A adalah diversifikasi pangan, suplementasi vitamin A dosis tinggi dan fortifikasi pangan.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah bahan pangan apa yang cocok untuk difortifikasi vitamin A. Sebenarnya ada banyak jenis makanan dan bahan pangan yang bisa difortifikasi. Namun, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah, jenis makanan tersebut harus sering dikonsumsi oleh masyarakat. Akhirnya, untuk saat ini, bahan pangan yang dipilih adalah minyak goreng.
Kenapa minyak goreng? Karena minyak goreng merupakan komoditas kedua setelah beras yang dikonsumsi oleh lebih dari 90% penduduk Indonesia. Konsumsi minyak goreng per kapita yang mencapai lebih ndari 23 gram (lebih dari 10 gram jumlah minimum untuk fortifikasi). Rumah tangga rata-rata menggunakan 1-3 kali minyak goreng untuk penggorengan, dan stabilitas vitamin A selama penyimpanan dan penggorengan juga telah teruji (retensi selama penggorengan tinggi). Dari penelitian dibuktikan dengan bahwa konsumsi minyak goreng berfortifikasi vitamin A terbukti mampu meningkatkan status vitamin A anak usia sekolah.
Jadi apakah minyak goreng bervitamin A ini aman untuk dikonsumsi? Sangat aman. Bahkan sangat dianjurkan untuk lebih memilih minyak goreng bervitamin A dibandingkan dengan minyak goreng yang tidak difortifikasi vitamin A.