Mulailah dengan Menetapkan Tujuan Anda

Seperti biasanya, setiap saya mengawali pembicaraan dalam seminar Golden Family, ada satu atau dua orang peserta yang saya minta maju kedepan untuk menceritakan tentang dinamika keluarganya yang dialami saat itu.

Seorang ibu berkenan maju ke depan, ia menceritakan kondisi keluarga yang ia alami. Ia mengawali cerita keluarganya dengan sangat menarik, sesekali tersenyum dan menunjukkan ekspresi wajah  yang bahagia. Di tahun ke dua, pasangan ini dikaruniai  satu orang bayi laki-laki yang sempurna, ganteng dan lucu sekali.

Oleh karenanya, sepanjang tahun pertama pernikahannya ia dan suaminya merasa dalam suasana bulan madu yang berkepanjangan. Delapan tahun pernikahan telah dilaluinya bersama ‘mantan’ pacarnya itu dan kini mereka berdua dikaruniai sepasang anak (laki-laki dan perempuan) yang lucu dan ceria. Di tengah asyiknya cerita itu, tiba-tiba ibu menurunkan tekanan suaranya dan linangan air mata mulai nampak di kedua sudut matanya. Ia pun terisak menahan tangis.

Melihat kondisi ini, sayapun langsung berbicara pada ibu tersebut. ”Ibu, apakah ada air mata ibu mengandung butiran-butiran emas murni? Kami semuanya rela mendapatkan bagian, Bu,” gurau saya sambil sedikit meliriknya. Ibu itu pun mulai tersenyum dan cerita selanjutnya dimulai kembali.

Selanjutnya, ibu mengatakan bahwa satu tahun terakhir ini suaminya berhenti dari tempat kerjanya. Setiap hari kerjaannya hanya ngelamun, nongkrong dan frekuensi mabuk-mabukannya semakin meningkat. “Suami saya seperti telah kehilangan arah dan tidak memiliki tujuan hidup lagi.”

Mendengar kalimat yang paling akhir ini, akupun bertanya padanya,“Apakah ibu telah mengetahui tujuan atau arah yang akan dipikirkan oleh suami ibu “.

“Belum tahu, Dokter. Suami saya memang belum pernah bercerita tentang cita-citanya atau tujuan kehidupannya. Bahkan,kami berdua pun belum pernah membahas tentang kemana arah biduk keluarga ini akan berlayar. Saya hanya melihat, ia jadi putus asa menghadapi hidup ini.”

Saya pun memperpendek “curhat” kali ini dengan mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu tersebut yang telah sudi memberi ilmu kepada kami dan mendo’akannya agar Allah melimpahkan kekuatan dan kasih-sayangNya agar keluarga ibu menjadi lebih bahagia. Tepuk-tangan peserta seminar mengiringi langkah sang ibu kembali ke tempat duduk.

Sahabat Golden Family yang berbahagia.

Kebanyakan keluarga memulai “operasional” keluarganya, belum dilengkapi dengan family bisnis blue-print  yang jelas, terutama penetapan tujuan keluarga yang akan mereka cita-citakan. Ada yang berani taruhan, siapa yang berani menyangkal kalau kita memang belum menyiapkan bisnis blue-print keluarga itu. Baiklah, mari kita sama-sama merenungkan dan menengok ke belakang, mulai sejak awal kita mengenal (ta’aruf) pasangan kita.

Kira-kira apa yang menjadi topik pembicaraan atau pembahasan kita waktu itu? Apakah kita membahas tentang “Good Plan” keluarga yang akan kita rajut? Atau mungkin ada pembahasan yang lebih menarik dari itu. Baiklah, kalau minta yang lebih pasti lagi, sekarang kita lihat kembali saat kita telah memutuskan masuk ke jenjang lebih serius lagi yakni pernikahan.

Apa yang menjadi topik pembahasan yang serius waktu itu? Tentunya, bukan membahas tentang tujuan keluarga yang akan kita jalani, melainkan tentang persiapan pernikahan kita, kan? Tanggal, bulan dan tahun berapa pestanya, tempatnya dimana, siapa aja yang diundang atau gaun penganten apa yang akan kita pakai. Begitu, kan? Demikian juga, ketika istri sedang mengandung anak kita.

Apa yang menjadi topik pembicaraan saat itu? Ketika dua, tiga, empat bulan atau bahkan disaat usia kandungan istri telah memasuki usia 9 bulan atau detik-detik persalinan telah tiba. Sudahkah kita membahas tentang tujuan dan cita-cita “perjalanan” keluarga kita? Kalau saya boleh menebak, saat itu yang kita bahas sekitar persiapan perlengkapan sang calon bayi, bidan/dokter umum atau dokter kandungan yang kita pilih untuk mengkontrol perkembangan janin dalam kandungan, rumah sakit  yang akan digunakan untuk persalinan, nama bayi yang kita pilih.. Ada lagi? Cari buku-buku panduan keluarga emas, mungkinkah? Kayaknya belum sempat. Ya, itulah cerita masa lalu, sayapun pernah mengalaminya.

Menetapkan tujuan keluarga, mencita-citakan keluarga seperti apakah yang kita idam-idamkan adalah langkah yang tidak kalah pentingnya dengan langkah-langkah lainnya dalam mewujudkan keluarga yang bahagia (keluarga emas).

Dalam “Golden Family Concept” yang selalu saya sampaikan dalam setiap seminar dan workshop Golden Family, saya memasukkan tujuan dan cita-cita keluarga ini dalam salah satu dari lima elemen untuk mewujudkan keluarga emas.

Salah satu manfaat penetapan tujuan dan cita-cita keluarga adalah sebagai alat pedoman di kala bahtera keluarga kita sedang mengalami badai dan prahara keluarga, seperti yang dialami oleh ibu dalam kisah di awal bahasan ini.

Mengapa? Karena setiap penetapan tujuan dan cita-cita keluarga yang kita buat sendiri (bukan meniru keluarga lain) yang keluar dari pikiran dan hati dari sepasang suami-istri akan mengandung muatan mimpi-mimpi hebat dan sangat baik bila diwujudkan. Tujuan dan cita-cita itu kita tulis dan setiap saat kita buka agar arah perjalanan biduk keluarga kita tidak tersesat, laksana seorang nahkoda kapal yang setiap saat membuka catatan dan peta perjalanannya. Seperti kondisi keluarga yang dialami ibu di atas, seringkali membuat pikiran kita menjadi buntu dan hilang harapan. Yang muncul malah sikap pesimis, saling menyalahkan suami-istri dan bila merasa tersiksa, yang dicari kebahagiaan semu melalui mabuk-mabukan atau konsumsi narkotika.

Bila kita memiliki tujuan dan cita-cita keluarga itu, maka pikiran rasional (logika) dan pikiran emosi (rasa) akan terus tertuju pada tujuan dan cita-cita keluarga yang telah kita putuskan. Dan bila kita terus fokus padanya, maka Allah akan memberikan inspirasi solusi terbaik melalui instrument pikiran dan rasa untuk menemukan jalan keluar dalam setiap badai dan prahara di keluarga kita.

Lalu, bagaimana cara membuat penetapan tujuan dan cita-cita keluarga itu agar menghasilkan keluarga yang bahagia dan mudah penerapannya? Mudah. Menetapkan tujuan dan cita-cita keluarga tidak bisa dipisahkan dari cita-cita pribadi antara suami dan istri.

Sedikitnya ada 6 elemen agar tujuan dan cita-cita keluarga anda bisa terwujud :

1.    Harus melibatkan suami-istri dalam mengkonsepnya.

2.    Harus tertulis, spesifik, bisa diukur, bisa dilaksanakan dan hasilnya bisa dicapai.

3.    Hasil dari pemikiran diri sendiri (suami-istri).

4.    Harus bertujuan positif.

5.    Kebiasaan suami-istri harus mendukung terwujudkan tujuan dan cita-cita itu.

6.    Harus sering di baca.

Semoga bermanfaat…

Twitter              :@amirzuhdi

Facebook         : http://www.facebook.com/dr.amir.zuhdi

Email                 : [email protected]